Minggu, 28 Februari 2021

Sejarah Ternate (23): Pengembangan Status Kesehatan Penduduk di Ternate, Bermula 1831; Endemik dan Epidemik di Maluku

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini 

Pada era VOC tidak ada fungsi kesehatan, karena pemerintahan bersifat administratif bisnis bertujuan profit. Pemerintahan VOC adalah organisasi bisnis (perdagangan) yang mana Gubernur Jenderal sebagai CEO. Oleh karena itu VOC tidak peduli dengan penduduk, hanya peduli dengan hasil kontrak dengan para partnernya seperti pemimpin lokal. Yang untung adalah pejabat (pedagang) VOC dan para pemimpin lokal (raja, sultan dan bupati), Penduduk buntung. Penduduk tidak ada proteksi, termasuk kesehatan. VOC dan para pemimpin lokal bersifat eksploitatif.

Setelah VOC dibubarkan 1799, kerajaan Belanda mengakuisisi VOC dengan membentuk pemerintahan (Governement) di Hindia Belanda. Sebagai pemerintahan (negara), Gubernur Jenderal berindak sebagai pimpinan negara. Dalam prakteknya Gubernur Jenderal dengan para pembantunya membentuk cabang-cabang pemerintahan hingga ke tingkat yang lebih rendah. Sebagai suatu negara, Gubernur Jenderal tidak lagi melihat sisi priofit saja, tetapi juga menjaga keberlanjutan profit tersebut melalui pengemmbangan para pemimpin lokal dan peningkatan status penduduk agar produktif. Salah satu program peningkatan produkticitas tersebut adalah pengembangan kesehatan penduduk dengan master plan yang jelas dan berkesinambungan.

Lantas bagaimana sejarah pengembangan kesehatan di Residentie Ternate? Seperti disebut di atas Gubernur Jenderal adalah kepala negara, yang mana Residen (yang dibantu para asisten residen dan Controleur) di berbagai wilayah adalah perpajangan tangannya dalam memimpin para pemimpin lokal. Dalam konteks pemerintahan inilah berbagai fungsi diintegrasikan termasuk fungsi kesehatan, yakni penyediaan tenaga kesehatan, pengadaan fasilitas kesehatan. Lalu bagaimana sejarah pengembangan kesehatan di Residentie Ternate? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pembangunan Fasilitas Kesehatan Peningkatan Status Kesehatan Penduduk

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pengembangan Kesehatan Penduduk Berkelanjutan

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar