Sabtu, 15 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (47): Detik-Detik Berakhirnya Hindia Belanda di Bangka dan Belitung; Pribumi/Tionghoa vs Orang Cina


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Pendudukan Inggris (1812) memisahkan Bangka daan Belitung dari Residentie Palembang. Pada saat kembalinya Pemerintah Hindia Belanda berkuasa, kepulauan Bangka dan kepulauan Belitung dijadikan sebagai satu residentie tersendiri pada tahun 1822. Lalu kemudian pada tahun 1851 di pulau Belitung dibentuk cabang Pemerintah Hindia Belanda dengan menampatkan seorang Asisten Residen di Tandjoeng Pandan. Semua itu harus berakhir dengan terjadinya pendudukan Jepang pada tahun 1942 (yang menjadi pemutus Pemerintah Hindia Belanda dengan terbentuknya Pemerintah Republik Indonesia).


Tanggal 1 Januari 1939 berlaku peraturan baru di wilayah Belitung, yang berarti Pulau Belitung sudah diberi hak untuk mengatur daerahnya sendiri. Tentu saja hal tersebut mempengaruhi beberapa keadaan, misalnya Onder-afdeling Belitung meliputi 2 distrik yaitu, Distrik Belitung Barat dan Distrik Belitung Timur, yang masing-masing dikepalai oleh seorang Demang. Tentara Jepang menduduki Pulau Belitung pada bulan April 1944, pemerintahan dikedua distrik dikepalai oleh Gunco. Pada awal tahun1945 oleh Jepang di Belitung dibentuk Badan Kebaktian Rakyat yang bertugas membantu pemerintahan. Masa pendudukan Jepang tidak lama, selanjutnya perubahan kembali terjadi ketika tentara Belanda kembali menguasai Belitung pada tahun 1946. Pada masa pemerintahan Belanda ini, Onder-afdeling Belitung diperintah kembali oleh Asisten Residen Bangsa Belanda, sedangkan penguasaan distrik tetap dipegang oleh seorang Demang yang kemudian diganti dengan sebutan Bestuurhoofd.  Pulau Belitung sebagai bagian dari Residensi Bangka - Belitung, beberapa tahun lamanya pernah menjadi bagian dari Gewest Borneo, kemudian menjadi bagian Gewest Bangka - Belitung dan Riau. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, karena muncul peraturan yang mengubah Pulau Belitung menjadi Neolanchap. Selanjutnya sebagai badan pemerintahan dibentuklah Dewan Belitung pada tahun 1947. Pada waktu pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS), Neolanchap Belitung merupakan negara tersendiri, bahkan karena sesuatu hal tidak menjadi negara bagian. Tahun 1950 Belitung dipisahkan dari RIS dan digabungkan dalam Republik Indonesia. Pulau Belitung menjadi sebuah kabupaten yang termasuk dalam Provinsi Sumatera Selatan dibawah kekuasaan militer, karena pada waktu itu Sumatera Selatan merupakan Daerah Militer Istimewa. Sesudah berakhirnya pemerintahan militer, Belitung kembali menjadi kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati (https://portal.belitung.go.id/sejarah-belitung)

Lantas bagaimana sejarah detik berakhir Pemerintah Hindia Belanda di Bangka dan Belitung? Seperti disebut di atas, cabang pemerintahan Pemerintah Hindia Belanda telah berlangsung lebih dari satu abad, sejak 1822, tetapi harus berakhir tahun 1942. Dalam fase ini terdapat dua kelompok populasi pribumi dan orang Cina. Lalu bagaimana sejarah detik berakhir Pemerintah Hindia Belanda di Bangka dan Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (46): Depati Amir, Pahlawan Nasional Asal Bangka Belitung; Mengapa Diasingkan ke Koepang, 1851?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Pahlawan Indonesia sangat banyak jumlahnya. Namun pahlawan Indonesia di Bangka Belitung baru satu yang ditabalkan dengan gelar Pahlawan Nasional, Depati Amir. Perjuangan Depati Amir di pulau Bangka dalam hubungannya dengan perselisihan dalam pertambangan timah di pulau Bangka tahun 1851. Pada fase ini cabang Pemerintah Hindia Belanda dibentuk di Belitung (cabang Pemerintah Hindia Belanda di Bangka sendiri dimulai tahun 1822). Apakah ada hubungan perlawanan Depati Amir di Bangka dengan kehadiran perusahaan tambang swasta di Belitung?


