Senin, 22 Januari 2024

Sejarah Bahasa (253): Ragam Bahasa Papua Penggunaan Bahasa Melayu; Ragam Bahasa Melayu, Kini Penggunaan Bahasa Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Melayu Papua atau dalam keseharian masyarakat sering disebut dengan Bahasa Papua adalah bahasa yang dituturkan di Papua, Indonesia. Jumlah penuturnya kini mencapai sekitar 5.000.000 dan cenderung meningkat. Bahasa Melayu Papua dianggap mirip dengan bahasa Melayu Ambon dan bahasa Melayu Malaysia.


Adai 270 bahasa di Papua bagian barat (provinsi Papua, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Pegunungan dan Papua Barat Daya). Rumpun bahasa Papua Barat adalah sebagian dari kelompok bahasa Papua. Satu rumpun dugaan yang terdiri dari 23 bahasa di Semenanjung Doberai (Vogelkop) di bagian barat pulau Papua dan di bagian utara pulau Halmahera. Keseluruhan penuturnya berjumlah sekitar 220 000 orang. Bahasa Papua Barat yang paling terkenal adalah bahasa Ternate dengan sekitar 50 000 penutur. Bahasa ini merupakan lingua franca di kawasannya. Bahasa Papua Barat terdiri atas 2 kelompok utama: Halmahera Utara (16 bahasa), Yapen (2 bahasa). Karena berbagai bahasa yang notabene mayoritas belum pernah memiliki budaya tulisan tersebut dituliskan namanya menggunakan huruf Latin, maka ada berbagai variasi nama. Banyak bahasa juga dikenal dengan lebih dari satu nama, ejaan/cara penulisan maupun pemenggalan kata. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah ragam bahasa dan penggunaan bahasa Melayu di Papua? Seperti disebut di atas lingua franca di wilayah Papua tempo doeloe adalah bahasa Melayu (Ternate). Ragam bahasa Melayu masa ini dan penggunaan bahasa Indonesia. Lalu bagaimana sejarah ragam bahasa dan penggunaan bahasa Melayu di Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (252): Bahasa Karas Orang Karas di Pulau Karas di Pantai Barat Fakfak Papua; Nama Pulau Karas di Galang, Riau


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Karas adalah bahasa Trans–New Guinea yang digunakan di Kepulauan Karas terbesar di lepas Semenanjung Bomberai, yang tampaknya paling dekat hubungannya dengan bahasa-bahasa Bomberai Barat. Bahasa ini digunakan di desa Antalisa dan Mas di Pulau Karas. Bahasa Karas dituturkan di kampong Faur distrik Karas kabupaten Fakfak. Bahasa Karas berbeda dengan bahasa lainnya di sekitar seperti bahasa Kamran, bahasa Beser dan bahasa Soon.


Pulau Karas adalah sebuah pulau di di provinsi Papua Barat, Pulau ini memiliki luas 48 km². Kontur tanah di Pulau Karas cukup berbukit. Titik tertinggi pulau ini adalah 451 mdpl. Pulau ini mencakup 12,4 km dari utara ke selatan dan 10,8 km dari timur ke barat. Pulau Karas merupakan salah satu pulau kecil yang masuk dalam wilayah administratif Kota Batam. Menurut masyarakat setempat, nama Pulau Karas berasal dari kata "Keras". Pulau Karas seluas kurang lebih 480 Ha. Masuk secara administratif dalam kawasan pemerintah kota Batam. Secara geografisnya, perairan pulau Karas, berada dekat pulau Galang di bagian selatan. Pulau yang dekat, salah satunya adalah pulau Pangkil di bagian utaranya. Pulau-pulau lain juga terdapat di sekitar seperti: pulau Anak Karas, pulau Mubut, Mubut Darat dan masih banyak lagi (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Karas Orang Karas di pulau Karas di pantai barat Fakfak, Papua Barat? Seperti disebut di atas bahasa Karas di pulau KarasPapua. Nama Pulau Karas di Galang, Riau. Lalu bagaimana sejarah bahasa Karas Orang Karas di pulau Karas di pantai barat Fakfak, Papua Barat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Minggu, 21 Januari 2024

Sejarah Bahasa (251):Bahasa Fakfak Bahasa "Satu Tungku Tiga Batu"; Karas Matta Onin Patimunim Patipi Sekar Arguni Moor Irarutu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Kabupaten Fakfak terkenal dengan filosofinya yakni “Satu Tungku Tiga Batu”. Ada 10 bahasa ibu: bahasa Karas Laut, bahasa Karas Darat, bahasa Patimunim, bahasa Matta, bahasa Onin (Bahasa Rumbati, bahasa Patipi, bahasa Sekar (Bahasa Kokas), bahasa Arguni, bahasa Moor dan bahasa Irarutu (lihat https://papuabarat.tribunnews.com/2023)


Lima Kosakata dalam Bahasa Fakfak yang Ada di KBBI. IDN Times 31 Juli 2021. 1. Botol manci sosok manusia yang berasal dari jin yang hidupnya di hutan dan tubuhnya berukuran lebih kecil atau sangat pendek daripada manusia kerdil. 2. Kaborbor ilustrasi seorang wanita memakai riasan wajah seram. 3. Mboh acap kali diucapkan oleh masyarakat Jawa ketika menjawab pertanyaan dari orang lain yang menyatakan ketidaktahuan. Namun, maknanya sangat jauh berbeda dengan "mboh" dalam bahasa Fakfak yang artinya pandan hutan yang buahnya sarat dan lebat serta berwarna merah (berbuah merah). 4. Mondou atau sukun hutan yang menjadi makanan pokok pada masa lampau di Jazirah Onim. 5. Tomang, untuk menyebut noken ciri khas salah satu suku Papua. Tas tradisional dari Papua selain noken ada sebutan tomang. (https://www.idntimes.com/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Fakfak di wilayah bahasa ‘Satu Tungku Tiga Batu’? Seperti disebut di atas di wilayah Fakfak terdapat 10 bahasa. Karas, Matta, Onin, Patimunim, Patipi, Sekar, Arguni, Moor, Irarutu. Lalu bagaimana sejarah bahasa Fakfak di wilayah bahasa ‘Satu Tungku Tiga Batu’? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (250): Bahasa Arguni Orang Arguni di Pulau Arguni Teluk Berau Teluk Bintuni; Pulau Ogar dan Pulau Arguni


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Pulau Arguni terletak di Kabupaten Fakfak, provinsi Papua Barat. Wilayahnya meliputi distrik Arguni. Sejak masa lampau sudah ada Kerajaan Arguni di pulau ini dan dipimpin oleh raja dengan marga Pauspaus. Lebih banyak kambing di pulau ini dibandingkan dengan penduduk manusia yang hanya berjumlah 300 KK. Pulau ini terletak di sebelah selatan Teluk Berau. Di sebelah barat adalah Pulau Ugar yang lebih besar.


Bahasa Arguni (Taver) dituturkan oleh masyarakat |kampung Arguni dan kampung Taver, distrik Arguni, kabupaten Fak-Fak di pulau Arguni. Menurut pengakuan penduduk sebelah timur kampung Arguni adalah kampung Fior yang menuturkan bahasa Bedoanas, sebelah barat adalah kampung Ugar yang menuturkan bahasa Sekar Onim, sebelah utara kampung Otoweri yang menuturkan bahasa Kemberano, dan sebelah selatan adalah kampung Andamata yang menuturkan bahasa Bedoanas. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Arguni/Taver merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 93%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain seperti bahasa Bedoanas 93%, bahasa Sekar Onim 97%, bahasa Iha 99%, bahasa Kemberano 99%, dan bahasa Irarutu 100%. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Arguni orang Arguni di pulau Arguni teluk Berau di teluk Bintuni? Seperti disebut di atas bahasa Arguni dituturkan di pulau Arguni. Pulau Ogar dan pulau Arguni. Lalu bagaimana sejarah bahasa Arguni orang Arguni di pulau Arguni teluk Berau di teluk Bintuni? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sabtu, 20 Januari 2024

Sejarah Bahasa (249): Bahasa Onim (Sekar) di Semenanjung Onin Dekat Pulau Seram; Nama-Nama di Teks Negarakertagama 1365


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Onin atau bahasa Onim adalah sebuah dialek dalam bahasa Sekar Onim yang merupakan anggota rumpun bahasa Austronesia yang dituturkan di Semenanjung Onin, Bomberai. Meski jumlah penuturnya sedikit, bahasa ini merupakan dasar pidgin setempat. Bahasa Sekar Onim ditemukan di kampong Sekar, Kokas dan kampong Patipi Pasir, Teluk Patipi kabupaten Fakfak. Bahasa berbeda dengan bahasa Iha dan bahasa Baham.


Semenanjung Onin membentuk wilayah kabupaten Fakfak di Papua Barat, "Onin" dianggap sebagai tempat disebut "Wanin" dalam Naskah Negarakertagama. Penyebutan nama "Wanin" menjadi "Onin". Berdasarkan catatan Rumphius, orang Ternate juga menyebut "Onin" dengan nama Woni. Legenda lokal berupa: Ada leluhur bernama Onain kabur dari Jawa karena peperangan dari Hindhu-Buddha dan Islam ke Bali. Dia menyimpan Keris dan patung Buddha tersebut dan kabur ke Ternate dan sampai di sore hari. Pada malam hari, orang Onain diterima dengan baik oleh orang Anggiluly dan hari berikutnya mereka membuat rumah bersama untuk masing-masing. Lalu terdapat peperangan lagi sehingga pada orang Anggiluly dan orang Onain kabur ke pulau Papua. Orang Anggiluly pergi ke pulau Ega, dimana mereka menemukan pulau menyerupai huruf 'O' sehingga dinamai Onin. Sedangkan orang Onain pergi ke pulau yang bentuknya menyerupai songkok, sehingga mereka menamakan pulau ini dengan kata dalam bahasa Tidore untuk topi ini yaitu: Kowiai. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Onim di Semenanjung Onin berseberangan pulau Seram? Seperti disebut di atas bahasa Onim di Semenanjung Onin; Nama-nama dalam teks Negarakertagama 1365. Lalu bagaimana sejarah bahasa Onim di Semenanjung Onin berseberangan pulau Seram? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (248): Bahasa Mor di Teluk Bintuni Semenanjung Onin; Nama Mor, Onin dan Navigasi Pelayaran Perdagangan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Mor (juga dieja Moor) bahasa Austronesia bernada dituturkan di Semenanjung Onin, Papua Barat. Bahasa digunakan etnik Wagaf, Taruma, dan Sinakum di kampung Mitimber, distrik Mbahamdandara, kabupoten Fak-Fak dan juga di kampung Tesa, distrik Kokas. Di sebelah timur, di kampung Tesa berpenutur bahasa Mor, sebelah barat di kampung Waremo berbahasa Baham, sebelah utara di kampung Goras berbahasa Goras, dan sebelah selatan di kampung Otoweri berbahasa Mbraw.


Mbahamdandara adalah sebuah distrik atau kecamatan di kabupaten Fakfak, Papua Barat ibukota di kampung Goras. Di Kampung Darembang dan Goras ditemukan situs Tapurarang berupa berbagai cap tangan berwarna oker kemerahan yang melekat pada dinding-dinding batu di pinggir laut. Masyarakat Fakfak sangat beragam, dengan 7 suku asli dan 3 agama berbeda. Informasi mengenai suku asli (indegeneous people) di Fakfak meliputi suku Mbaham, Ma’tta, Mor, Onin, Irarrutu, Kimbaran, dan Arguni. Sementara 3 agama saudara di Fakfak yakni Islam, Protestan dan Katolik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Fakfak tahun 2020, persentasi keagamaan di kecamatan ini yaitu Islam 78,73% dan Kristen berjumlah 21,27% (Protestan 19,45% dan Katolik 1,82%). Dengan demikian, semboyan yang paling dikenal di Fakfak yaitu "Tiga Tungku Satu Batu". (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Mor di Teluk Bintuni Semenanjung Onin? Seperti disebut di atas bahasa Mot dituturkan di Semenanjung Obim. Nama Mor, Onin dan navigasi pelayaran perdagangan. Lalu bagaimana sejarah bahasa Mor di Teluk Bintuni Semenanjung Onin? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982