Kota
Bandung dibentuk dan secara resmi berlaku pada tanggal 1 April 1906. Penetapan
Kota Bandoeng sebagai kota (gemeente) adalah wujud dari kelanjutan proses desentralisasi.
Dengan penetapan sebagai Gemeente, berarti kota Bandoeng di satu sisi
dipisahkan dari Regentschap (kabupaten) Bandoeng dan di sisi lain Kota Bandoeng
harus mampu mengelola sendiri kota (mandiri). Penetapan kota Bandoeng sebagai
Gemeente bersamaan dengan sejumlah kota di Hindia Belanda.
Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 03-03-1906: ‘Akta pemerintahan (Gouvernements besluiten)
telah dikeluarkan yang akan berlaku pada tanggal 1 April untuk kota-kota Samarang,
Bandoeng, Cheribon Tegal, Pekalongan, Magelang, dan Palembang. Terhadap
pembentukan kota ini dialokasikan anggaran yang ditujukan dalam perbaikan dan
renovasi bangunan kota dan bangunan yang baru’.
Dalam pembentukan Gemeente Bandoeng, tidak
otomotis wali kota (burgemeester) diangkat sebagai pemimpin kota. Justru yang
lebih dulu diangkat anggota dewan kota (gemeeteraad). Dalam hubungan ini sejumlah
individu diangkat sebagai anggota dewan kota (gemeenteraad) baik dengan cara
penunjukan maupun ‘pemilihan’. Anggota dewan (pada nantinya) akan mengawasi
kerja walikota dan berlangsungnya pemerintahan. Dewan kota juga akan menetapkan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku bagi kota. Foto Walikota Bandoeng
pertama. Bertus Coops (1917-1920).
Rumah Wali Kota Harus Bangun Sendiri
Gemeente
Bandoeng harus mampu mengelola sendiri. Pemerintah pusat (Gubernur Jenderal di
Batavia) hanya mengalokasikan anggaran seadanyanya saja. Untuk membangun rumah
walikota harus dibangun sendiri. Untuk
sementara rumah walikota harus menyewa. Karena untuk membangun rumah walikota
tidak murah.
Ini berbeda sebelumnya dimana controleur,
asisten residen dan residen sudah disediakan dibangun baru rumah dinas mereka.
Rumah controleur ditempati pada tahun 1829, rumah asisten residen pada tahun
1848 dan rumah residen pada tahun 1971.
Sejak
dibentuknya Gemeente Bandoeng dan diangkatnya Walikota (burgemeester) tahun
1917, walikota belum memiliki rumah (dinas) sendiri. Walikota selama ini hanya
tinggal di rumah yang disewa, rumah seorang pengusaha. Pada tahun 1922 dewan
kota (gemeenteraad) baru mampu memutuskannya. Foto
Walikota Bandoeng Reitsma (1920-1921).
Bataviaasch nieuwsblad, 30-03-1922: ‘Untuk
kehormatan dan penampilan luar Bandung adalah di hari-hari baik memutuskan pada
pembangunan grand residence untuk walikota, meski dengan tingginya biaya
konstruksi. Pembangunan rumah baru ini cukup menakutkan sebab ada konsekuensi
keuangan bagi kota. Selama ini biaya
sewa paling sedikit 1.400 gulden per bulan. Disamping itu, dalam bertugas,
walikota terlalu jauh berada di luar pusat kota. Dr. Merz menyimpulkan bahwa
situasi ini harus berakhir, sehingga diputuskan secara prinsip bahwa rumah walikota
yang baru akan sesegera mungkin direalisasikan, kecuali jika biaya yang akan
dikeluarkan terlalu banyak dan tidak mampu dipenuhi’.
Nama-Nama Wali Kota Bandoeng
Meski
Gemeente Bandoeng sudah secara resmi diundangkan pada tanggal 1 April 1906,
sesungguhnya walikota Bandoeng tidak dengan sendirinya diangkat. Selama
persiapan pembentukan gemeete Bandoeng kepemimpinan tetap berada di tangan Romeo Alexis Maurenbrecher,
Asisten Residen Kabupaten Bandoeng (sejak 1901). Asisten Residen inilah yang
menyiapkan berbagai hal terkait dengan gemeente sebelum walikota diangkat. Jadi
ada perbedaan waktu (lag) antara penetapan gemeente dengan pengangkatan
walikota (burgermeester).
Dalam
hal ini sebelum kedatangan burgermeester, asisten residen yang menyiapkannya.
