Senin, 25 September 2023

Sejarah Bahasa (40): Bahasa Atoni Bahasa Meto Bahasa AtoniMeto, Barat Pulau Timor; Timor Tengah Selatan - Timor Tengah Utara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Atoni (juga dikenal sebagai Atoni Meto atau Dawan) adalah suku mendiami pulau Timor, di wilayah barat pulau Timor dan enklave Oecussi-Ambeno (Timor Leste). Bahasa yang dipertuturkan ialah bahasa Uab Meto. Atoni Meto terdiri dari kata Atoni berarti "orang" atau "manusia", dan kata Meto secara harafiah berarti "tanah kering" yang umumnya disebut Atoni Pah Meto yang berarti "orang-orang dari tanah kering".


Bahasa Uab Meto atau Bahasa Dawan juga disebut Bahasa Atoni adalah salah satu bahasa Austronesia, penuturnya mencapai ±600.000 utamanya oleh suku Atoni dan Suku Boti di Pulau Timor. Penutur bahasa Uab Meto dikenal "suku Dawan" atau "Atoni Pah Meto" berarti orang dari tanah kering. Bahasa Uab Meto/Dawan di Oecussi-Ambeno (Timor Leste) dipengaruhi bahasa Portugis, di wilayah Nusa Tenggara Timur bercampur Bahasa Indonesia. Bahasa ini mayoritas dipakai masyarakat Timor bagian barat, khususnya di kabupaten Timor Tengah Selatan (sub-suku Amanuban, Amanatun dan Mollo), Timor Tengah Utara (sub-suku Naibenu, Miomafo, Biboki dan Insana) dan sebagian Kota dan Kabupaten Kupang (sub-suku Kopas, Timaus, Amfoan, Sonba'i dan Nairasis). Bahasa ini juga dipakai oleh masyarakat wilayah kantong Oecussi-Ambeno, dengan sebutan Baikenu atau Baikeno. Numeralia adalah kata-kata yang biasa berkonstruksi dengan nomina yang menyatakan jumlah atau banyaknya maujud nomina itu: 1=    mese 2=mua 3=tenu, teund 4=ha 5 min 6=ne’ 7 jitu, hiut 8=fan, faon 9=sioʼ 0=luman 10=boʼ, boʼes 11=boʼes-am-mese 12=boʼes-am-nua 13=boʼes-am-tenu. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Atoni bahasa Meto bahasa Atoni Meto di barat pulau Timor? Seperri disebut di atas, bahwa Atoni Meto salah satu bahasa asli di pulau Timor. Penutur bahasa di (kabupaten) Timor Tengah Selatan dan (kabupaten) Timor Tengah Utara. Lalu bagaimana sejarah bahasa Atoni bahasa Meto bahasa Atoni Meto di barat pulau Timor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (39): Bahasa Belu Bahasa Tetun di Pulau Timor; Bahasa Tetun di Belu Indonesia dan Bahasa Tetun di Timor Leste


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Tetun, disebut juga Tetum atau Belu di Indonesia, adalah suku bangsa penduduk asli Pulau Timor. Suku ini mendiami Kabupaten Belu dan sebagian besar wilayah Timor Leste. Berdasarkan cerita yang berkembang turun temurun, suku Tetun dipercayai sebelumnya berasal dari Malaka di Semenanjung Malaya, kemudian berpindah ke beberapa tempat sebelum akhirnya tiba di Pulau Timor, yaitu di bagian timur pulau. Cerita ini dipercaya juga sebagai asal-usul berdirinya Kerajaan Malaka di Timor Barat, yakni salah satu kerajaan yang dipimpin suku Tetun.


Bahasa Tetun adalah suatu bahasa Austronesia dituturkan di wilayah Timor, berawal-mula dari Belu, khususnya di Kerajaan Tetun Fialaran, Manuaman Lakaan, Atambua. Oleh sebab itu orang Belu adalah orang Tetun. Di Timor Barat, Suku Tetun sekitar 500,000 orang. Di kabupaten Belu, Malaka dan sebagian TTU. Sementara di Timor Leste, sebagian di Covalima, Cova/Bobonaro, Alas Manufahi, Soibada, Viqueque. Bahasa Tetun di Atambua Belu adalah bahasa adat daerah. Sedangkan di Timor Leste, Tetun menjadi juga bahasa pemersatu belasan suku bahasa lain di Timor Leste. Di Timor Leste, bahasa ini merupakan bahasa resmi, selain bahasa Portugis. Di bawah konstitusi negara, bahasa Indonesia dan Inggris merupakan bahasa-bahasa kerja. Bagi mereka, bahasa Tetun berfungsi sebagai bahasa pemersatu dan antarsuku, seperti layaknya bahasa Indonesia. Bahasa Tetun di Timor Leste mengalami percampuran dengan bahasa Portugis ("Tetun Dili") karena bermula di kota Dili. Bahasa Tetun di wilayah Indonesia cukup berbeda karena hanya sedikit terpengaruh Portugis dan justru banyak menyerap kata Indonesia dan Belanda. Bahasa inilah yang dianggap sebagai bentuk asli bahasa Tetun ("Tetun Terik") dituturkan di kabupaten Belu digunakan sebagai bahasa sehari-hari, sedangkan untuk urusan-urusan lainnya utamanya resmi digunakan bahasa Indonesia. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Beloe Bahasa Tetoen di pulau Timor? Seperti disebut di atas bahasa Belu juga disebut bahasa Tentu di pulau Timor. Bahasa Tetun di Indonesia dan bahasa Tetun di Timor Leste. Lalu bagaimana sejarah bahasa Beloe Bahasa Tetoen di pulau Timor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 24 September 2023

Sejarah Bahasa (38): Bahasa Leti di Pulau Leti; Pulau Terjauh di Kepulauan Maluku, Pulau Terdekat Pulau Timor di Timor Leste


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Pulau Leti adalah pulau terluar Indonesia di Laut Timor berbatasan dengan Timor Leste. Pulau Leti masuk wilayah kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku. Sejak abad 17, VOC telah berada di pulau Leti. Ernst Christoph Barchewitz dari Jerman, pegawai VOC tinggal di Leti tahun 1714-1720. Pada masa ini pulau Letti terdiri satu kecamatan (kecamatan Letti) terdiri 7 desa: Tutuwaru, Nuwewang, Tomra, Tutukey (Serwaru, sekaligus ibu kota kecamatan), Batumiau, Laitutun, dan Luhulely. Pelabuhan terdapat di Tomra.


Leti (atau Letti) adalah bahasa Austronesia yang digunakan di pulau Leti di Maluku Meskipun kosakatanya sama dengan bahasa Luang yang berdekatan, bahasa ini sedikit dapat dimengerti satu sama lain. Kurang dari 1% penutur bahasa Leti bisa berbahasa Leti, meskipun antara 25% dan 50% dari mereka bisa membaca bahasa lain. Pembagian dialektologi utama dalam bahasa Leti adalah antara ragam timur, yang dituturkan di wilayah Laitutun dan Luhuleli, dan ragam barat, yang dituturkan di wilayah Batumiau, Tutukei, Tomra, dan Nuwewang. Artikel ini berfokus pada ragam Tutukei dan didasarkan pada studi deskriptif yang dilakukan oleh Aone van Engelenhoven (2004), seorang ahli bahasa Belanda keturunan Leti. Tutukei sendiri terbagi menjadi dua sosiolek, lirlèta yaitu 'bahasa desa' (lira 'bahasa', lèta '(bertembok) desa'), dan lirkòta yaitu 'bahasa kota' ( lira 'bahasa', kòta 'kota'). (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Leti di pulau Leti? Seperti disebut di atas bahasa Leti dituturkan oleh orang Leti di pulau Leti. Suatu pulau terjauh Kepulauan Maluku, pulau terdekat dari Pulau Timor di Timor Leste. Lalu bagaimana sejarah bahasa Leti di pulau Leti? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (37): Bahasa Rote di Pulau Rote di Barat Daya Pulau Timor; Rotti Rothi Rothe Rotte Noussa daHene Rosche Dahena


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa-bahasa nusantara dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Rote. Kita akan bicarakan bahasa Rote bahasa yang dituturkan orang Rote. Suku Rote adalah salah satu penduduk asli Pulau Rote. Ada ahli yang berpendapat bahwa orang Rote sebelumnya bermigrasi dari Pulau Seram di Maluku. Sistim kekerabatan suku ini adalah kekerabatan keluarga inti atau keluarga luas, dan bersifat patrilineal dan menjaga adat pernikahan eksogami klan.[2] Gabungan beberapa keluarga luas membentuk klan kecil (nggi leo), gabungan klan-klan kecil membentuk klan besar (leo). Pemimpin klan dinamakan manek atau mane leo.


Bahasa Rote atau Nalī Rote adalah sebuah bahasa Austronesia yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Penelitian tentang Bahasa Rote sudah banyak dilakukan sejak abad ke-19 (Fanggidaej: 1892-1894, dan Heijmering: 1842-1844). Pada awal abad ke-20, Jonker (1905-1915) menulis kumpulan cerita dengan terjemahannya dalam bahasa Belanda (1905), kemudian menulis kamus Rote Belanda dengan jumlah 800 halaman Iebih (1908). Kamus itu kemudian ditambahkan dengan teks bahasa Rote beserta terjemabannya dalam bahasa Belanda (1911) dan sekumpulan teks bahasa Rote dalam berbagai dialek yang juga beserta terjemahan dalam bahasa Belanda (1913). Jonker juga menulis Tata Bahasa Rote (700 halaman). Orang Rote dalam mengidentifikasi dirinya, tidak memperkenalkan dirinya sebagai orang Rote, tetapi sebagai orang nusak (misalnya, Termanu ana, Dengka ana, dan Oenale ana). Fanatisme kesukuan ini menyebabkan terjadinya delapan belas dialek bahasa Rote sesuai dengan jumlah nusak yang ada di pulau itu. Dalam beberapa penelitian lain, bahasa Rote dibagi ke dalam enam dialek, yaitu dialek Rote Timur, Rote Pantai Baru, Rote Tengah, Rote Lobalain, Rote Barat Daya, dan Rote Barat Laut. Dialek Rote tengah merupakan dialek standar bagi pemakai bahasa Rote. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Rote di pulau Rote di barat daya Pulau Timor? Seperti disebut di atas bahasa Rote dituturkan orang Rote di pulau Rote. Nama Rote tempo doeloe ditulis Rotti, Rothi, Rothe, Rotte, Noussa da Heene dan Roeshe Dahena. Lalu bagaimana sejarah bahasa Rote di pulau Rote di barat daya Pulau Timor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 23 September 2023

Sejarah Bahasa (36): Bahasa Sumbawa di Pulau Sumbawa; Tau Samawa - Peradaban Sabalong Samalewa dan Samalewa Samawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Sumbawa atau Samawa adalah suku mendiami wilayah bagian barat dan tengah pulau Sumbawa. Suku Sumbawa menyebut diri mereka sendiri sebagai Tau Samawa (Orang Samawa; Orang Sumbawa) dan menggunakan bahasa Samawa. Pada masa lalu, Suku Sumbawa pernah membangun kerajaan yang kemudian menjadi Kesultanan Sumbawa. Tetangga satu pulau adalah kerajaan Bima.


Bahasa Sumbawa (Samawa) adalah bahasa dituturkan suku Sumbawa di wilayah Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Dari segi linguistik, bahasa Sumbawa berkerabat dekat dengan bahasa Sasak dan bahasa Bali. Kedua bahasa ini merupakan kelompok dalam rumpun bahasa Bali-Sasak-Sumbawa, yang termasuk dalam satu kelompok "Utara dan Timur" dalam kelompok Melayu-Sumbawa. Dalam bahasa Sumbawa dikenal beberapa dialek regional atau variasi bahasa berdasarkan daerah penyebarannya, di antaranya dialek Samawa, Baturotok atau Batulanteh, dan dialek-dialek lain yang dipakai di daerah pegunungan Ropang seperti Labangka, Lawen, serta penduduk di sebelah selatan Lunyuk, selain juga terdapat dialek Taliwang, Jereweh, dan dialek Tongo. Dalam dialek-dialek regional tersebut masih terdapat sejumlah variasi dialek regional yang dipakai oleh komunitas tertentu yang menandai bahwa suku Sumbawa ini terdiri atas berbagai macam leluhur etnik, misalnya dialek Taliwang yang diucapkan oleh penutur di Labuhan Lalar yang merupakan keturunan etnik Bajau berbeda dengan dialek Taliwang yang diucapkan oleh komunitas masyarakat di Kampung Sampir yang merupakan keturunan etnik Mandar, Bugis, dan Makassar. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sumbawa di pulau Sumbawa? Seperti disebut di atas, bahasa Sumbawa dengan beragam dialek yang memiliki kedekatan dengan Sasak dan Bali. Ap aitu Tau Samawa dan peradaban baru Sabalong Samalewa, Samalewa Samawa. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sumbawa di pulau Sumbawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (35): Bahasa Bima - Aksara di Pulau Sumbawa, Antara Pulau Moyo dan Pulau Sangeang;Kamus Bahasa Bima (1893)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Bima atau Mbojo adalah kelompok etnis mendiami Pulau Sumbawa bagian timur. Istilah "Mbojo" untuk menyebut kata 'Bima' dalam bahasa Bima (nggahi Mbojo), juga sebagai istilah orang Mbojo (dou Mbojo). Orang Bima terdiri kelompok penduduk asli (dou Donggo) dan kelompok orang Bima (dou Mbojo). Dou Donggo di bagian barat teluk, di gunung dan lembah, memiliki kesamaan ciri Sasak Bayan rambut pendek gelombang, keriting, kulit agak gelap. Dou Mbojo di kawasan pesisir pantai, campuran dengan orang Bugis-Makassar dengan ciri rambut lurus.


Bahasa Bima atau Nggahi Mbojo adalah sebuah bahasa Austronesia yang dipertuturkan oleh Suku Mbojo (masyarakat Bima) di Pulau Sumbawa. Bahasa Bima (Bima-Dompu) memiliki jenis sistem tanda grafis tertentu (aksara) yang disebut dengan aksara Mbojo. Aksara Mbojo memiliki 18 karakter utama. Aksara Mbojo memiliki hubungan kesamaan atau kaitan dengan aksara Bugis. Hal ini menjadi salah satu tanda keterkaitan hubungan sejarah antara daerah Bima dengan Bugis. Aksara Mbojo diperkirakan telah digunakan sejak abad ke-14. Aksara Mbojo digunakan untuk menulis buku dan catatan kerajaan di Kerajaan Bima. Kemudian ketika pada abad ke-17, masyarakat Bima mulai menggunakan bahasa Melayu yang ditulis dengan aksara Arab. Hal ini disebabkan pada saat itu masyarakat Bima telah memeluk agama Islam. Orang Bima (Dou Mbojo), dalam hal memperindah penggunaan bahasa, senantiasa menggunakan pantun kahs Bima atau disebut Patu Mbojo atau Kapatu Mbojo. Sebaran bahasa Bima secara besar terdapat di Kabupaten Bima, Kota Bima, dan Kabupaten Dompu. Bahasa Bima terdiri dari empat dialek, yaitu: Serasuba; Wawo; Kolo; dan Kore. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Bima dan aksara di Sumbawa, antara pulau Moyo dan pulau Sangeang? Seperti disebut di atas, bahasa Bima dituturkan oleh kelompok populasi orang Bima di teluk Bima. Kamus bahasa Bima (1893). Lalu bagaimana sejarah bahasa Bima dan aksara di Sumbawa, antara pulau Moyo dan pulau Sangeang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.