Sabtu, 19 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (481): Pahlawan Indonesia dan Guru Jawa Studi ke Belanda 1874; Willem Iskander - Soetan Casajangan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada dua guru pribumi di Belanda pada generasi berbeda, Sati Nasution alias Willem Iskander dan Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan. Pada tahun 1874 Willem Iskander membawa tiga guru muda ke Belanda umtuk melanjutkan studi di bidang keguruan, Raden Soerono dari Soerakarta, Barnas Lubis dari Tapanoeli dan Raden Adi Sasmita dari Bandoeng. Soetan Casajangan pendiri organisasi mahasiswa pribumi Indische Vereeniging di Belanda 1908, membimbing guru muda dari Jogjakarta kelahiran Solo bernama Sjamsi Sastra Widagda saat persiapan dan selama studi untuk mendapatkan akta guru.

Willem Iskander (lahir dengan nama Sati Nasution lalu bergelar Sutan Iskandar di Pidoli Lombang, Mandailing, Tapanuli, Maret 1840 – meninggal di Amsterdam, Belanda, 8 Mei 1876 pada umur 36 tahun) adalah tokoh pendidikan dari daerah Mandailing. Willem mendirikan sekolah guru sepulang dari pendidikan di Belanda. Ia merupakan pujangga bahasa yang menyair tentang pendidikan dan cinta kampung halaman. Rajiun Harahap (Harajaan:Soetan Casayangan Soripada) (1874-1927) adalah seorang Pendidik dan Pemerakarsa berdirinya Perhimpunan Indonesia. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Kweekschool Padang Sidempuan, Tahun 1904 Ia berangkat ke Belanda untuk melanjutkan pendidikannya. Ia belajar di Harleem untuk Sekolah guru selama satu tahun sembilan bulan. Kemudian ia menjadi asisten dosen Prof Charles Adriaan Van Ophuysen di mata kuliah Bahasa Melayu, Sejarah Indonesia, Islam, Daerah dan Penduduk Indonesia. Selain itu ia mengikuti pendidikan Hoofdacte selama tiga tahun dan menjadi Guru Bahasa Melayu di sekolah dagang, di Rotterdam dan Harleem. Selama empat tahun (1913 - 1917), Sutan Kasayangan mengajar di Bukittinggi dan Amboina dalam banyak mata pelajaran Matematika, Ilmu ukur, Sejarah, Botani, Biologi, Fisika, Geografi disamping ilmu Bahasa Melayu dan Bahasa Belanda. November 1917 sampai Desember 1918, Ia menjadi Asisten J.H. Nieuwenhuis dan Dr. D.A. Rinkes. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah guru (asal) Jawa melanjutkan studi ke Belanda? Seperti disebut di atas, guru asal Jawa studi di Belanda dibimbing oleh dua guru asal Angkola Mandailing, Tapanoeli pada dua generasi berbeda. Willem Iskander adalah pribumi pertama studi ke Belanda (1857-1860) dan Soetan Casajangan pendiri organisasi mahasiswa pribumi 1908. Lalu bagaimana sejarah guru (asal) Jawa melanjutkan studi ke Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (480): Pahlawan Indonesia dan Boedi Oetomo;Mengapa Arah Visi Bergeser Menjadi Sifat Kedaerahan?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Apakah Boedi Oetomo sebagai organisasi kebangsaan yang pertama? Yang jelas pada tahun 1900 di Padang telah didirikan organisasi kebangsaan yang diberi nama Medan Perdamaian. Penggagas dan ketua pertama adalah Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda. Pada tahun 1902 Dja Endar Moeda memberikan sumbangan dari anggota Medan Perdamaian sebanyak f14.000 untuk membantu peningkatan pendidikan di Semarang. Organisasi kebangsaan Medan Perdamaia bervisi nasional. Namun pertanyaanya mengapa Boedi Oetomo yang didirikan tahun 1908 visinya bergeser menjadi bersifat kedaerahan (Jawa dan Madoera)?

Budi Utomo adalah organisasi pemuda yang didirikan oleh Soetomo dan para mahasiswa STOVIA, yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908. Organisasi ini digagas oleh Wahidin Sudirohusodo. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan budaya yang tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal pergerakan yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, walaupun pada awalnya organisasi ini hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Saat ini tanggal berdirinya Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Pada tahun 1907, Wahidin Sudirohusodo melakukan kunjungan ke STOVIA dan bertemu dengan para mahasiswa yang masih bersekolah di sana. Lalu, ia menyerukan gagasan pada mereka untuk membentuk organisasi yang dapat mengangkat derajat bangsa. Selain itu, Sudirohusodo juga ingin mendirikan sebuah organisasi di bidang pendidikan yang bisa membantu biaya orang-orang pribumi yang berprestasi dan mempunyai keinginan untuk bersekolah, tetapi terhambat biaya. Gagasan ini menarik bagi para mahasiswa di sana, terutama Soetomo, Gunawan Mangunkusumo, dan Soeradji Tirtonegoro. Selanjutnya, Soetomo bersama dengan M. Soeradji mengadakan pertemuan dengan mahasiswa STOVIA yang lain untuk membicarakan gagasan organisasi yang disampaikan oleh Sudirohusodo. Acara itu berlangsung tidak resmi di Ruang Anatomi milik STOVIA saat tidak ada jam pelajaran. Pertemuan tersebut membentuk sebuah organisasi yang diberi nama "Perkumpulan Budi Utomo" sehingga Budi Utomo pun berdiri pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Boedi Oetomo? Seperti disebut di atas, oragnisasi kebangsaan Boedi Oetomo awalnya bervisi nasional tetapi kemudian bergeser menjadi bersifat kedaerahan. Mengapa bisa begitu? Lalu bagaimana sejarah Boedi Oetomo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 18 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (479): Pahlawan Indonesia – Goenawan Mangoenkoesoemo; Indische Vereeniging dan Kongres Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam foto yang dimuat di Wikipedia disebut dari kiri ke kanan: Gunawan Mangunkusumo, Mohammad Hatta, Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono dan RM Sartono. Tampakanya penulis teks foto itu keliru. Faktanya Goenawan Mangoenkoesoemo lulus dokter di Belanda dan kembali ke tanah air pada tanggal 4 April 1920 (lihat De avondpost. 02-04-1920). Sementara itu Mohamad Hatta lulus HBS di PHS Batavia pada tahun 1921 dan berangkat studi ke Belanda. Bagaimana mereka berdua bertemu dalam satu foto?

Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia adalah organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Belanda didirikan tahun 1908. Indische Vereeniging berdiri atas prakarsa [Radjioen Harahap gelar] Soetan Casajangan Soripada [dan R.M. Noto Soeroto] yang tujuan utamanya ialah [mengadakan pesta dansa-dansa dan pidato-pidato]. Sejak Cipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) masuk, pada 1913, [mulailah mereka memikirkan mengenai masa depan Indonesia]. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa Indonesia. Semenjak itulah vereeniging ini memasuki kancah politik. Waktu itu pula vereeniging menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama Hindia Poetera, tetapi isinya sama sekali tidak memuat tulisan-tulisan bernada politik]. Pada September 1922, saat pergantian ketua antara Dr. Soetomo dan Herman Kartawisastra organisasi ini berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging. Para anggota Indonesische juga memutuskan untuk menerbitkan kembali majalah Hindia Poetra dengan Mohammad Hatta sebagai pengasuhnya. Saat Iwa Koesoemasoemantri menjadi ketua pada 1923, Indonesische mulai menyebarkan ide non-kooperasi yang mempunyai arti berjuang demi kemerdekaan tanpa bekerjasama dengan Belanda. Tahun 1924, saat M. Nazir Datuk Pamoentjak menjadi ketua, nama majalah Hindia Poetra berubah menjadi Indonesia Merdeka. Tahun 1925 saat Soekiman Wirjosandjojo nama organisasi ini resmi berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Hatta menjadi Voorzitter (Ketua) PI terlama yaitu sejak awal tahun 1926 hingga 1930, [sebelumnya setiap ketua hanya menjabat selama setahun]. (Wikipedia). Catatan: Dicoret untuk dibahas

Lantas bagaimana sejarah Goenawan Mangoenkoesoemo? Seperti disebut di atas, Goenawam Mangoenkoesoemo berbeda generasi dengan Mohamad Hatta di Indische Vereeniging di Belanda. Keduanya sama-sama pernah memimpin Indische Vereeniging/Indonesisch Vereeniging. Lalu bagaimana sejarah Goenawan Mangoenkoesoemo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (478): Pahlawan Indonesia dan Teori Proto Deutro Melayu; Asal Usul - Teori Penduduk Asli Nusantara

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Banyak teori yang membingkai asal usul (suku-suku) bangsa Indonesia (baca: Nusantara). Namun diantaranya ada yang tabrakan. Ada yang percaya telah terjadi migrasi dari Tiongkok/Indochina ke wilayah kepulauan. Ada pula yang menghubungkan teori itu dengan teori paparan Sahul (satu daratan Asia dengan Sumatra, Jawa dan Borneo). Tentu saja lupa mempertimbangkan eksistensi manusia purba di Jawa. Penggunaan terminologi Melayu juga tampaknya kurang pas jika dihubungkan dengan asal usul. Hal ini karena (bahasa) Melayu hanyalah suksesi (bahasa) Sanskerta.

Proto-Melayu atau Melayu Tua adalah istilah usang untuk menyebut ras Melayu "gelombang" pertama dari dua "gelombang" migrasi yang dulu diperkirakan terjadi dalam pendudukan Nusantara oleh penutur bahasa Austronesia. Menurut teori "dua gelombang" ini, termasuk Melayu Tua di Indonesia adalah: Gayo (Aceh); Batak (Sumatra Utara); Nias (pantai barat Sumatra Utara); Minangkabau (Sumatra Barat); Kerinci (Jambi); Besemah (Sumatra Selatan); Rejang (Bengkulu); Lampung (Lampung); Toraja (Sulawesi Selatan); Sasak (Lombok); Dayak (Kalimantan). Teori ini secara resmi tidak lagi diakui penggunaannya, karena para arkeolog menyimpulkan bahwa tidak ada dasar arkeologi yang berarti yang menunjukkan adanya perbedaan antara Proto-Melayu dan Deutero-Melayu. Di Malaysia, istilah Proto-Melayu masih digunakan untuk sebuah suku yang bernama Orang Asli. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah asal usul (suku) bangsa di Nusantara? Seperti disebut di atas, sejarah asal usul bangsa di Nusantara/Indonesia disebut dua tahap yang dibingkai sebagai proto Melayu dan deutro Melayu. Tentulah itu sangat naif. Lalu bagaimana sejarah asal-usul bangsa di Nusantara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 17 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (477): Pahlawan Indonesia-Abdoel Rivai Docter Djawa Studi Kedokteran di Belanda;Naturalisasi Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam sejarah Indonesia nama Abdoel Rivai sering disebut. Abdoel Rivai memulai pendidikan di sekolah Docter Djawa School di Batavia yang kemudian aktif dalam bidang jurnalistik. Abdoel Rivai melanjutkan studi kedokteran di Belanda. Sebelum kembali ke tanah air, Abdoel Rivai termasuk salah satu yang dinaturalisasi menjadi warga negara Belanda. Tokoh lainnya juga termasuk [Hadji] Agoes Salim.

Abdoel Rivai (13 Agustus 1871 – 16 Oktober 1937) adalah dokter dan wartawan, orang Indonesia pertama yang menerbitkan surat kabar berbahasa Melayu dari luar negeri (Eropa), juga pribumi Indonesia pertama meraih gelar doktor. Rivai dianugerahi gelar sebagai Perintis Pers Indonesia pada tahun 1974 oleh Pemerintah Indonesia. Abdoel Rivai lahir dari pasangan Abdul Karim dan Siti Kemala Ria. Ayahnya bekerja sebagai guru. Pada tahun 1886, dia diterima bersekolah di STOVIA dan pada tahun 1894 ditugaskan menjadi dokter di Medan. Tahun 1899, Rivai melanjutkan pendidikan ke Belanda. Rivai merupakan orang Hindia pertama yang bersekolah kedokteran di Belanda, dan berhasil menyelesaikan pendidikan kedokterannya pada tahun 1907. Ia kemudian melanjutkan studi doktoralnya di Universitas Gent, Belgia dan lulus pada 23 Juli 1908. Pada awal abad ke-20 Rivai terlibat perdebatan dengan A.A Fokker, pejabat Belanda yang mengklaim lebih fasih berbahasa Melayu ketimbang orang Melayu sendiri. Akibat kegemilangannya dalam berdebat, Rivai diperbolehkan sekolah di Utrecht. Pada tahun 1900 Rivai memprakarsai surat kabar Pewarta Wolanda. Kendati terbit dari Amsterdam, bersama Henri Constant Claude Clockener Brousson, Rivai menerbitkan Bendera Wolanda pada 15 April 1901. Juga bersama Brousson, ia mendirikan usaha penerbitan Bintang Hindia pada Juli 1902. Selanjutnya, Rivai memutuskan untuk keluar dari Bintang Hindia pada tahun 1907, hingga akhirnya Bintang Hindia ahun 1910 berakhir. Setibanya dari Belanda tahun 1911, Rivai turut mendukung pembentukan Indische Partij (IP) di Sumatra. Tahun 1913 IP dibubarkan dimana mantan aktivisnya kemudian mendirikan Insulinde. Pada tahun 1918, ia diangkat anggota Volksraad mewakili Insulinde. Ia kemudian menetap di Jakarta, sebagai pembantu utama surat kabar Bintang Timur. Sementara itu surat kabar Pewarta Deli, Medan menyebutnya Sebagai "Bapak dalam golongan Jurnalistik". (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Abdoel Rivai? Seperti disebut di atas, nama Abdoel Rivai sudah sering disebut sejak doeloe dan narasi sejarahnya terbilang sudah cukup lengkap ditulis. Namun tentu saja masih perlu ditulis ulang karena ditemukan babnyak data baru yang tidak terdapat dalam narasi lama. Lalu bagaimana sejarah Abdoel Rivai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (476): Pahlawan Indonesia - Penemuan Pedalaman Sulawesi; Suku Makki dan Toradja di Jantung Celebes

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Penemuan pedalaman Sulawesi tidak sesulit penemuan pedalaman Sumatra dan Kalimantan. Penemuan pedalaman Sulawesi mirip penemuan pedalaman Jawa. Perbedaannya adalah kurun waktu dan tingkat peradaban (perkembangan penduduk) penduduk di pedalaman pada masa penemuan. Namun situs kuno yang terdapat di pedalaman Sulawesi sudah terbilang sangat tua seperti menhir.

Sulawesi dahulu dikenal sebagai Celebes adalah sebuah pulau di Indonesia. Sulawesi merupakan salah satu dari empat Kepulauan Sunda Besar. Bentang alam di Sulawesi mencakup empat semenanjung, yakni Semenanjung Utara, Semenanjung Timur, Semenanjung Selatan, dan Semenanjung Tenggara. Ada tiga teluk yang memisahkan semenanjung-semenanjung ini, yaitu Teluk Tomini (Teluk Gorontalo) yang membentang di wilayah perairan selatan dari Semenanjung Minahasa, Semenanjung Gorontalo, dan Semenanjung Tomini (Tomini Bocht), Teluk Tolo di antara Semenanjung Timur dan Tenggara, dan Teluk Bone di antara Semenanjung Selatan dan Tenggara. Sulawesi juga terletak di antara pertemuan tiga lempeng, yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan Sulawesi memiliki struktur tektonik yang sangat kompleks. Nama Sulawesi diperkirakan berasal dari kata dalam bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah yaitu kata sula yang berarti nusa (pulau) dan kata mesi yang berarti besi (logam), yang mungkin merujuk pada praktik perdagangan bijih besi hasil produksi tambang-tambang yang terdapat di sekitar Danau Matano, dekat Sorowako, Luwu Timur. Sedangkan bangsa/orang-orang Portugis yang datang sekitar abad 14–15 masehi adalah bangsa asing pertama yang menggunakan nama Celebes untuk menyebut pulau Sulawesi secara keseluruhan. Pulau ini terbentuk melalui lekukan tepi laut dalam yang mengelilinginya hingga wilayah pedalaman berupa pegunungan yang tinggi dan sebagian besar nonvulkanik. Gunung berapi aktif ditemukan di Semenanjung Minahasa yang berada di sisi timur dari Semenanjung Utara Sulawesi dan terus membentang ke utara menuju Kepulauan Sangihe. Daerah ini merupakan tempat bagi beberapa gunung berapi aktif seperti Gunung Lokon, Gunung Awu, Soputan, dan Karangetang. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah penemuan wilayah pedalaman Sulawesi? Seperti disebut di atas, wilayah pedalaman Sulawesi meski sudah diketahui sejak jaman kuno karena jarak yang dekat antar pantai, namun bagaimana situasi dan kondisi di pedalaman tidak pernah diketahui. Tidak ada ekspedisi khusus yang dilakukan untuk mencapai pedalaman hanya berdasarkan laporan individu yang pernah ke pedalaman. Lalu bagaimana sejarah penemuan wilayah pedalaman pulau Sulawesi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.