Depati Amir (lahir di Mendara, Bangka, 1805 - meninggal di Air Mata, Kota Lama, Kupang, 28 September 1869), salah satu pahlawan nasional. Depati Amir aktif melawan penjajahan Belanda di Bangka memiliki kepentingan terhadap aktivitas tambang timah. Karena perlawanannya akhirnya ia diasingkan. Namanya kini diabadikan di Bandar Udara Depati Amir dan Stadion Depati Amir, Pangkal Pinang. Pada tahun 2018, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional. Depati Amir seorang putra bangsawan Bangka, Depati Bahrin. Amir pernah memimpin masyarakat menumpas perompak di sekitar perairan Bangka. Pada tahun 1830, Amir diangkat menjadi depati, kepala atau atau beberapa kampung. Depati Bahrin sebelumnya memimpin Kampung Mendara dan Mentadai. Perjuangan Depati Amir bermula dari urusan keluarganya dengan Belanda. Saat itu, Belanda mulai membuat parit-parit tambang timah di Pulau Bangka dan berkongsi dengan Depati Bahrin untuk mengeruk timah di tanah miliknya, namun tidak memenuhi kewajibannya membayarkan hasil tambangnya. Hal itu menyulut Depati Amir mengajukan tuntutan kepada perusahan Belanda. Tuntutan Depati Amir terdengar oleh Residen Bangka F van Olden. Residen menilai tindakan Depati Amir dapat menyulut pergolakan. Lalu, pemerintah mengutus pejabat-pejabat penting untuk menangkapnya, namun gagal. Pada 7 Januari 1851, Depati Amir berhasil ditangkap. Penangkapan itu dapat terjadi karena Belanda berhasil menyuap 7 orang panglima dan 36 pasukan Depati Amir yang sedang kesulitan logistik. Amir tertangkap dalam kondisi sakit. Pada 11 Februari 1851, Depati Amir dikirim ke tempat pengasingan di Kupang, Timor (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Depati Amir, Pahlawan Nasional asal Bangka Belitung dan mengapa diasingkan ke Koepang 1851? Seperti disebut di atas, banyak pahlawan Indonesia di Bangka dan Belitung, tetapi sejatah ini baru Depati Amir yang ditabalkan dengan gelar Pahlawan Nasional. Lalu bagaimana sejarah Depati Amir, Pahlawan Nasional asal Bangka Belitung dan mengapa diasingkan ke Koepang 1851? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 14 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (45): Penduduk di Pulau Belitung, Perkembangan dari Masa ke Masa; Bagaimana Pengaruh Migran Cina?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini   

Pada masa ini penduduk (kepulauan) Belitung lebih dari 300 ribu jiwa. Apakah itu terbilang besar untuk seluas pulau Belitung dan pulau-pulau di sekitar? Tampaknya tidak, relatif penduduk di wilayah seluas yang sama di daratan (Sumatra dan Jawa). Namun dengan kondisi geografis pulau Belitung jumlah tersebut terbilang besar. Apakah dalam hal ini keberadaan pertambangan timah di masa lampau turut berpengaruh besar? Tampaknya, iya dengan kehadiran migran asal Tiongkok (yang kemudian menetap).


Penduduk adalah bagian terpenting dari sejarah, namun kurang mendapat perhatian dalam narasi sejarah, termasuk dalam narasi sejarah (kepulauan) Belitung. Tentu saja masalah ini terdapat di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di Sumatra dan Jawa. Pada masa lampau, seperti biasa besarnya populasi dipengaruhi oleh lahir, mati dan migrasi, namun net pertumbuhan penduduk secara alamiah (lahir-mati) relative rendah. Artinya tingkat kelahiran tinggi, juga tingkat kematian anak (infant/child mortality rate) juga tinggi. Faktor kesehatan yang rendah dan peperangan juga menekan angka pertumbuhan penduduk. Pengaruh migrasi menjadi salah satu factor penting dalam mempengaruhi di wilayah tujuan. Pulau Belitung dalam hal ini menjadi salah satu tujuan migran dalam kaitannya dengan perkembangan usaha pertambangan timah di pulau Belitung. Dalam konteks inilah pengaruh migran asal Tiongkok menjadi sangat khas di pulau Belitung dalam soal perubahan jumlah penduduk dan komposisi penduduk.

Lantas bagaimana sejarah perkembangan penduduk di Pulau Belitung dari masa ke masa? Seperti disebut di atas, perubahan jumlah penduduk dan komposisi penduduk pada masa lampau dan masa kini ada perbedaan untuk wilayah yang berbeda (di Indonesia). Di pulau Belitung, pengaruh migran asal Tiongkok diduga sangat signifikan. Lalu bagaimana sejarah perkembangan penduduk di Pulau Belitung dari masa ke masa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (44): Kerajaan di Bangka, Diantara Raja Palembang Sukadana Lingga dan Banten; Bagaimana di Belitung?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Sudah barang tentu ada kerajaan di masa lampau di (pulau) Bangka, namun kurang terinformasikan. Satu bukti adanya kerajaan adalah keberadaan prasasti yang berasal dari abad ke-7 (prasasti Kota Kapur 686 M). Namun bagaimana catatan sejarahnya belum terinformasikan. Yang jelas dalam teks prasasti, kerajaan di Bangka ini terindikasi menjadi vassal dari Kerajaan Sriwijaya, seperti halnya kerajaan-kerajaan di Palembang (prasasti Telaga Batu), di Lampung (prasasti Pasemah), dan di Jambi ([prasasti Karang Brahi). Dimana pusat Kerajaan Sriwijaya satu hal, bagaimana perkembangan kerajaan di Bangka selanjutnya adalah hal lain. Dalam hal ini, bagaimana dengan di pulau Belitung?


Pada akhir abad ke-7, Belitung sebagai wilayah Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Majapahit mulai berjaya pada tahun 1365, pulau ini menjadi salah satu benteng pertahanan laut. Pada abad ke-15, Belitung mendapat hak-hak pemerintahannya, tidak lama, ketika Palembang diperintah oleh Cakradiningrat II, pulau ini segera menjadi taklukan Palembang. Sejak abad ke-15 di Belitung berdiri sebuah kerajaan Badau dengan Datuk Mayang Geresik sebagai raja pertama. Pusat pemerintahannya disekitar daerah Pelulusan sekarang ini. Wilayah kekuasaaannya meliputi daerah Badau, Ibul, Bange, Bentaian, Simpang Tiga, bahkan jauh sampai ke daerah Buding, Manggar dan Gantung. Kerajaan kedua adalah Kerajaan Balok. Raja pertamanya berasal dari keturunan bangsawaan Jawa dari Kerajaan Mataram Islam bernama Kiai Agus Masud atau Kiai Agus Gedeh Ja'kub, yang bergelar Depati Cakraningrat I dan memerintah dari tahun 1618-1661. Selanjutnya pemerintahan dijalankan oleh Kiai Agus Mending atau Depati Cakraningrat II (1661-1696), yang memindahkan pusat kerajaan dari Balok Lama ke suatu daerah yang kemudian dikenal dengan nama Balok Baru. Pada tahun 1700 pada masa pemerintahan Depati Cakraningrat IV ini, agama Islam mulai tersebar di Pulau Belitung. Gelar Depati Cakraningrat hanya dipakai sampai dengan raja Balok yang ke-9, , karena pada tahun 1873 gelar tersebut dihapus oleh Pemerintah Belanda. Keturunan raja Balok selanjutnya yaitu Kiai Agus Endek (memerintah 1879-1890) berpangkat sebagai Kepala Distrik Belitung dan berkedudukan di Tanjungpandan. Kerajaan ketiga adalah Kerajaan Belantu, yang merupakan bagian wilayah Ngabehi Kerajaan Balok. Rajanya yang pertama adalah Datuk Ahmad (1705-1741), yang bergelar Datuk Mempawah. Sedangkan rajanya yang terakhir bernama KA. Umar. Kerajaan keempat atau yang terakhir yang pernah berdiri adalah Kerajaan Buding, yang merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Balok. Rajanya bernama Datuk Kemiring Wali Raib. Dari keempat kerajaan yang telah disebutkan diatas, Kerajaan Balok merupakan kerajaan terbesar di Pulau Belitung (https://portal.belitung.go.id/) 

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Bangka, diantara Palembang, Sukadana, Lingga dan Banten, dan bagaimana dengan kerajaan-kerajaan di (pulau) Belitung? Seperti disebut di atas, di Bangka sudah ada kerajaan di masa lampau dengan bukti prasasti Kota Kapur (686 M). Hal itulah yang menajdi menarik perhatian tentang kerajaan-kerajaan di (pulau) Belitung? Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Bangka dan bagaimana dengan kerajaan-kerajaan di (pulau) Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 13 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (43): Pelabuhan Tanjung Pandan, Pelabuhan Masa ke Masa di Pulau Belitung; Riwayatmu Dulu - Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Apa keutamaan pelabuhan Tanjung Pandan? Tidak hanya lebih tua dari Tanjung Priok, Tanjung Perak dan Tanjung Emas, juga lebih tua dari pelabuhan Tanjung Pinang. Pelabuhan Tanjung Pandan dibangun pada saat permulaan cabang Pemerintah Hindia Belanda di pulau Belitung. Pelabuhan Tanjung Pandan tumbuh seiring pertumbuhan produksi dan perdagangan timah di pulau Belitung. Bagaimana sejarahnya? Tampaknya, sejauh ini, tidak ada yang pernah menulisnya.


Pelabuhan Tanjung Pandan adalah sebuah pelabuhan yang terletak di Jl. Pelabuhan Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung. Pelabuhan Tanjung Pandan ini merupakan salah satu jalur penting untuk pengiriman penumpang dan barang. Saat ini Pelabuhan Tanjung Pandan ini dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau yang lebih dikenal dengan nama PT Pelindo. Pelabuhan Tanjung Pandan ini merupakan salah satu jalur utama untuk masuk dan keluarnya kapal penumpang Expres Bahari, kapal Roro dan kapal Pelni yang membawa penumpang dari pelabuhan Tanjung Priok ke Belitung. Pelabuhan Tanjung Pandan juga menjadi pelabuhan bagi kapal kayu yang membawa sembako dari Jakarta, Kalimantan dan Bangka Belitung. Selain itu, ada juga bahan industri sumber daya alam Belitung seperti kaolin, minyak sawit, pasir dan sebagainya yang dibawa ke Jakarta dan daerah lainnya. Pelabuhan Tanjung Pandan juga merupakan sarana transportasi bagi peningkatan kemajuan pariwisata sehingga menjadi jalur keluar dan masuknya wisatawan ke Belitung (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Pelabuhan Tanjung Pandan, pelabuhan masa ke masa di pulau Belitung? Seperti disebut di atas, tampaknya belum ada yang tertarik menulisnya. Sebagai pelabuhan masa ke masa, sejarah pelabuhan Tanjung Pandang sudah tentu memiliki riwayat sejarah panjang: Riwayatmu doeloe hingga kini. Lalu bagaimana sejarah Pelabuhan Tanjung Pandan, pelabuhan masa ke masa di pulau Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (42):Tempat Nama Cina di Pulau Belitung; Nama-Nama Tempat di Belitung, Hindoe Boedha-Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Apakah ada nama-nama tempat asal Tiongkok di Indonesia? Tentu saja ada sejak era VOC/Belanda. Di Jakarta, pada era Batavia adalah nama Pecking (menjadi Pesing). Namun yang menjadi menarik pada era Hindia Belanda di (pulau) Belitung cukup banyak nama-nama tempat yang memiliki padanan dengan nama lokal. Nama-nama local ini ada yang berasal dari era Hindoe Boedha. Nama-nama Cina muncul pada era Hindia Belanda sehubungan dengan komunitas orang Cina dalam pertambangan timah di Belitung. Nama-nama Cina tersebut hanya terbatas di district Tandjoeng Pandan dan district Boeding plus district Dendang. Mengapa?


Pada saat permulaan cabang Pemerintah Hindia Belanda di (kepulauan) Belitung, wilayah dibagi ke dalam lima district: Tandjoeng Pandan, Boeding, Manggar, Lenggang dan Dendang. Pejabat pemerintah di pulau adalah seorang Asisten Residen yang berkedudukan di Tandjoeng Pandan. Pembentukan cabang pemerintahan di Belitung ini sehubungan dengan kehadiran swasta dalam pembangunan. Dalam hal ini pembangunan di (kepulauan) Belitung adalah eksploitasi pertambangan timah. Perusahaan yang berinvestasi adalah Billiton Maatschappij (sejak 1851). Pembukaan tambang di district Tandjong Pandan dimulai segera setelah BM memulai pekerjaan pertama. Area tambang pertama di Lesoeng Batang tahun 1851. Pembukaan tambang berikutnya di district Manggar dimana produksi pertama tahun 1863; kemudian disusul di district Boeding dengan produksi pertama tahun 1865. Selanjutnya dibuka di district Dendang dengan produksi pertama tahun 1868. Terakhir, pembukaan tambang di district Lenggang dengan produksi pertama tahun 1881.

Lantas bagaimana sejarah tempat nama Cina di pulau Belitung? Seperti disebut di atas, nama-nama tempat dengan nama Cina di Belitung terjadi pada era Hindia Belanda. Hal itu sehubungan dengan keberadaan komunitas asal Tiongkok yang bekerja di pertambangan timah. Nama-Nama tempat di Belitung sudah ada sejak era Hindoe Boedha. Lalu bagaimana sejarah tempat nama Cina di pulau Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.