Kamis, 09 Juli 2020

Sejarah Lombok (33): Monumen Lombok di Kota Mataram (1900-1942); Perang Lombok Dikenang Karena Tragedi dan Kemenangan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Tempo doeloe, di Mataram ada Monumen Lombok. Sekarang sudah tentu tidak ada lagi, sudah dilupakan, tidak ada lagi yang ingat. Monumen Lombok pernah ada dan benar-benar adanya. Karena ada, Monumen Lombok tersebut tetap menjadi bagian sejarah Lombok, khususnya sejarah Kota Mataram. Ketika masih ada, Monumen Lombok sangat dikenang orang-orang Belanda. Pada monumen tersebut dicatat nama-nama yang tewas dalam Perang Lombok 1894-1895.

Nieuwsblad van het Noorden, 25-08-1937
Monumen di era Hindia Belanda dijadikan sebagai tugu peringatan, yakni untuk memperingati para pahlawan Pemerintah Hindia Belanda yang gugur dala perang. Namun tugu peringatan (monuen) hanya dibangun untuk peristiwa yang dianggap hebat dan memberi kesan mendalam bagi banyak orang. Di Batavia ada tugu yang dibangun yang disebut Monumen Michiels untuk mengenang para pahlawan yang gugur dalam Perang Padri di pantai barat Sumata dan Monumen Atjeh untuk meperingati kemenangan dala Perang Atjeh. Monuen lainnya Monummen Tamiang dibangun di Medan untuk mengenang kemenangan dalam Perang Tamiang dan Monumen Lombok dibangun di Mataram untuk mengenang tragedi dan kemenangan Pemerintah Hindia Belanda di Lombok dalam melawang kerajaan Bali Selaparang.

Bagaimana kisah Monumen Lombok? Nah, itu dia. Sulit ditemukan tulisan tentang riwayatnya. Monumen Lombok ini awalnya kurang berterima di Lombok, namun karena terus didesak oleh berbagai pihak termasuk keluarga pahlawan yang gugur akhirnya monumen diberdirikan. Selama monumen ini tetap berdiri banyak dikunjungi oleh orang-orang Belanda. Ketika terjadi pendudukan militer Jepang, monumen tersebut dihilangkan karena monumen tersebut tidak disukai oleh orang Bali di Lombok. Nah, untuk menambah pengetahuan tentang keberadaan Monumen Lombok dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Monumen Lombok (1920)
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pembangunan Monumen Lombok, 1900

Sejak berkembangnya pers Hindia Belanda, banyak pembaca menulis untuk menyuarakan opininya terhadap suatu isu tertentu. Salah satu isu penting pada awal tahun 1895 adalah soal tentara Hindia Belanda yang banyak gugur dalam Perang Lombok tahun 1894. Seorang pembaca di Batvia dalam tulisannya mengusulkan agar para tentara yang gugur di Lombok mendapat penghargaan yang pantas dan mendirikan tugu peringatan apakah di Lombok, Batavia atau Amstedam (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 19-02-1895).

Java-bode voor Nederlandsch-Indie, 19-02-1895
Tidak lama kemudian terbit suatu Keputusan Kerajaan (Koninklijk Besluit) No 37 tanggal 13 April 1895 yang memberikan medali kepada tentara yang gugur di Lombok (lihat Algemeen Handelsblad, 14-04-1895). Disebutkan dibuat secara terpisah, sebagai penghargaan khusus yang akan diberikan kepada semua orang, tanpa perbedaan peringkat atau tingkatan, antara 26 Juni dan 24 Desember 1894 yang merupakan  bagian dari pasukan ekspedisi atau pasukan angkatan laut yang dikirim ke Lombok, atau yang telah melayani dalam posisi sipil atau pelayanan pada ekspedisi itu. Medali Lombok ini akan dibuat berdasarkan senjata perunggu yang diperoleh dari Lombok selama ekspedisi tersebut.

Perang Lombok sendiri adalah perang  antara Pemerintah Hindia Belanda melawan kerajaan Bali Selaparang di Lombok. Ekspedisi militer pertama dimulai 26 Juni yang mana pasukan memasuki Ampenan pada tanggal 11 Juli 1894. Ekspedisi dianggap gagal dan banyak anggota pasukan yang gugur. Lalu kemudian dilanjutkan ekspedisi kedua yang dimaksudkan untuk menghancurkan kekuatan Bali Selaparang dan inisiasi pembentukan cabang pemerintahan Hindia Belanda di Lombok. Ekspedisi ini  mencapai kemenangan pada tanggal 18 November 1894 dan ekspedisi dinyatakan berakhir tanggal 24 Desember 1894,

Usulan pembaca di Batavia tersebut, langsung atau tidak langsung, telah membentuk opini publik bahwa ada benarnya untuk membangun tugu peringatan yang secara khusus ditetapkan di Lombok. Hal ini karena di Lombok sudah dibentuk cabang Pemerintah Hindia Belanda dengan menetapkan Mataram sebagai ibu kota (afdeeeling Lombok dimana Asisten Residen berkedudukan). Pemerintah Hindia Belanda kemudian mengambilalih pembangunan tugu peringatan tersebut yang akan diletakkan di Lombok. Pemerintah Hindia Belanda mendelegasikan kepada suatu komite di Belanda untuk perancangan tugu tersebut.

