Senin, 01 Maret 2021

Sejarah Ternate (25): Pendudukan Militer Jepang di Ternate (1942-1945); Pelayaran Mengitari Bumi hingga Perang Dunia II

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini

Pendudukan militer Jepang di Ternate adalah bagian dari sejarah pendudukan militer Jepang di Indonesia. Pendudukan militer Jepang di Indonesia, memang hanya singkat (1942-1945), tetapi menjadi bagian sejarah yang kelam di Indonesia (bandingkan sejarah pendudukan militer Inggris 1811-1816). Dalam hal ini pendudukan militer Jepang di Ternate (Maluku) adalah detik-detik berakhir kehadiran asing, yang mengingatkan detik-detik awal kehadiran asing di Ternate pada tahun 1511. Sejarah pendudukan militer Jepang di Ternate menjadi pengingat begitu lama wilayah Ternate di bawah pengaruh asing (sejak 1511).

Ada dua peristiwa dunia yang sangat fenomenal. Pertama ketika orang asing (Portugis) dari Eropa sampai ke Hindia Timur hingga ke Maluku pada tahun 1511. Peristiwa sejarah pelayaran Eropa ini ke timur diikuti navigasi pelayaran orang Spanyol daeri Eropa ke barat, melalui celah Amerika Selatan yang kemudian dari pantai barat Panama berlayar melalui lautan Pasifik hingga akhirnya bertemu di Maluku. Persitiwa ini sangat terkenal karena teori bumi datar gugur karena faktanya dunia bulat. Dalam hal ini nama Maluku khususnya Ternate menjadi sangat penting. Peristiwa kedua adalah Perang Dunia II (1939-1945) adalah benar-benar perang dunia sesungguhnya. Perang Dunia I hanya terbatas di Eropa (1914-1918). Perang Dunia II dirasakan di semua buka bumi, konsenttrasinya di Eropa dan di Asia-Pasifik. Perang Pasifik sebagai bagian dari Perang Dunia II, posisi Maluku dan khususnya Ternate termasuk area perang terpenting. Dalam hal inilah nama Ternate menjadi penting, yang juga sepenting ketika orang asing kali pertama tiba di Ternate Maluku 1511.

Lantas bagaimana sejarah pendudukan militer Jepang di Maluku khususnya di Ternate? Seperti disebut di atas, pendudukan militer Jepang di Ternate adalah bagian dari perang Pasifik dan juga Perang Dunia II yang mengingatkan peristiwa dunia terawal tahun 1511 ketika Portugis tiba di Ternate yang diikuti pelayaran Spanyol mengitari bumi. Perang Duni di Ternate adalah peristiwa dunia yang terakhir yang terhubung antara dunia barat dan dunia timur. Hal itulah mengapa penting menarasikan sejarah pendudukan militer Jepang di Ternate. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 28 Februari 2021

Sejarah Ternate (24): Sejarah Lapangan Terbang Morotai (Bandara Pitu); Simbol Berakhirnya Kolonial di Ternate, Maluku

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini

Lapangan terbang tertua di Maluku Utara bukanlah Bandara Sultan Babullah  di (pulau) Ternate, tetapi lapangan Terbang Pitu di (pulau) Morotai. Lapangan terbang Morotai tidak pula setua lapangan terbang yang berada di wilayah (kota) lain. Lapangan terbang Morotai dibangun pada saat terjadinya Perang Pasifik (1942). Lapangan terbang ini tidak terkait kolonial Belanda, tetapi lapangan terbang ini menjadi rebutan antara militer Jepang dan militer Sekutu-Amerika Serikat karena posisi strategisnya. Lapangan terbang Morotai ini kini dikenal bandar udara (bandara) Pitu.

Pada masa ini di (provinsi) Maluku Utara cikup banyak lapangan terbang. Selain lapangan terbang Pitu di pulau Morotai, lapangan terbang terbesar berada di (pulau) Ternate, Bandar Udara Sultan Babullah. Lapangan terbang lainnya adalah Bandar Udara Buli (kabupaten Halmahera Timur); Bandar Udara Emalamo di Sanana (kabupaten Kepulauan Sula); Bandar Udara Gamarmalamo di Galela dan Bandar Udara Kobok di Kao (kabupaten Halmahera Utara); Bandar Udara Kuabang juga di Kao; Bandar Udara Oesman Sadik di Hidayat (kabupaten Halmahera Selatan). Satu lapangan terbang lagi yang tengah dibangun adalah Bandar Udara Internasional Sultan Nuku di Kota Sofifi (ibu kota provinsi Maluku Utara di pulau Halmahera).

Lantas bagaimana sejarah lapangan terbang Morotai? Seperti disebut di atas lapangan terbang ini yang pertama di provinsi Maluku Utara, tetapi yang lebih penting dari itu lapangan terbang Morotai yang dibangun tahun 1942 dapat dikatakan sebagai simbol berakhirnya kolonial di Ternate, Maluku. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Ternate (23): Pengembangan Status Kesehatan Penduduk di Ternate, Bermula 1831; Endemik dan Epidemik di Maluku

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini 

Pada era VOC tidak ada fungsi kesehatan, karena pemerintahan bersifat administratif bisnis bertujuan profit. Pemerintahan VOC adalah organisasi bisnis (perdagangan) yang mana Gubernur Jenderal sebagai CEO. Oleh karena itu VOC tidak peduli dengan penduduk, hanya peduli dengan hasil kontrak dengan para partnernya seperti pemimpin lokal. Yang untung adalah pejabat (pedagang) VOC dan para pemimpin lokal (raja, sultan dan bupati), Penduduk buntung. Penduduk tidak ada proteksi, termasuk kesehatan. VOC dan para pemimpin lokal bersifat eksploitatif.

Setelah VOC dibubarkan 1799, kerajaan Belanda mengakuisisi VOC dengan membentuk pemerintahan (Governement) di Hindia Belanda. Sebagai pemerintahan (negara), Gubernur Jenderal berindak sebagai pimpinan negara. Dalam prakteknya Gubernur Jenderal dengan para pembantunya membentuk cabang-cabang pemerintahan hingga ke tingkat yang lebih rendah. Sebagai suatu negara, Gubernur Jenderal tidak lagi melihat sisi priofit saja, tetapi juga menjaga keberlanjutan profit tersebut melalui pengemmbangan para pemimpin lokal dan peningkatan status penduduk agar produktif. Salah satu program peningkatan produkticitas tersebut adalah pengembangan kesehatan penduduk dengan master plan yang jelas dan berkesinambungan.

Lantas bagaimana sejarah pengembangan kesehatan di Residentie Ternate? Seperti disebut di atas Gubernur Jenderal adalah kepala negara, yang mana Residen (yang dibantu para asisten residen dan Controleur) di berbagai wilayah adalah perpajangan tangannya dalam memimpin para pemimpin lokal. Dalam konteks pemerintahan inilah berbagai fungsi diintegrasikan termasuk fungsi kesehatan, yakni penyediaan tenaga kesehatan, pengadaan fasilitas kesehatan. Lalu bagaimana sejarah pengembangan kesehatan di Residentie Ternate? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 27 Februari 2021

Sejarah Ternate (22): Sejarah Pendidikan Aksara Latin di Ternate; Mengapa Sekolah Lebih Awal di Amboina daripada Ternate?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini

Sejatinya pendidikan modern (baca: aksara Latin) terbilang awal di Malaka dan Maluku. Itu bermula karena kebutuhan orang-orang Portugis untuk mampu membantu orang-orang Portugis untuk perdagangan dan kegiatan misi. Di wilayah Maluku meliputi Amboina, Ternate dan Banda. Pengebangan pendidikan ala Portugis ini tetap terselenggara pada era Belanda (VOC). Namun yang tetap menyelenggarakan adalah para misionaris Portugis. Perhatian pemerintah VOC belum ada untuk kegiatan pendidikan penduduk pribumi. Baru pada era Pemerintah Hindia Belanda kebijakan dan program pendidikan bagi penduduk pribumi dimulai secara sistematik.

Kegiatan misionaris (Katolik) pada era Portugis memiliki kaitan erat dengan pengenalan pendidikan aksara Latin kepada penduduk pribumi. Hal ini berbeda dengan kegiatan penyiaran agama Islam yang memperkenalkan aksara Arab, kegiatan misionaris memperkenalkan akasara Latin karena kitab suci Injil ditulis dalam aksara Latin bahasa Portugis dan aksara Latin dalam bahasa Melayu. Dalam pengajaran agama inilah, para misionaris Portugis, tidak hanya mengajar membaca (dan menulis) dalam aksara Latin, juga ditambahkan pelajaran berhitung sederhana. Dengan adanya pelajaran membaca, menuslis dan berhitung ini secara tidak langsung telah terbentuk sistem pendidikan di tengah penduduk peribumi meski kegiatannya hanya diselengarakan di rumah-rumah penduduk. Hanya pusat misionaris (stasion) yang memiliki ruang kelas belajar untuk menyiapkan para pemuda-pemudi sebagai guru bantu. Namun kegiatan pendidikan ala misionaris ini tidak terlalu berkembang karena kurangnya dukungan pemerintah Portugis, karena di Hindia Timur yang berkuasa adalah pemerintah Belanda (VOC).

Lantas bagaimana sejarah pendidikan di Maluku khususnya di Ternate? Seperti yang disebut di atas, pendidikan aksara Latin ala (misionaris) Portugis dianggap tidak memenuhi syarat pada era Pemerintah Hindia Belanda (tidak ada perencanaan dan pengawasan). Ketika diperkenalkan pendidikan di Maluku, sistem pendidikan ala misionaris itu ditingkatkan sesuai standar nasional pemerintah. Lalu bagaimana sejarah pendidikan aksara Latin di Ternate? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.