Sabtu, 22 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (371): Pahlawan Nasional Mr Moehammad Mangoendiprodjo Asal Jawa Timur;Residen-Residen Lampung

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada sebanyak 27 pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan sebagai Pahlawan nasional berasal dari (provinsi) Jawa Timur, salah satu diantaranya Mr Moehammad Mangoendiprodjo.  Pada akhir karirnya, Mr Moehammad Mangoendiprodjo menjabat sebagai Residen Lampung. Moehammad Mangoendiprodjo mengawali karir sebagai pegawai pemerintah di wilayah Jawa Timur pada era Pemerintah Hindia Belanda.

Raden Muhammad Mangoendiprodjo (5 Januari 1905–13 Desember 1988) adalah seorang pejuang kemerdekaan dan perwira militer Indonesia (pangkat terakhir Mayor Jenderal TNI) yang ikut serta dalam Pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945. HR Muhammad Mangoendiprodjo lahir di Sragen, Jawa Tengah. Dia adalah cicit dari Setjodiwirjo atau Kiai Ngali Muntoha, salah seorang keturunan Sultan Demak. Setjodiwirjo sendiri merupakan teman seperjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajah Belanda. Keduanya memperluas pemberontakan melawan penjajah Belanda hingga ke daerah Kertosono Ngawi, dan Banyuwangi, Jawa Timur. Ia merupakan ayah dari mantan Pangkostrad Letjen TNI (Purn.) Himawan Soetanto. Garis hidup sebenarnya memberi kesempatan kepada Muhammad Mangoendiprodjo untuk bisa hidup berkecukupan dengan menjadi Pamong Praja, wakil kepala jaksa, dan kemudian asisten wedana, di Jombang, Jawa Timur, setelah lulus dari OSVIA pada tahun 1927. Namun setelah Jepang menduduki Indonesia, ia memilih untuk menjadi tentara dengan bergabung menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA) pada tahun 1944. Setelah mengakhiri karier militer, Muhammad ditugaskan sebagai Bupati Ponorogo dari tahun 1951 sampai 1955. Prestasinya ini kemudian mengantar Muhammad Mangundiprojo menjadi Residen pertama Lampung dengan misi utama mengendalikan keamanan di daerah Lampung. Muhammad Mangundiprojo tutup usia di Bandar Lampung pada 13 Desember 1988 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Bandar Lampung. Atas jasa-jasanya dalam mempertahankan kemerdekaan, Muhammad Mangundiprojo ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional tanggal 7 November 2014 yang diwakili oleh cucunya, Menteri Kemaritiman Indonesia Indroyono Soesilo. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Mr Moehammad Mangoendiprodjo? Seperti disebut di atas, Moehammad Mangoendiprodjo mewakali karir sebagai pegawai pemerintah pada era Pemerintah Hindia Belanda dan pada masa perang ikut berjuang yang kemudian sebagai perwira tinggi TNI diangkat menjadi Residen Lampung. Lantas bagaimana sejarah Moehammad Mangoendiprodjo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (370): Pahlawan Nasional Radin Inten II (1834-58);Lampung dan Sejarah Perjuangan era Hindia Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Lampung adalah satu hal. Perjuangan rakyat Lampung adalah hal lain lagi. Di atas tanah Sai Bumi Ruwa Jurai inilah terdapat tokoh penting dalam era Pemerintah Hindia Belanda, Radin Intan II yang pada tahun 1986 telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional.

Radin Intan II (1 Januari 1834-5 Oktober 1858) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai nama bandara dan perguruan tinggi. Berdasarkan penelitian, Radin Intan II masih keturunan Fatahillah yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati dari perkawinannya dengan Putri Sinar Alam, seorang putri dari Minak Jalan Ratu dari Kebandaran Keratuan Pugung, cikal-bakal pemegang kekuasaan di kebandakhan keratuan tersebut. Radin Intan II adalah putra tunggal Radin Imba II (1828-1834). Radin Imba II sendiri putra sulung Radin Intan I gelar Dalam Kesuma Ratu IV (1751-1828). Dengan demikian, Radin Intan II cucu dari Radin Intan I. Pada saat Radin Intan II lahir tahun 1834, ayahnya, Radin Imba II, ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Timor, akibat memimpin perlawanan bersenjata menentang kehadiran Belanda yang ingin menjajah Lampung. Istrinya yang sedang hamil tua, Ratu Mas, tidak dibawa ke pengasingannya. Pemerintahan Kebandaran Keratuan Lampung dijalankan oleh Dewan Perwalian yang dikontrol oleh Belanda. Radin Intan II tidak pernah mengenal ayah kandungnya tersebut, tetapi ibunya selalu menceritakan perjuangan ayahnya sehingga pada saat dinobatkan sebagai Negara Ratu, Radin Intan II melanjutkan berjuang memimpin rakyat di daerah Lampung Selatan untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayahnya. Perjuangannya didukung secara luas oleh rakyat daerah Lampung Selatan dan mendapatkan bantuan dari daerah lain, seperti Banten. Radin Intan II wafat dalam dalam usia sangat muda, 22 tahun yang disaksikan Kolonel Welson. Pada tahun 1986 Raden Intan II ditabalkan sebagai pahlawan nasional (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah wilayah Lampung dan Radin Intan I? Seperti disebut di atas, Radin Intan II memimpin rakyat di daerah Lampung Selatan melawan kehadiran Pemerintah Hindi Belanda. Radin Intan II (1834-1858) wafat pada usia muda 22 tahun. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 21 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (369): Pahlawan-Pahlawan Indonesia - Ida Bagoes Oka THS Bandoeng; I Gusti Ktoet Pudja RHS Batavia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Mr I Gusti Ktoet Poedja tentulah cukup dikenal di Bali. Akan tetapi siapa Ir Ida Bagoes Oka mungkin kurang dikenal oleh orang Bali. Yang dimaksud adalah Ir Bagoes Oka lululusan THS Bandoeng (kini ITB) dan bukan Prof. Dr. Ida Bagus Oka (16 April 1936 – 8 Maret 2010) Gubernur Bali ke-7. Harus pula dibedakan dengan I Gusti Bagus Oka (26 Januari 1910 – 22 Juli 1992) yang pernah sebagai pejabat Gubernur Soenda Ketjil. Mr I Gusti Ktoet Poedja dapat dikatakan sebagai sarjana pertama berasal dari Bali (lulus 1934), dan Ir Ida Bagoes Oka pada berikutnya (lulus 1935).

Sulit menemukan nama Ir Ida Bagoes Oka pada masa ini. Dengan menggunakan mesin pencari tercanggihpun di internet tetapi sulit menemukan nama Ir Ida bagoes Oka lulus THS Bandoeng. Tampaknya sejarah Ir Ida Bagoes Oka terlupakan di Bali. Mengapa bisa begitu? Boleh jadi nama Ir Ida Bagoes Oka kurang terinformasikan selama ini. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, yang pertama selalu menarik perhatian. Ir Ida Bagoes Oka termasuk yang pertama sarjana teknik yang berasal dari Bali. Sudah barang tentu sarjana berasal dari Bali pada masa ini sudah sangat banyak, tetapi itu semua dimulai dari yang pertama. Dalam hal inilah mengapa sejarah Ir Ida Bagoes Oka masih penting narasinya ditulis. Sejarah Ir Ida Bagoes Oka adalah bagian dari sejarah Bali.

Lantas bagaimana sejarah Ir Ida Bagoes Oka? Seperti disebut di atas, hingga masa ini sejarah Ir Ida Bagoes Oka tidak/kurang terinformasikan, tetapi sebagai bagian dari sejarah pendidikaan di Bali, Ida Bagoes Oka adalah sarjana Bali terawal. Lantas bagaimana sejarah Ir Ida Bagoes Oka? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (368): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Sejarah Pendidikan di Bali; Putra Bali Studi di Perguruan Tinggi

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pendidikan modern (aksara Latin) terbilang terlambat di Bali. Hanya sedikit lebih lambat di Tapanoeli. Dua wilayah ini pada era Hindia Belanda terbilang wilayah yang baru diintroduksi pendidikan modern. Berbeda dengan Amboina, Manado dan Jawa yang sudah eksis sejak era VOC. Dalam urusan pendidikan tinggi, putra-putra Bali juga terbilang pada kloter terakhir yang memasuki pendidikan tinggi. Mengapa?.

Awal pendidikan modern di Bali baru dimulai tahun 1874 dengan mendirikan sekolah dasar di Singaradja, Boeleleng. Sejak inilah, lulusan sekolah di Bali mulai ada yang mengikuti pendidikan guru dan pamong di Jawa. Sekolah-sekolah yang tinggi di Jawa sudah ada sejak 1851 seperti sekolah guru (Kweekschool) di Soeracarta dan sekolah kedokteran Docter Djawa School di Batavia sejak 1851. Guru-guru dan dokter-dokter asal Jawa ke Bali. Namun pendidikan di Bali hanya terbatas di Boeleleng. Pendidikan di wilayah selatan Zuid Bali baru dimulai tahun 1915 setelah beberapa tahun Perang Badoeng/Poepoetan (1906). Kebencian penduduk Bali khususnya di selatan diduga menjadi faktor keterlambatan perkembangan pendidikan di Bali. Hal ini juga berdampak pada putra-putra yang ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Padahal dari berbagai wilayah di Hindia Belanda sudah ada yang studi universitas di Belanda (paling tidak sudah ada organisasi mahasiswa pribumi di Belanda yang didirikan Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging). Putra Bali pertama yang meraih gelar sarjana (Mr) adalah I Goesti Ktoet Poedja tahun 1934 di Rechthoogeschool Batavia.

Lantas bagaimana sejarah pendidikan di Bali khususnya lulusannya yang memasuki perhuruan tinggi? Seperti disebut di atas, sarjana pertama yang berasal dari Bali baru tahun 1934 (Mr I Goesti Ktoet Poedja). Lalu bagaimana sejarah pendidikan di Bali khususnya lulusannya yang memasuki perhuruan tinggi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 20 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (367): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan I Gusti Bagus Oka di Bali: Negara Indonesia Timur s/d NKRI

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada akhir era Belanda di Bali, salah satu tokoh penting adalah I Gusti Bagus Oka. Disebut sebagai tokoh penting karena I Gusti Bagus Oka adalah sekretaris Paraoeman Agoeng (dewan para radja-radja) di Bali. I Gusti Bagus Oka menjadi salah satu anggota delegasi ke Konferensi Denpasar (Desember 1946) dalam pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT). Pada era NKRI I Gusti Bagus Oka pernah sebagai pejabat residen dan pejabat gubernur di Bali.

I Gusti Bagus Oka (26 Januari 1910 – 22 Juli 1992) adalah Gubernur Sunda Kecil yang kemudian menjadi Provinsi Bali. Ia dan istrinya, Gedong Bagus Oka, adalah anggota pendiri Parisada Hindu Dharma Indonesia. I Gusti Bagus Oka juga merupakan Wakil Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia pertama. Sepanjang karier pegawai negerinya, I Gusti Bagus Oka memegang berbagai jabatan pemerintah, sementara Gedong Bagus Oka menjabat sebagai Anggota Parlemen. Keduanya juga aktif terlibat dalam kegiatan politik dan mendirikan Ashram Gandhi di Candidasa, Bali. I Gusti Bagus Oka lahir di Karangasem. Ia lahir dari keluarga aristokrasi Bali dari Puri Kawan. Meskipun Bali didominasi oleh komunitas Hindu, komunitas Muslim di Sasak, Lombok memberinya gelar 'Baginda Usman', karena hubungan historis antara Puri Kawan (Pengadilan Barat) dan Lombok Islam, mencerminkan kerukunan antaragama pada saat itu. Dia memiliki akses ke pendidikan umum, kemewahan yang tidak dapat dicapai oleh sebagian besar penduduk di Bali. Ia menikah dengan Gedong Bagus Oka, putri anggota dewan desa di Karangasem. Memiliki latar belakang dan visi yang sama untuk Bali, pasangan ini terlibat dalam kegiatan politik dan sosial. Pada Konferensi Malino tahun 1946, I Gusti Bagus Oka adalah salah satu wakil dari Bali. Dalam konferensi tersebut, ia menyatakan bahwa Bali ingin menjadi provinsi merdeka di bawah persemakmuran Republik Indonesia. I Gusti Bagus Oka juga salah satu dari 57 wakil dari Bali untuk Konferensi Denpasar tahun 1946, yang mengarah pada pembentukan Negara Indonesia Timur. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah I Gusti Bagus Oka? Seperti disebut di atas, I Gusti Bagus Oka pernah menjadi pejabat Residen dan pejabat Gubernur Bali pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Lantas bagaimana sejarah I Gusti Bagus Oka? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (366): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Sejarah Pulau Bali: Cornelis de Houtman s/d Presiden Soekarno

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah (pulau) Bali adalah sejarah yang panjang.Dalam penulisan sejarah. Pada saat pelaut-pelaut pertama Belanda (1595-1597) yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman tiba di Indonesia (baca: Hindia Timur) hanya diterima di Bali (setelah mereka terusir dari pelabuhan Banten). Saat de Houtman kembali ke Belanda ditinggal dua pedagang di Bali. Sebagaimana di daerah lainnya, sejarah Belanda di Bali terus berlangsung hingga pada era Presiden Soekarno (Belanda terusir dari Bali).

Pulau Bali adalah salah satu pulau di Indonesia yang berada dalam gugusan Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau ini sekarang termasuk wilayah Provinsi Bali. Pulau ini juga sebagai Pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura. Pulau Bali terletak di sebelah timur Pulau Jawa dan sebelah barat Pulau Lombok. Jarak dengan ujung tertimur Pulau Jawa yaitu 1,6 km. Titik tertinggi pulau ini yaitu Gunung Agung dengan tinggi 3.142 meter. Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian barat pulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya ajaran Hindu dan tulisan Bahasa Sanskerta dari India pada 100 SM. Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, di antaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (1293–1500 M) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Bali? Seperti disebut di atas, Bali adalah tempat pertama bagi kehadiran Belanda di Hindia Timur (era Cornelis de Houtman) dan harus berakhir pada era Presiden Soekarno. Seperti kita lihat nanti pada tanggal 19 Agustus 1950, kontingen terakhir dari batalyon Prajoda meninggalkan pulau Bali (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 25-10-1950). Lantas bagaimana sejarah Bali dari Cornelis de Houtman hingga Presiden Soekarno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.