Hal ini juga berlaku dulunya sebelum kehadiran Asisten Residen yang menyiapkan
adalah controleur dan pada berikutnya Asisten Residen menyiapkan sebelum
kedatangan Residen yang ditunjuk/diangkat. Pengangkatan pejabat mulai dari
Controleur, asisten residen, residen hingga gubernur dilakukan di di Batavia, Civiel
Departement yang kemudian di-SK-kan oleh Gubernur Jenderal.
Meski demikian adanya, anggota gemeenteraad
justru sudah lebih dahulu terbentuk. Ini logis karena yang mengawasi (gemeenteraad)
harus lebih dahulu ada dari yang diawasi (burgemeester). Yang menjadi ketua (De
Voorzitter) dewan kota (gemeenteraad) adalah Asisten Residen sendiri, RA
Maurenbrecher (De Preanger-bode, 16-09-1907).
Asisten
Residen Bandoeng, RA Maurenbrecher akan pension terhitung tanggal 4 Desember (Soerabaijasch
handelsblad, 19-10-1907). RA Maurenbrecher telah menjabat asisten residen
Bandoeng sejak 1901. Sementara pada awal tahun 1908 anggota tertua gemeeteraad
Bandoeng juga akan pension (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie. 22-10-1907).
Untuk mengisi kekosongan Asisten Residen Bandoeng sementara (wd.) diangkat Hildering
(De Preanger-bode, 27-01-1908) kemudian digantikan oleh GLH Kruijsboom sebagai
Asisten Residen merangkap ketua gemeenteraad (De Preanger-bode, 27-06-1908) dan
selanjutnya digantikan oleh JAA. van der Ent (lihat De Preanger-bode, 13-05-1909).
Tulisan-tulisan yang selama ini menganggap Maurenbrecher
sebagai walikota Bandoeng pertama jelas keliru. Maurenbrecher dan J.A. van der
Ent tetap berposisi sebagai Asisten Residen Bandoeng. Sementara, Kruijsboom
juga disebut pernah menjabat walikota Bandoeng, tetapi kenyataanya tidak. GLH Kruijsboom
adalah Asisten Residen Bandoeng.
Saat
terjadi kekosongan posisi Residen Residen der Preanger Regentshappen, GLH Kruijsboom
diangkat sebagai pejabat sementara (wd) (De Preanger-bode, 11-06-1909). GLH Kruijsboom
dengan sendirinya menjadi Ketua Gewestelijken Raad der Preanger Regentschappen
(De Preanger-bode, 23-09-1909), Untuk sementara posisi Asisten Residen dijabat
oleh JAA. van der Ent (lihat De Preanger-bode, 13-05-1909). Kemudian GLH Kruijsboom
kembali ke posisinya sebagai Asisten Residen Bandoeng (Het nieuws van den dag
voor Nederlandsch-Indie, 30-09-1909). JAA. van der Ent kembali lagi menjadi Asisten Residen Bandoeng
(De Preanger-bode, 14-04-1910). Kemudian kembali lagi GLH Kruijsboom sebagai
asisten Residen Bandoeng sebelum dipindahkan ke Ngawi (lihat De Sumatra post, 01-12-1910).
Pengganti GLH Kruijsboom sebagai asisten residen Bandoeng adalah JJ. Verwijk
yang merangkap sebagai ketua gemeenteraad Bandoeng (De Preanger-bode, 27-12-1910).
JJ. Verwijk kemudian di pindah ke Kedoe (Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 13-02-1912).
Lantas kapan jabatan walikota (burgemeester)
pertama di Kota (gemeente) Bandoeng? Pengangkatan
Walikota Bandoeng baru akan dilakukan pada tahun 1917 yang bersamaan dengan
pengangkatan walikota Medan (lihat Algemeen Handelsblad, 12-11-1916). Lalu
kemudian siapa yang akan menjadi walikota Bandoeng pertama? Yang
pertama ditunjuk sebagai pejabat sementara adalah Bertus Coops (De Preanger-bode, 03-07-1917). Hal ini bermula dari permintaan para anggota
dewan (gemeenteraad) agar Asisten Residen Bandoeng, Coops ditunjuk sebagai
Walikota Bandoeng.
Bataviaasch
nieuwsblad, 19-12-1916: ‘Walikota Bandung. Beberapa anggota dewan dari Bandung
meminta kepada pemerintah sebagai walikota Bandung, Asisten Residen Coops dan
insinyur dari BOW Cramer. Mereka dianjurkan hangat dalam permintaan. Bandoengsche
Kiesvereeniging mendukung permintaan ini. Kami percaya bahwa mereka adalah pilihan
yang lebih baik. Apa yang telah dilakukan Coops, sangat memberikan kepercayaan kepadanya
untuk ditempatkan’.
Permintaan ini tampkanya dikabulkan
pemerintah dengan mengangkat Coops sebagai pejabat sementara (wd) Walikota
Bandoeng awal tahun 1917 (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 12-04-1917).
Coops menjadi walikota Bandoeng menjadi kenyataan (Bataviaasch nieuwsblad, 18-06-1917).
Dengan
diangkatnya B. Coops sebagai walikota Bandoeng, maka, nama-nama yang disebut di
dalam berbagai tulisan, sebelum diangkatnya walikota Bandoeng, Coops 1917
adalah nama-nama Asisten Residen Bandoeng (bukan nama walikota Bandoeng). Kota
Bandoeng memiliki walikota definitif baru terjadi pada bulan April 1917.
Pada tahun 1920, B. Coops untuk sementara
digantikan oleh SA Reitsma, Kepala Afd. Algemeené Zaken op het Hoofdbureau. B.
Coops akan cuti ke Eropa namun tidak diketahui apakah akan kembali (Het nieuws
van den dag voor Nederlandsch-Indie, 22-05-1920). Ternyata Coops baliki dan Coops
kembali menjadi walikota (De Sumatra post, 18-10-1921). Posisi walikota ini
terus dijabat Bertus Coops hingga tahun 1928. Walikota yang baru yang
menggantikan Coops adalah Wolzogen Kuehr setelah serah terima di dewan (De
Sumatra post, 05-07-1928).
Pada
tahun 1926 Walikota dalam pemerintahan sehari-hari dibantu oleh aldermen atau
wethouder (anggota dewan kota tertua orang Eropa/Belanda). Wakil Walikota saat
ini dijabat oleh Ir. H. Biezeveld (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 01-04-1931).
Catatan: dalam berbagai tulisan, Biezeveld disebut walikota Bandoeng, tetapi
kanyataannya tidak demikian. Biezeveld hanya pernah menjadi wakil walikota Bandoeng.
Ir. JEA von Wolzogen Kuehr berakhir masa
jabatannya pada akhir tahun 1933 (De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 19-12-1933).
Wolzogen Kuehr digantikan oleh ED Wermuth (De tribune : soc. dem. Weekblad, 11-01-1934).
Namun ED Wermuth tidak lama dan digantikan oleh JM Wesselink yang akan dilantik
pada tanggal 24 Mei 1934 (De Sumatra post, 04-05-1934). Wesselink adalah walikota
Medan 1931-1934. JM Weeskink sendiri juga tidak lama atas permintaannya
berhenti sebagai walikota (pension) dan lalu dikabulkan dan akan berakhir pada
tanggal 30 November (De Indische courant, 26-10-1936). Calon pengganti JM
Wesselink cukup banyak termasuk Wermuth (De Indische courant, 26-10-1936). Foto Walikota Bandoeng ED Wermuth (1934-1934).
Weeselink pamit ke anggota dewan pada
pertemuan terakhirmya (Soerabaijasch handelsblad, 19-11-1936). Pengganti
Wesselink adalah N Beets (Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 03-02-1937).
Walikota baru, N Beet baru dilantik tanggal 5 April 1937 (De Sumatra post, 05-04-1937).
N. Beets hingga datangnya pendudukan Jepang (1942).
Wali kota pribumi pertama di Bandoeng adalah R.A. Atmadinata. Sementara
walikota pribumi pertama di Medan adalah Mr.
Luat Siregar. Untuk sekadar tambahan, walikota pribumi pertama di Surabaya adalah Dr. Radjamin Nasoetion dan di Jakarta Raden
Soewirjo. Keempat walikota ini ditetapkan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI (17
Agustus 1945) oleh pemerintah pusat. Mereka saat itu merupakan tokoh penting di
masing-masing kota yang memiliki portofolio tertinggi dari tokoh lainnya. Keempatnya
tidak lama menjabat karena situasi dan kondisi yang cepat berubah. Pasukan
sekutu (NICA) yang dikuti militer Belanda menduduki kota Jakarta, Medan dan
Surabaya (dan kemudian merangsek ke kota-kota lainnya seperti Bandoeng). Dari
sisi pemerintahan RI, semua fungsi gubernur, residen dan walikota digantikan
oleh Gubernur Militer RI (situasi perang Kemerdekaan). Catatan: Luat Siregar (lulus sekolah hukum di Leiden) dan Radjamin Nasoetion (lulus sekolah kedokteran STOVIA), keduanya lahir di afdeeling Padang Sidempuan. Foto
walikota Bandoeng, N. Beets (1937-1942)
Dengan
memperhatikan nama-nama Wali kota Bandung sejak era kolonial Belanda terdapat
sebanyak 22 orang, sejak wali kota pertama Bertus Coops (1917). Wali kota terakhir
(sekarang) adalah Ridwan Kamil (yang menjabat sejak 16 September 2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar