Rabu, 29 Juni 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (682): Federasi Malaysia 1965 dan Kemerdekaan Singapura; Sabah - Sarawak Soal Malaysia Agreement

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sebelum keluar, Inggris ingin terbentuinya Federasi Malaysia (dimana pengaruh Inggris masih ada dan kepentingan Inggris terjaga). Namun dalam pembentukan Federasi Malaysia banyak pihak yang terkait. Pertama adalah Federasi Malaya yang menginginkan selain Singapoera juga Sabah dan Serawak dimasukkan yang direalisasikan tahun 1963 (Malaysia Agreeement MA63). Dalam hal ini Inggris dan Federasi Malaya diuntungkan. Kedua Indonesia bersama Filipina menentang campur tangan Inggris, khususnya soal Sabah dan Serawak. Awalnya Federasi Malaysia satu kata dengan Indonesia dan Filipina, tetapi Federasi Malysia berbalik arah lalu bekerjasama dengan Inggris. Ketiga, Singapoera sendiri yang akhirnya keluar dari MA63) tahun 1965. Kini, Sabah dan Serawak (yang tidak mendengar nasehat Indonesia dan Filipina) terperangkap dalam misi khusus Federasi Malaya.

Kemerdekaan Malaya, Pulau Pinang dan Melaka dicapai pada 31 Agustus 1957 dengan nama Federasi Malaya. Singapura masih berada di bawah kekuasaan Britania Raya pada saat itu karena letaknya yang stategis. Pada 16 September 1963, Federasi Malaya bersama-sama dengan koloni mahkota Britania, yaitu Sabah (Borneo Utara), Sarawak, dan Singapura, membentuk Malaysia (Malaysia Agreement MA63). Kesultanan Brunei, meski mulanya berminat menggabungi Federasi, menarik kembali rencana penyatuan itu karena adanya penentangan dari sebagian penduduk, juga dalih tentang pembayaran royalti minyak dan status Sultan di dalam perencanaan penyatuan. Tahun-tahun permulaan pembentukan atau kemerdekaan diganggu oleh konflik dengan Indonesia yang dicetuskan oleh Soekarno melalui Dwikora karena ketidak sesuaian dengan laporan Sekretaris Jenderal PBB menyangkut pelanggaran Manila Accord dalam pembentukan Malaysia, Dalam perjalanan federasi ini bekurang satu dimana Singapura keluar pada 1965 karena kembali adanya ketidak sesuaian dengan Perjanjian Pembentukan Malaysia. Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Federasi Malaysia dan Kemerdekaan Singapoera pada tahun 1965? Seperti disebut di atas, Singapoera keluar dari MA63 pada tahun 1965. Mengapa Sabah dan Sarawak lalu terperangkap dalam misi khusus Federasi Malaya? Lalu bagaimana Federasi Malaysia dan Kemerdekaan Singapoera pada tahun 1965? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah Menjadi Indonesia (681): Semua Orang Pribumi di Malaysia Bangsa Melayu; Bangsa Indonesia = Semua Warga Negara

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di Malaysia dibagi ke dalam tiga golongan bangsa (Melayu, Cina dan India). Di Malaysia semua orang Nusantara (pribumi), apakah orang Batak, Minangkabau, Jawa atau Bugis dan beragama Islam disebut bangsa Melayu. Sebaliknya di Indonesia, semua orang Batak, Minangkabau, Jawa, Bugis atau lainnya, termasuk orang Melayu apapun agamanya disebut Bangsa Indonesia. Di Malaysia juga semua orang Indonesia (Batak, Minangkabau, Jawa, Bugis, Melayu dan lainnya) disebut bangsa/ras Melayu. Apa, iya? Bukankah tidak semua orang Indonesia beragama Islam? Nah, lo! Yang jelas di Indonesia orang Melayu hanyalah satu suku dari banyak suku yang terdapat di Indonesia.

Warga negara Malaysia keturunan Indonesia, juga dikenal sebagai Anak Dagang adalah warga negara Malaysia keturunan Indonesia. Saat ini, terdapat banyak sekali orang Melayu Malaysia yang memiliki garis keturunan dari suku-suku di Indonesia dan telah memainkan banyak peran penting didalam pembentukan dan perkembangan negara Malaysia, sebagian besar dari mereka telah berasimilasi dengan komunitas Melayu lokal dan hampir seluruh keturunan Indonesia di Malaysia telah dikelompokkan sebagai bagian dari masyarakat Melayu atau secara spesifik disebut kelompok “Anak Melayu dagang”. Sensus di Malaysia tidak mengkategorikan masyarakat yang berasal dari kelompok etnis di Indonesia sebagai kelompok etnis yang terpisah (seperti Jawa, Minangkabau, Banjar, Bugis dll), melainkan dikelompokan sebagai bagian dari masyarakat Melayu. Berbeda dengan Indonesia, di Malaysia, definisi Melayu telah diperluas ke semua orang yang bisa berbahasa Melayu, beragama Islam, dan mengikuti tradisi dan adat Melayu, dapat disebut sebagai masyarakat “Melayu”, bahkan orang asing yang menikah dengan orang Melayu dan memeluk Islam juga dapat diterima sebagai bagian dari masyarakat Melayu. Di Malaysia ada kecenderungan politik untuk mencoba menempatkan semua kelompok etnis yang bisa dan memahami bahasa Melayu dan beragama Islam di bawah satu panji - Melayu ("Jika Anda berbicara Melayu dan Anda Muslim, maka Anda Melayu"). Tidak demikian halnya di Indonesia dimana semua suku bangsa memiliki identitas budayanya masing-masing yang diakui dan dihormati oleh pemerintah. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah semua orang Nusantara (pribumi) di Malaysia disebut bangsa Melayu? Seperti disebut di atas, ada perbedaan identifikasi bangsa (Melayu) di Malysia dengan di Indonesia (semua warga negara adalah Bangsa Indonesia). Lalu bagaimana sejarah semua orang Nusantara (pribumi) di Malaysia disebut bangsa Melayu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Selasa, 28 Juni 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (680): Ompung dan Eyang Nama Gelar Raja Zaman Kuno; Hyang Hang Yang Dipertuah Mpu Empung

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ompung adalah kakek di Tanah Batak dan Eyang adalah kakek di Tanah Jawa. Dalam silsilah keluarga (batih) sebutan kakek dan cucu adalah dua sebutan yang terus berulang seperti halnya grandfather (kakek) dan grandson (cucu). Dalam tradisi, terutama di Tanah Batak, nama anak pertama adalah sebutan ayah dan cucu pertama adalah sebutan kakek. Lantas pernahkah terpikir bahwa Ompung dan Eyang berasal dari zaman kuno sebagai gelar yang sangat terhormat (Raja): Ompung di Tanah Batak yang merujuk pada Mpu dan Empung; Eyang di Tanah Jawa yang merujuk pada Hyang, Hang dan Yang di Peruah (Yang di Pertuan).

Pada zaman dahulu kala, di Jawa dikenal nama-nama terkenal dengan gelar Mpu seperti Mpu Prapanca, Mpu Grandring, Mpu Sendok, Mpu Tantular. Di wilayah Melayu (Sumatra dan Semenanjung) pada zaman dahulu dikenal gelar Hang seperti Hang Tuah, Hang Lekir dan Hang Jebat. Gelar Hang kemudian diduga menjadi Yang seperti Yang Dipertuan Agung. Pada zaman yang lebih tua, selain Hang dan Mpu disebut nama gelar Hyang seperti pada prasasti Kedoekan Boekit (682 M) yakni Dapunta Hyang Nayik (di Tanah Batak?); prasasti Talng Tuwo (684 M) Dapunta Hyang Srinagajaya (di Tanah Palembang) dan prsasati Sojomerto (700 M) Dapuntra Seildendra, tidak disebutkan gelar Hyang (di Tanah Jawa). Kini Mpu menjadi Empung di Sulawesi dan Ompung di Tanah Batak; Hyang atau Hang menjadi Eyang di Jawa.

Lantas bagaimana sejarah Ompung dan Eyang yang merujuk pada nama gelar Raja pada Zaman Kuno? Seperti disebut di atas, pada zaman dahulu kala raja memiliki gelar, tetapi kini nama-nama gelar itu hanya dikenal sebagai sebutan kakek. Lalu bagaimana sejarah Ompung dan Eyang yang merujuk pada nama gelar Raja pada Zaman Kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah Menjadi Indonesia (679): Sabah di Borneo Utara Negeri Tambunan Kinabalu; Negeri Sibu dan Negeri Bintulu di Serawak

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada artikel sebelumnya telah dideskripsikan sejarah lama Serawak dimana dihubungkan dengan Kerajaan Aru di pantai timur Sumatra dan telah disinggung nama-nama lama seperti negeri-negeri Sibu dan Bintulu. Pada artikel ini dideskripsikan sejarah Sabah di Borneo Utara dekat Sulu dimana pada kawasan gunung Kinabalu terdapat nama lama negeri Tambunan.

Sabah adalah salah satu dari 13 negara bagian di Malaysia. Sabah adalah negara bagian kedua terbesar di Malaysia setelah Sarawak. Sabah juga berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia, di selatan. Ibu kota negara bagian ini adalah Kota Kinabalu. Sabah sering disebut sebagai "Negeri di Bawah Angin" yang digunakan oleh pelaut pada masa lalu untuk menggambarkan daratan di selatan sabuk topan. Asal mula nama Sabah masih belum jelas, dan banyak teori yang muncul. Salah satu teori adalah bahwa pada masa Sabah merupakan bagian dari Kesultanan Brunei, di daerah pantai wilayah tersebut banyak ditemukan pisang saba (dikenal juga dengan nama pisang menurun yang tumbuh secara luas dan populer di Brunei. Suku Bajau menyebutnya pisang jaba. Nama Saba juga merujuk pada salah satu varietas pisang dalam bahasa Tagalog dan Visaya. Selain itu, dalam bahasa Visaya kata itu juga berarti "bising". Saat Brunei menjadi salah satu negara vasal Majapahit, naskah Nagarakretagama karya Empu PrapaƱca menyebut wilayah yang kini Sabah dengan nama Seludang. Sementara itu, meskipun Tiongkok telah berkait dengan Pulau Borneo sejak zaman Dinasti Han, mereka tidak memiliki nama khusus untuk wilayah itu. Baru pada masa Dinasti Song, mereka menyebut Borneo dengan nama Po Ni (disebut juga Bo Ni), yang merupakan nama yang sama yang merujuk pada Kesultanan Brunei pada saat itu. Karena lokasi Sabah berhubungan dengan Brunei, terkesan bahwa Sabah adalah sebuah kata dalam bahasa Melayu Brunei yang berarti hulu atau "di arah utara". Teori lain menyatakan bahwa nama itu berasal dari kata dalam bahasa Melayu sabak yang berarti tempat gula aren diekstrak. Sabah juga merupakan satu kata dalam bahasa Arab yang berarti matahari terbit. Banyaknya teori menyebabkan asal mula sebenarnya dari nama Sabah sulit ditentukan. Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Sabah di Borneo Utara dan Negeri Tambunan di Kinabalu? Seperti disebut di atas, wilayah Sabah adalah wilayah yang sudah lama dikenal yang dihubungkan dengan Brunai dan Sulu. Lalu bagaimana sejarah Sabah di Borneo Utara dan Negeri Tambunan di Kinabalu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Senin, 27 Juni 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (678): Serawak dan Kerajaan Aru di Padang Lawas; James Brooke dari Tapanoeli Koloni Serawak 1841

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Jauh sebelum dikenal nama Serawak di Borneo Utara, sudah dikenal nama Brunai. Sejak kehadiran orang Eropa, pelaut Portugis yang mengunjungi Broenai tahun 1524, sejak itu nama peta pulau disebut Borneo (merujuk pada nama Brunai). Bagaimana dengan wilayah Serawak ketika Brunai telah menjadi pelabuhan ramai dalam aktivitas perdagangan?

Sarawak, populer dengan julukan Bumi Kenyalang secara de facto merupakan sebuah negara berdaulat yang merdeka pada 22 Juli 1963, dan secara de jure juga termasuk sebagai salah satu negara bagian di Malaysia. Negara bagian ini memiliki otonomi dalam pemerintahan, imigrasi, dan yudisier yang berbeda dari negara-negara bagian di Semenanjung Malaysia. Sarawak terletak di Barat Laut Borneo dan berbatasan dengan Negara Bagian Sabah di Timur Laut, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Timur, dan Provinsi Kalimantan Utara di bagian Selatan, juga berpapasan dengan Brunei di Timur Laut. Berdasarkan penjelasan yang paling umum diterima, kata "Sarawak" berasal dari bahasa Melayu Sarawak, serawak, yang berarti antimon. Sementara itu, menurut penjelasan lain yang populer, kata Serawak merupakan pemendekan dari empat kata Melayu yang konon pernah diucapkan oleh Pangeran Muda Hashim (paman Sultan Brunei), Saya serah pada awak (Aku menyerahkannya kepadamu), saat ia memberikan Sarawak kepada James Brooke pada 1841. Namun, penjelasan semacam itu tidak benar, karena wilayah tersebut sudah dijuluki Sarawak sebelum kedatangan Brooke, dan kata "awak" tak pernah ada dalam kosakata Melayu Sarawak sebelum pembentukan negara Malaysia. Sarawak juga dijuluki "Tanah Rangkong" (Bumi Kenyalang), karena burung rangkong merupakan salah satu simbol kebudayaan yang penting bagi suku Dayak di Sarawak. Selain itu, terdapat sebuah kepercayaan setempat yang menyatakan bahwa burung rangkong akan mendatangkan keberuntungan jika terlihat terbang di atas permukiman. Di Sarawak juga terdapat 8 dari 54 spesies rangkong dunia, dan rangkong badak adalah burung resmi negara bagian Sarawak. Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Serawak dan Kerajaan Aru di pantai timur Sumatra? Seperti disebut di atas, tempo doeloe Kerajaan Aroe di pantai timur Sumatra, tempo kolonial Eropa James Brooke dari Tapanoeli 1841. Lalu bagaimana sejarah Serawak dan Kerajaan Aru di pantai timur Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah Menjadi Indonesia (677): Brunai dan Kerajaan Aru di Pantai Timur Sumatra; Awal Sejarah Kerajaan Brunai Borneo Utara

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam memahami sejarah awal Brunai di Borneo utara harulah memperhatikan bnkti-bukti awal, antara lain peta Ptolomeus abad ke-2, prasasti Muara Kaman, Koetai abad ke-5, prasasti Laguna, Mainla (Luzon) 900 M dan prasasti Ligor dan khususnya prasasti Trenggano 1326 (atau 1386). Ini mengindikasikan bahwa wilayah Borneo Utara yang sekarang khususnya wilayah Brunai adalah wilayah yang sudah dikenal luas sejak zaman kuno. Selanjutnya bagaimana? Apa hubungannya dengan Kerajaan Aru di pantai timur Sumatra?

Brunei Darussalam atau Brunei adalah negara berdaulat di Asia Tenggara yang terletak di pantai utara pulau Kalimantan. Negara ini memiliki wilayah seluas 5.765 km² yang menempati pulau Kalimantan dengan garis pantai seluruhnya menyentuh Laut Tiongkok Selatan. Wilayahnya dipisahkan ke dalam negara bagian di Malaysia Sarawak. Replika stupa yang dapat ditemukan di Pusat Sejarah Brunei menjelaskan bahwa agama Hindu-Buddha pada suatu masa dahulu pernah dianut oleh penduduk Brunei. Sebab telah menjadi kebiasaan dari para musafir agama tersebut, apabila mereka sampai di suatu tempat, mereka akan mendirikan stupa sebagai tanda serta pemberitahuan mengenai kedatangan mereka untuk mengembangkan agama tersebut di tempat itu. Replika batu nisan P'u Kung Chih Mu, batu nisan Rokayah binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan ibni Muhammad Shah Al-Sultan, dan batu nisan Sayid Alwi Ba-Faqih (Mufaqih) pula menggambarkan mengenai kedatangan agama Islam di Brunei yang dibawa oleh musafir, pedagang dan mubalig-mubaliq Islam, sehingga agama Islam itu berpengaruh dan mendapat tempat baik penduduk lokal maupun keluarga kerajaan Brunei. Islam mulai berkembang dengan sangat pesat di Kesultanan Brunei sejak Syarif Ali diangkat menjadi Sultan Brunei ke-3 pada tahun 1425 M karena sultan yang sebelumnya mengahwini puterinya dengan Syarif Ali. Sultan Syarif Ali adalah seorang Ahlul Bait dari keturunan / pancir dari Cucu Rasulullah Shalallahualaihi Wassallam yaitu Amirul Mukminin Hasan / Syaidina Hasan sebagaimana yang tercantum dalam Batu Tarsilah / prasasti dari abad ke-18 M yang terdapat di Bandar Sri Begawan, Brunei. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Brunai dan Kerajaan Aru di Pantai Timur Sumatra? Seperti disebut di atas, awal sejarah Kerajaan Brunai di Borneo Utara satu hal dan awal sejarah wilayah di Borneo Utara adalah hal lain lagi. Lalu bagaimana sejarah sejarah Brunai dan Kerajaan Aru di Pantai Timur Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..