De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 28-03-1898: ‘Gedenkteeken op Lombok. Proposal telah dibuat oleh Pemerintah Hndia Belanda (di Batavia) untuk dipercayakan kepada komite ahli di Belanda untuk mengadakan kompetisi (jika mungkin dengan kesempatan untuk kompetisi oleh Hindia Belanda) untuk rancangan desain peringatan yang akan didirikan di Ampenan yang mana pada tahun 1894 perwira dan prajurit gugur di Lombok yang (tanpa substruktur) dianggarkan biaya f7.000 yang juga diberikan kepada komite ini jumlah yang diperlukan untuk menetapkan desain terbaik dan setelah itu melakukan pekerjaan yang diperlukan untuk produksi sebuah monumen sesuai dengan desain pemenang dengan rencana instalasi’.

Desain dan pembuatan wujud monumen tersebut telah selesai pada akhir tahun 1899. Deskripsi wujud monumen tersebut dikomunikasikan oleh surat kabar De Avondpost, 29-11-1899. Elemen-elemen monumen tersebut sedang dalam proses pengiriman dari Amsterdam ke Lombok.

Monumen Lombok. Pemerintah Hindia telah menyediakan dana untuk mendirikan tugu peringatan bagi yang gugur dan untuk menempatkannya di Lombok. Monumen ini sekarang sedang dalam perjalanan dari Amsterdam dengan menggunakan kapal ss Prins Hendrik. Bagian bawah (alas) monumen terdiri dari tiga teras bertingkat dengan ketinggian satu meter dan terbuat dari batu Belgia. Di atasnya ditempatkan dinding prasasti yang terbuat dari granit merah gelap yang dipoles dengan dasar granit abu-abu gelap dengan ketinggian dua meter. Pada bagian prasasti depan dipahat kalimat yang dicetak dalam huruf emas besar: Hormati orang yang gugur dalam pertempuran di Lombok 1894. Sementara pada sisi dinding prasasti yang lainnya ada lempengan perunggu dimana nama semua orang yang gugur disebutkan. Satu batang granit dipoles dengan warna abu-abu terang dengan tinggi empat meter yang enjadi tugu berbentuk jarum dihiasi dengan lempengan dan karangan bunga, sedangkan di bagian puncaknya diletakkan kruis perunggu Lombok. Secara keseluruhan monumen setinggi tujuh meter ini dikerjakan dan dikirim oleh perusahaan GS Serle di Amsterdam [Berita ini dapat dilihat dalam dokumen Neêrlands verleden uit steen en beeld, 1901].

Namun setiba di Lombok, tampaknya monumen tidak segera didirikan. Elemen-elemen monumen yang dikirim hanya diparkir di Ampenan. Surat kabar Soerabaijasch handelsblad edisi 11-06-1900 sempat mengomentari kapan monumen Lombok akhirnya akan didirikan? Disebutkannya bahwa bahannya tergeletak di pantai di Ampenan, beberapa bagian masih terkemas dengan baik tetapi bagian-bagian yang lain sudah ada yang terbuka tanpa perlindungan dari pengaruh laut, angin, dan cuaca.

Tentu saja prioritas Asisten Residen Lombok sangat terbagi untuk banyak hal. Sebagai cabang pemerintahan Hindia Belanda yang baru masalah penataan administrasi pemerintah dan perencanaan pembangunan di Lombok menyebabkan pendirian Monumen Lombok agak terlambat. Tentu saja pemerintah Lombok sudah mengetahui kedatangan bahan-bahan monumen di Ampenan, Untuk pendirian monumen itu masih dibutuhkan biaya, yang tentu saja harus menunggu waktu untuk proses pengajuan anggaran ke pusat dan proses pencairannya.  Namun dengan adanya semacam desakan dari pers, tentu saja pemerintah Lombok akan segera mengerjakannya.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Perang Lombok Sangat Dikenang Belanda

Seorang eks pasukan Perang Lombok sepulang dari cuti Jawa kembali ke posnya di Soemba. Kapal yang ditumpangi mampir ke Ampenan untuk bongkat muat barang pos. Dia menyempatkan menunjungi pedalaman di Mataram dan Tjakranegara. Di Mataram dia berkunjung ke Monumen Lombok (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 10-09-1902). Disebutkannya meskipun saya secara naluriah mengikuti rasa hormat saya untuk semua orang yang menjadi pahlawan kita yang gugur dengan mengangkat topi, namun tidak mungkin bagi balok batu yang dingin ini yang sangat mengesankan saya. Mati rasa dan dingin, nama-nama kami yang gugur diukir di marmer dari yang pangkat tertinggi hingga ke prajurit pribumi.

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar