Selasa, 07 November 2023

Sejarah Bahasa (117): Bahasa Kadazan di Sabah Kadazandusun;Negeri-Begeri Brunai, Serawak dan Sabah di Borneo Utara Doeloe


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku (Dayak) Kadazandusun adalah penduduk asli di daerah Sabah, Borneo, meliputi 27 subsuku: Dusun Liwan, Dusun Lotud, Rungus, Tagahas, Tangara dan lainnya. Penamaan "Kadazandusun" dilakukan oleh Hoguan Siou Orang Dusun yang bernama Tun Fuad era 50-an. Nama lama "Orang Dusun" yang dibuat oleh orang Brunei menjadi nama baru "Kadazan". Dalam perkembangannya menjadi "Kadazandusun" yang menyatukan dua sub kelompok masyarakat "Kadazan" dan kelompok "Orang Dusun".Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Bahasa Kadazan adalah sebuah dialek bahasa Dayak yang dipetuturkan oleh Suku Dayak Kadazan di Sabah. Bahasa Kadazan hampir menyerupai bahasa Dusun. Suku Kadazan dan Suku Dusun sebenarnya merupakan suku yang berbeda, tetapi berasal dari rumpun yang sama. Bahasa kedua suku ini seakan-akan mirip, cuma dibedakan oleh sedikit perbedaan dalam ejaan dan sebutan. Contohnya, "rumah" disebut sebagai "walai" dalam bahasa Dusun dan "hamin" dalam bahasa Kadazan. Banyak kata lain yang hanya berbeda dari segi ejaan seperti "dua" iaitu "duo" dalam bahasa Dusun dan "duvo" dalam bahasa Kadazan, dan "sembilan" yang disebut "siam" dalam bahasa Dusun, dan "sizam" dalam bahasa Kadazan. Namun, ada kata yang sama seperti "satu" iaitu "iso" dalam kedua bahasa dan "enam" yaitu "onom". (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kadazan Orang Kadazandusun? Seperti disebut di atas ada bahasa Dusun dan ada pula bahasa Kadazan. Kedua kelompok populasi kini disebut Kadazandusun; Negeri Brunai, Negeri Serawak dan Negeri Sabah di Borneo Utara. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kadazan Orang Kadazandusun? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Catur (9): Majalah Catur Indonesia Sejak Hindia Belanda; Jenis Publikasi Catur Buku, Majalah dan Rubrik Catur Suratkabar


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada majalah catur di Indonesia masa ini? Yang jelas masih ada majalah catur di luar negeri seperti di Inggris dan Amerika Serikat. Bagaimana dengan di Indonesia? Majalah catur sudah ada di Indonesia sejak era Hindia Belanda. Dalam hal publikasi catur, tentu saja tidak hanya majalah, juga ada buku dan surat kabar. Rubrik catur yang menurunkan problem catur di surat kabar tentu saja bagian dari publikasi catur.


Sejarah Majalah Catur Di Indonesia. Mboten Wonten 2. Kompasiana. 23 Juni 2015. Berlainan dengan tradisi penerbitan pustaka catur di belahan barat yang sudah mengakar ratusan tahun seiring dengan penyelenggaraan turnamen catur, maka tradisi penerbitan pustaka catur di Indonesia baru dimulai pada tahun 1960 an. Tulisan ini membatasi majalah catur yang pernah terbit di Indonesia. Mengapa menulis tentang ini? Tak lain karena kerpihatinan atas hilangnya khazanah pustaka catur dalam bentuk majalah catur yang terbit periodic maupun buku-buku catur terbitan baru. Majalah catur tertua yang pertama kali terbit Madjalah Tjatur Indonesia (MTI) terbitan Persatuan Tjatur Seluruh Indonesia, Januari 1957. Februari 1962 terbit Madjalah Tjatur dan Bridge (MTB) terbitan P. Siregar. Pada Januari 1981 terbit Majalah Catur Nasional (MACAN). Pada 1994 terbit Majalah Catur Inside Chess, majalah saduran ini kemudian menjadi ‘Intisari Catur’. Pada Juni 2002 Majalah Catur Intelegensia, sponsor utamanya Universitas Gunadarma. Memang, sangat sulit media catur cetak akan survive di tengah-tengah bangsa yang tak gemar berpikir dan gampang lupa sejarah. (https://www.kompasiana.com/)

Lantas bagaimana sejarah majalah catur di Indonesia sejak Hindia Belanda? Seperti disebutkan di atas, pada masa ini sulit menemukan publikasi catur di Indonesia, namun sejatinya sudah ada yang eksis sejak era Hindia Belanda. Publikasi catur buku, majalah dan eubrik catur di surat kabar. Lalu bagaimana sejarah majalah catur di Indonesia sejak Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 06 November 2023

Sejarah Bahasa (116): Bahasa Bahau di Hulu Sungai Mahakam di Pedalaman Pulau Kalimantan; Kenyah Kayan Bahau Busang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Kayan Bahau adalah sebuah sub-suku dari suku Dayak Kayan yang sebagian besar mendiami kawasan Kabupaten Mahakam Ulu dan sebagian kecil berada di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.Suku ini mendiami Kecamatan Long Pahangai, Long Bagun, Long Hubung dan Laham di Kabupaten Mahakam Ulu dan Long Iram, Tering, sebagian Linggang Bigung dan Melak dan Barong Tongkok di Kabupaten Kutai Barat.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Suku Dayak Bahau dibagi menjadi tiga sub-kelompok yaitu Bahau Modang, Bahau Busang, dan Bahau Saq. Suku Dayak Bahau umumnya tinggal di pinggiran sungai. Rumah-rumah berjejeran di sepanjang sungai. Populasi Dayak Bahau juga tersebar di kawasan Kecamatan Muara Wahau, Kecamatan Busang di Kutai Timur dan sebagian Kecamatan Tabang di Kutai Kartanegara. Suku Dayak Bahau memiliki kebiasaan memanjangkan telinga menggunakan Hisang. Suku ini juga mentato tubuhnya menggunakan arang pohon Damar. Tato dibuat menggunakan sembilu atau menggunakan jarum. Bahasa Bahau adalah salah satu anggota dalam rumpun bahasa Dayak (Orang Ulu) yang dipertuturkan di wilayah kecamatan Long Hubung, Laham, Long Bagun, Long Pahangai dan Long Apari. Kabupaten Mahakam Ulu, provinsi Kalimantan Timur (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Bahau di hulu sungai Mahakam di pedalaman Kalimantan? Seperti disebut di atas bahasa Bahau dituturkan oleh kelompok populasi Dayak di pedalaman Kalimatan. Bahasa Kenyah, bahasa Kayan, bahasa Busang dan bahasa Bahau. Lalu bagaimana sejarah bahasa Bahau Dayak Kayan Bahau di pedalaman Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Catur (8): Mahasiswa dan Catur Sama Penting, Sama Mencerdaskan Bangsa; Pecatur Eropa/Belanda dan Pecatur Pribumi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Siapa yang menjadi pemain catur? Adakah dari kalangan pelajar dan mahasiswa? Tentu saja ada. Tidak sedikit mahasiswa yang bermain catur. Mereka mulai bermain semasih sekolah dan meneruskannya hingga menjadi sarjana. Semuanya bermula sejak era Hindia Belanda. Mereka negganggap kuliah dan bermain catur sama pentingnya, sama-sama untuk mencerdaskan bangsa.


Raih Medali Emas Catur Rapid di SEA Games 2021, Mahasiswa FIA UI Unggul Atas Tuan Rumah. Medina Warda Aulia, mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) berhasil meraih medali emas untuk Indonesia dalam cabang olahraga catur rapid di SEA Games 2021. Medina dan partner dinyatakan menang setelah unggul dalam perhitungan Tie Break (TB) 2 dari tuan rumah Vietnam. “Jadi, kalau di catur kita harus bikin strategi di setiap langkah-langkahnya. Hal ini mirip dengan kebijakan publik yang harus ada strateginya untuk menyusun kebijakan publik,” ujar Medina yang saat ini juga sedang melanjutkan pendidikan S2 Kebijakan Publik di FIA UI. Kemenangan ini merupakan kali kedua Medina menyumbangkan medali emas bagi Indonesia. Sebelumnya, prestasi yang sama diukir Medina pada SEA Games 2019 di Filipina. (https://www.ui.ac.id/)

Lantas bagaimana sejarah mahasiswa dan catur sama pentingnya, sama-sama mencerdaskan bangsa? Seperti disebut di atas, pecatur yang berlabel mahasiswa sudah ada sejak masa lalu.  Pecatur Eropa/Belanda dan pecatur pribumi. Lalu bagaimana sejarah mahasiswa dan catur sama pentingnya, sama-sama mencerdaskan bangsa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 05 November 2023

Sejarah Bahasa (115): Bahasa Dusun di Sabah Borneo; Bahasa-Bahasa dan Dialek-Dialek Bahasa Wilayah Sabah, Borneo Utara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Dusun atau dikenali juga sebagai bangsa Dusunik merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada sekumpulan suku kaum pribumi di Sabah dan Borneo yang bertutur dalam bahasa Dusunik dan Paitanik (Dusunik Besar). Pada dasarnya, Kadazan (Tanga'ara) dan Momogun (Rungus) merupakan dua etnik yang berada dalam rumpun bahasa Dusun secara linguistik.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Bahasa Dusun adalah sebuah dialek bahasa Dayak yang dipetuturkan oleh Suku Dayak Kadazan di Sabah. Bahasa Dusun hampir menyerupai bahasa Kadazan tetapi ada sedikit perbedaan terutamanya dari segi ejaan dan sebutan. Misalnya "sembilan" yang disebut "siam" dalam bahasa Dusun dan "sizam" dalam bahasa Kadazan. Akan tetapi, terdapat pula perkataan yang berbeda tetapi maksud yang sama misalnya "di mana" yang disebut "hinonggo" dalam bahasa Dusun dan "hinombo" dalam bahasa Kadazan atau "rumah" yang disebut "walai" dalam bahasa Dusun dan "hamin" dalam bahasa Kadazan. Meskipun kedua-dua bahasa ini sedikit berbeda tetapi kebanyakan suku kaum Dusun-Kadazan menggunakan kedua-dua bahasa ini dalam pembicaraan seharian. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Dusun di Sabah Borneo? Seperti disebut di atas bahasa Dusun dituturkan oleh kelompok populasi Dusun di wilayah Sabah. Bahasa-bahasa dan dialek-dialek bahasa di wilayah Sabah, Borneo Utara. Lalu bagaimana sejarah bahasa Dusun di Sabah Borneo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Catur (7): Juara Catur, Juara Klub, Juara Perserikatan, Juara Internasional dan Juara Dunia; Boris Kostich dan Max Euwe


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Juara Catur Dunia adalah pemain yang telah memenangkan pertandingan atau turnamen Kejuaraan Dunia catur. Sebelum tahun 1886, tidak ada kejuaraan resmi yang diadakan, namun beberapa pemain dianggap unggul. Sejak tahun 1948, Federasi Catur Dunia FIDE mengadakan kejuaraan tersebut. Juara Dunia pra-FIDE 1921–1927 José Raúl Capablanca (Kuba); 1927–1935 Alexander Alekhine (Rusia Perancis); 1935–1937 Max Euwe (Belanda).


Machgielis "Max" Euwe (20 May 1901 in Amsterdam – 26 November 1981 in Amsterdam) was the 5th World Chess Champion, from 1935 to 1937. He was a Dutch chess grandmaster, mathematician, and author. He was not a full-time professional player; he got his PhD in pure mathematics in 1926, and worked as a school and college teacher. He was made Professor of Mathematics in 1964. Against all expectations, Max won the world chess championship in a match with Alexander Alekhine in 1935. Max used his teaching skills in chess as well as mathematics. He wrote 20 chess books, most aimed at helping the club player improve. He invented a subscription correspondence course called The Chess Archives, but known everywhere as Euwe's Archives. This gave teaching on chess openings, which were then an area of great weakness for club players. The Archives were published in Dutch, German and English, and helped to give professional help to amateur players. Euwe served as President of FIDE, the World Chess Federation, from 1970 to 1978. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah juara catur, juara klub, juara perserikatan, juara internasional dan juara dunia? Seperti disebut di atas juara catur adalah pemain catur yang berusaha memenangkan pertandingan dan menjadi juara (turnemen dan kompetisi) mulai dari tingkat klub hingga federasi; Bagaimana dengan master-master catur Eropa seperti Boris Kostich dan Max Euwe. Lalu bagaimana sejarah juara catur, juara klub, juara perserikatan, juara internasional dan juara dunia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.