Senin, 05 Juni 2017

Sejarah Bogor (4): Lukisan Pertama Buitenzorg pada Era VOC (1769); Menemukan Surga di Hulu Ciliwung

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Suatu tempat di hulu sungai Tjiliwong sudah dilaporkan sejak era Portugis. Tempat tersebut menurut orang-orang yang berada di Sunda Kelapa dikatakan daio atau dayo (dajeuh). Namun dimana posisinya tidak diketahui dengan jelas (lihat Thome Pires, 1534). Dayo ini kemudian diduga sebagai Kerajaan Pakwan-Padjadjaran yang berada diantara persinggungan terdekat dua sungai di pedalaman yang mengalir ke laut Java: sungai Tjiliwong dan sungai Tjisadane. Pakuan-Pajajaran sendiri sempat meminta bantuan kepada Portugis tahun 1521. Kerajaan Pakuan beribukota di Pajajaran menurut laporan Portugis barhasil ditaklukkan Islam dari Banten tahun 1527 (Encyclopedie van Nederlandsch-Indie, DG Stibbe, cs. 1919).  

Istana Buitenzorg, 1834 (pasca gempa 1824)
Selama era Portugis tidak pernah dilaporkan ada orang asing (Eropa) yang penah mengunjungi dayo tersebut. Baru di era Belanda (VOC) sejumlah ekspedisi pernah dilakukan ke dayo Pakwan-Padjadjaran. Belanda memulai koloni di Batavia, 1619. Ekspedisi pertama dilakukan pada tahun 1687 dan disusul ekspedisi kedua (1690). Kemudian beberapa kali ekspedisi dipimpin oleh Abraham van Riebeeck sejak 1703 (lihat DG Stibbe, cs. 1919). Sebagaimana diketahui Abraham van Riebeeck pada tahun 1711 diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC.

Dari berbagai ekspedisi yang telah dilakukan ke Dayo tidak pernah ditemukan hasil visual kunjungan dalam bentuk lukisan. Sebagaimana diketahui, pada era itu, belum ada alat teknik merekam. Satu-satunya cara untuk mendapatkan visual di suatu wilayah ekspedisi baru adalah dengan membuat lukisan. Hasil lukisan-lukisan sejaman, umumnya berupa visual terhadap hal tertentu yang ingin menceritakan apa adanya. Dengan kata lain, lukisan adalah pelukisan suatu objek tertentu secara detail. Lukisan pada masa itu dapat dianggap sebagai data/informasi otentik.

Minggu, 04 Juni 2017

55 Tahun Lalu (1962): Real Madrid vs Juventus (3-1)

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Sepak Bola dalam blog ini Klik Disini


Saat ini tengah berlangsung Final Liga Champion Eropa di Wales. Pertandingan puncak Liga Champion Eropa tahun ini (2017) bertemu Real Madrid dari Spanyol dan Juventus dari Italia. Klub mana yang menang dan menjadi juara belum bisa diketahui karena pertandingan baru berlangsung babak pertama.

Friese koerier, 01-03-1962
Sambil menunggu siapa yang juara, ada baiknya membuka sejarah pertemuan antara dua klub tersebut. Kapan keduanya pertama kali bertemu? Dari sumber surat kabar yang dapat ditelusuri, kedua klub ini pertama kali terjadi pada tahun 1962. Seperti apa pertemua kedua klub hebat itu, mari kita lacak!

Real Madrid vs Juventus

Real Madrid didirikan tahun 1902 di Madrid, Spanyol. Juventus didirikan tahun 1897 di Turin, Italia. Kedua klub ini baru pertama kali bertemu tahun 1962. Itu berarti terjadi 55 tahun yang lalu. Hasil pertandingan saat itu berakhir dengan kemenangan Real Madrid dengan skor 3-1 (lihat Friese koerier: onafhankelijk dagblad voor Friesland en aangrenzende gebieden, 01-03-1962).

Sabtu, 03 Juni 2017

Sejarah Bogor (3): Hari Jadi Kota Bogor, Suatu Kontroversi; Ini Faktanya

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Hari Jadi Kota adalah penting. Hampir semua kota-kota masa ini di Indonesia menetapkan hari jadi, termasuk kota Bogor. Khusus dalam penetapan hari jadi kota ini, tidak selalu sepakat semua pihak alias masih diperebutkan. Akibatnya banyak hari jadi kota di Indonesia dianggap kontroversi, termasuk kota Bogor, kota Jakarta, kota Bandung, kota Padang dan kota Medan,

Aloen-aloen Kota Bogor (Buitenzorg)
Seperti diketahui hari jadi Kota Bogor berdasarkan penobatan Prabu Siliwangi (1482), hari jadi kota Jakarta berdasarkan penyerangan Fatahillah atas Sunda Kelapa dengan menggantikan dengan Jayakarta (1527), dan hari jadi kota Bandung berdasarkan kerjsama Bupati Bandoeng dalam penetapan jalan pos trans-Jawa antara Banten-Soerabaja (ruas Bandoeng) oleh Gubernur Jenderal Daendles (1810). Untuk sebagai pembanding, beberapa kota di Indonesia diantaranya, hari jadi Kota Padang berdasarkan penyerangan penduduk Pauh terhadap pos pedagangan VOC tahun 1668 dan Kota Medan berdasarkan Guru Patimpus mendirikan sebuah kampung di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura (1590). Semua penetapan hari jadi kota tersebut tidak ada kaitannya dengan hari dimana kota lahir.

Kampung, Area dan Kota

Tempat utama (hoofdplaat) adalah suatu tempat dimana pendudukan terkonsentrasi melakukan berbagai aktivitas. Tempat utama berangkat dari suatu (per)kampong(an). Namun tempat utama juga mulai dari suatu kota (town). Secara teoritis, kampong bisa berkembang menjadi suatu kota dan kota sendiri dalam perkembangannya kemudian bisa menjadi city (metropolitan).

Jumat, 02 Juni 2017

Daftar Panjang Surat Kabar di Indonesia: Sumber Penulisan Sejarah Indonesia, Surat Kabar Tempo Doeloe dalam Era Digital

Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini


Data dan informasi sejarah Indonesia bertebaran dimana-mana baik dalam bentuk buku, majalah maupun surat kabar. Namun dalam penulisan sejarah Indonesia, para penulis Indonesia jarang menggunakan sumber surat kabar. Para penulis Indonesia lebih mengandalkan buku, sementara buku-buku yang dikutip pada pokoknya bersumber dari surat kabar.

Surat kabar pertama di Hindia Belanda (Indonesia)
Keutamaan surat kabar dalam penulisan sejarah Indonesia adalah kaya tentang data dan informasi. Dalam buku-buku, berbagai hal ditulis sudah mengalami reduksi. Selain itu, keutamaan surat kabar jika diurutkan menurut waktu akan mudah menyusun series.

Dalam blog ini, surat kabar menjadi sumber utama, sedangkan buku-buku hanya digunakan sebagai pendukung. Surat kabar tempo doeloe sangat banyak, selain terbit di Eropa juga yang terbit di Hindia Belanda (baca: Indonesia).

Kamis, 01 Juni 2017

Sejarah Gerakan Menjadi Indonesia (2): Guru Dja Endar Moeda; Medan Perdamaian di Padang; Bantu Pendidikan di Semarang

Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini


Dja Endar Moeda, alumni Kweekschool Padang Sidempuan (lulus 1884), guru di Tapanoeli, West Sumatra dan Atjeh setelah pension memilih menetap di Kota Padang. Pada tahun 1895 Dja Endar Moeda mendirikan sekolah swasta di Kota Padang, sebagai wujud kepeduliannya terhadap pendidikan mengingat saat itu di Kota Padang banyak penduduk usia sekolah tidak tertampung di sekolah negeri.

Visi Menjadi Indonesia
Dja Endar Moeda tidak hanya mengajar, juga menulis buku-buku pelajaran sekolah, buku umum dan mengarang novel. Pada tahun 1897, ketika Dja Endar Moeda menawarkan novelnya yang baru ke penerbit/percetakan surat kabar berbahasa Melayu, Pertja Barat, selain novelnya diterima juga ditawarkan kedudukan sebagai editor surat kabar Pertja Barat. Dja Endar Moeda menerima tawaran tersebut. Dja Endar Moeda menjadi editor pribumi pertama di Hindia Belanda. Tidak lama kemudian, Dja Endar Moeda dilaporkan telah mengakuisisi surat kabar tersebut beserta percetakannya. Pada tahun itu juga Dja Endar Moeda menerbitkan surat kabar berbhasa Melayu Tapian Na Oeli.

Di Kota Padang, Dja Endar Moeda yang terus berbicara pendidikan pribumi, juga berbicara tentang kemiskinan dan pembangunan kehidupan bagi penduduk utamanya pembangunan pertanian dan industri (rakyat). Dja Endar Moeda mulai menarik garis pemisah antara Belanda dan pribumi.

Rabu, 31 Mei 2017

Sejarah Gerakan Menjadi Indonesia (1): Willem Iskander, Inspirator; Visi Menjadi Indonesia Bermula di Padang Sidempuan

Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini


Ketika penduduk Atjeh berjuang dengan senjata melawan Belanda, Willem Iskander mulai berjuang melawan Belanda dengan pena. Ketika kraton dan masjid Atjeh telah hancur oleh Belanda, Willem Iskander mengungkapkan rasa keprihatinannya. Itulah perjuangan intelektual Willem Iskander, seorang guru di Tanobato, Afdeeling Mandailing dan Angkola.

Afdeeling Padang Sidempoean (sejak 1905)
Atjeh adalah wilayah terakhir Indonesia yang kemerdekaannya dirampas oleh Belanda. Willem Iskander menyayangkannya (lihat Provinciale Noordbrabantsche en 's Hertogenbossche courant, 28-04-1874). Sebelum Belanda menghancurkan Atjeh, Willem Iskander menulis dalam bukunya ‘seharusnya orang asing segera cepat keluar, karena perutnya sudah penuh dan buncit (lihat buku Si-Boeloe-Boeloes, Si Roemboek-Roemboek, Batavia, 1872).  

Willem Iskander tidak berumur panjang. Willem Iskander meninggal dunia di Belanda pada bulan Mei 1876. Willem Iskander meninggal beberapa bulan setelah tiga guru muda (Tapanoeli, Djawa dan Soenda) yang dibimbingnya dari tanah air untuk studi di Belanda meninggal satu per satu di Belanda. Upaya lebih lanjut Willem Iskander mencerdaskan Indonesia sirna, tetapi visinya ‘mencerdaskan bangsa dan mengentaskan Belanda’ telah menjadi abadi dalam bukunya yang menjadi inspirasi kepada generasi penerusnya di Padang Sidempuan