Pembentukan Gemeente (kota) Bandoeng
disertai dengan pengangkatan walikota (burgemeester) dan pembentukan Dewan Kota
(gemeenteraad). Jumlah anggota dewan kota setiap gemeente di Hindia Belanda
berbeda-beda dan disesuaikan dengan kapasitas kota.
Dewan
lain yang telah dibentuk adalah dewan kabupaten (gewest), dewan provinsi
(residentie) dan bahkan dewan kecamatan (onderafdeeling).
Anggota dewan kota (gemeenteraad)
Bandoeng yang dimulai tanggal 1 April 1906 berjumlah 11 orang untuk mewakili warga
kota. Kesebelas orang anggota dewan tersebut delapan orang Eropa/Belanda, dua
orang pribumi dan satu orang timur asing (Tionghoa). Sebagai ketua adalah
asisten residen Bandoeng (lihat De Preanger-bode, 05-03-1906).
Tupoksi
dewan kota antara lain: penyediaan kebutuhan peraturan daerah, mempertahankan
dan membangun jalan, jembatan, gedung dan lainnya, untuk memperoleh atau
distribusi air minum, drainase, kebakaran, kuburan, kebersihan jalan-jalan, promosi
kesehatan masyarakatm pengaturan lalu lintas umum dan mempercantik kota. Beberapa
hal dikecualikan seperti pengawasan wilayah di bawah kontrol militer, ditunjuk
oleh Gubernur Jenderal, dan yang dikelola oleh layanan dari Kereta Api Negara.
Gemeenteraad
vs Landraad
Sebelum adanya gemeenteraad, sudah ada
dewan yang lain. Dewan tersebut yang sudah terbentuk sejak ditempatkannya
asisten residen di Bandoeng (1848) kerap disebut dewan asli (Landraad). Anggota
dewan asli terdiri dari pemimpin lokal (termasuk bupati), pemimpin agama dan
tokoh lain yang mewakili golongan, seperti guru dan pedagang (‘Himpoenan
Soedara’). Dewan ini cakupannya sangat luas tergantung tingkat dewannya apakah
dewan keresidenan (Regentshappen) atau dewan kabupaten (regentschap). Foto anggota Landraad Bandoeng, 1900
Sebelum dibentuknya gemeente dan sebelum
terbentuknya secara resmi dewan kota (gemeenteraad), ‘dewan kota’ pada dasarnya
sudah muncul sejak lama yang dibentuk oleh para Asisten Residen, seperti di
Bandoeng dan Medan. Di Medan pra-dewan kota ini disebut Gemeente Fonds, suatu
‘dana kota’ yang berfungsi untuk menghimpun sejumlah individu untuk ikut
berpartisipasi dalam menata kota (kota yang perkembangannya sangat cepat).
Anggota Gemeente Fonds ini adalah pimpinan instansi tertentu, pengusaha
Eropa/Belanda dan juga pengusaha lainnya (biasanya pengusaha Tionghoa).
Di
Medan, anggota Gemeente Fonds yang terkenal yang bukan Eropa/Belanda adalah
Tjong A Fie, seorang pengusaha Tionghoa di Medan yang memiliki jaringan bisnis
yang besar. Di Bandoeng, juga terdapat pengusaha raksasa sebagaimana halnya
Tjong A Fie di Medan. Dia adalah Letnan Cina Bandoeng, tokoh Tionghoa. yang
membangun klenteng Bandoeng dan pemilik bangunan klub teater.seni ‘Braga’ milik
orang Italia yang nama klub ini kelak menjadi nama jalan Braga (Bragaweg).
Gemeente
Fonds inilah yang bertransformasi menjadi wujud hadirnya gemeenteraad yang
dibentuk di berbagai kota (gemeente). Salah satu anggota dewan kota
(gemeeteraad) Bandoeng yang cukup terkenal yang berasal dari pribumi adalah Mas
Aksan (De Preanger-bode, 26-05-1916). Mas Aksan adalah seorang pengusaha
terkenal di Bandoeng yang kelak namanya secara alamiah diabadikan sebagai situ
(danau) Aksan.
Di Medan, untuk
menjadi anggota dewan pada tahun 1918 dilakukan dengan format baru: melalui
pemilihan (pemilu). Ini untuk kali pertama anggota dewan tidak lagi ditunjuk
tetapi harus bersaing melalui pemilihan. Para pemilih dibagi ke dalam kelompok
Eropa, pribumi dan timur asing. Untuk pemilih orang Eropa adalah syaratnya
dewasa (17 tahun), tetapi untuk orang pribumi dan timur asing mensyaratkan
calon pemilih didasarkan pada kriteria tingkat pendapatan tertentu. Jadi, tidak
semua penduduk dewasa orang pribumi dan timur asing sebagai pemilih. Pribumi
pertama yang terpilih di Medan, untuk menjadi anggota gemeenteraad adalah Kajamoedin
Harahap gelar Radja Goenoeng, seorang mantan guru dan penilik sekolah di Medan.
Gemeenteraad
Bandoeng
Gemeente Bandoeng dibentuk dan secara
resmi berlaku tanggal 1 April 1906. Perangkat pertama pemerintahan yang
dibentuk adalah legislatif (gemeenteraad). Dalam hubungan ini tahun 1906 sejumlah
individu diangkat sebagai anggota dewan kota (gemeenteraad) baik dengan cara
penunjukkan maupun melalui mekasnime ‘pemilihan umum’. Anggota dewan (pada
nantinya) akan mengawasi kerja walikota dan berlangsungnya pemerintahan. Dewan
kota juga akan menetapkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku bagi
kota. Oleh karena Walikota (Burgemeester) Bandoeng belum ada, maka yang menjadi
ketua dewan kota adalah Asisten Residen Bandoeng.
Pengangkatan
Walikota Bandoeng dilakukan pada tahun 1917 yang bersamaan dengan pengangkatan Walikota
Medan (lihat Algemeen Handelsblad, 12-11-1916). Walikota Bandoeng pertama
adalah B. Coops. Yang mengusulkan nama B. Coops untuk diangkat pemerintah pusat
(Gubernur Jenderal di Batavia) adalah anggota dewan kota Bandoeng. Sejak adanya
Walikota Bandoeng, ketua dewan kota (gemeenteraad) adalah walikota (tidak lagi
asisten residen). Salah satu walikota yang terkenal di Medan dan Bandoeng
adalah JM Wesselink. Dia pernah menjadi walikota di dua kota yang lahir di
tahun yang sama. JM Wesselink menjadi walikota di Medan selama tiga tahun
(1931-1934) dan menjadi walikota di Bandoeng selama tiga tahun juga
(1934-1936).
Sebaran
Dewan di Hindia Belanda
Sampai tahun 1921 di seluruh Hindia
Belanda terdapat 53 dewan, termasuk gemeenteraad Bandoeng (lihat De
Preanger-bode, 01-02-1921). Uniknya, hanya satu dewan yang berada di level
onder-afdeeling (kecamatan), yakni Angkola en Sipirok (kini Padang Sidempuan).
Sementara di level afdeeling juga hanya terdapat satu yakni di Minahasa (lihat
Tabel-1). Selebihnya terbagi ke dalam sejumlah kota (gemeente) dan sejumlah
kabupaten (afdeeling atau regentschap).
Tabel-1.
Jumlah anggota dewan pribumi/timur
asing (non-Eropa)
di Hindia Belanda
|
|||
No
|
Nama
Daerah
|
Bentuk
administrasi
|
Jumlah
anggota dewan pribumi
(non-Eropa)
|
1 |
Angkola en Sipirok
( afd. Padang Sidempoean)
|
Onder-afdeeling
|
23
|
2 |
Bandjermasin
|
Gemeente
|
12
|
3 |
Bandoeng
|
Gemeente
|
13
|
4 |
Bantam (Banten)
|
Gewest
|
12
|
5 |
Banjoemas
|
Gewest
|
13
|
6 |
Basoeki
|
Gewest
|
15
|
7 |
Batavia
|
Gemeente
|
17
|
8 |
Batavia
|
Gewest
|
22
|
9 |
Bindjei
|
Gemeente
|
6
|
10 |
Blitar
|
Gemeente
|
9
|
11 |
Buitenzorg (Bogor)
|
Gemeente
|
14
|
12 |
Cheribon (Cirebon)
|
Gemeente
|
7
|
13 |
Cheribon (Cirebon)
|
Gewest
|
16
|
14 |
Fort de Kock (Bukittinggi)
|
Gemeente
|
7
|
15 |
Kediri
|
Gemeente
|
9
|
16 |
Kediri
|
Gewest
|
19
|
17 |
Kedoe
|
Gewest
|
26
|
18 |
Komering Ilir
|
Gewest
|
17
|
19 |
Lematang Ilir
|
Gewest
|
17
|
20 |
Madioen
|
Gemeente
|
11
|
21 |
Madioen
|
Gewest
|
13
|
22 |
Madura
|
Gewest
|
12
|
23 |
Magelang
|
Gemeente
|
11
|
24 |
Makasser
|
Gemeente
|
12
|
25 |
Malang
|
Gemeente
|
12
|
26 |
Medan
|
Gemeente
|
10
|
27 |
Menado
|
Gemeente
|
9
|
28 |
Minahasa
|
Afdeeling
|
37
|
29 |
Mr. Cornelis (Jatinegara)
|
Gemeente
|
12
|
30 |
Modjokerto
|
Gemeente
|
8
|
31 |
Ogan Ilir
|
Gewest
|
23
|
32 |
Oostkust Sumatra
(Sumtra Timur)
|
Gewest
|
21
|
33 |
Padang
|
Gemeente
|
15
|
34 |
Padang Pandjang
|
Gewest
|
20
|
35 |
Palembang
|
Gemeente
|
12
|
36 |
Pasoeroean
|
Gemeente
|
9
|
37 |
Pasoeroean
|
Gewest
|
25
|
38 |
Pekalongan
|
Gemeente
|
12
|
39 |
Pekalongan
|
Gewest
|
11
|
40 |
Pematang Siantar
|
Gemeente
|
8
|
41 |
Preanger Regentschappen
|
Gewest
|
28
|
42 |
Probolinggo
|
Gemeente
|
12
|
43 |
Rembang
|
Gewest
|
16
|
44 |
Salatiga
|
Gemeente
|
8
|
45 |
Sawah Loento
|
Gemeente
|
5
|
46 |
Semarang
|
Gemeente
|
16
|
47 |
Semarang
|
Gewest
|
27
|
48 |
Soekaboemi
|
Gemeente
|
10
|
49 |
Soerabaja
|
Gemeente
|
19
|
50 |
Soerabaja
|
Gewest
|
24
|
51 |
Tandjong Balei
|
Gemeente
|
6
|
52 |
Tebing Tinggi
|
Gemeente
|
9
|
53 |
Tegal
|
Gemeente
|
10
|
Total
|
767
|
||
Catatan:
-Koefisien Pemilu adalah 50
-Gemeente=kota
-Gewest=Terdiri dari beberapa
afdeeling
-Afdeeling=Terdiri dari beberapa
onder-afdeeling
Sumber: De Preanger-bode,
01-02-1921
|
Uniknya lagi, di Residentie Tapanoeli
dewan hanya terdapat di onder-afdeeling Angkola en Sipirok. Jumlah kursi di
dewan di onder-afdeeling Angkola en Sipirok sebanyak 23 kursi. Sementara di
Province Sumatra’s Oostkust (Sumatra Timur) terdapat dewan di lima kota
(gemeente): Kota Medan (10 kursi), Kota Tandjong Balai (6 kursi), Kota Pematang
Siantar (8 kursi), Kota Bindjei (6 kursi), Kota Tebingtinggi (9 kursi). Selain
itu masih terdapat satu kabupaten (geweest) yang memiliki dewan dengan jumlah
kursi untuk pribumi/timur asing sebanyak 21 orang (lebih sedikit dibandingkan
dengan onder-afdeeling Angkola en Sipirok).
Nama-nama
anggota dewan di Onder-afdeeling Angkola en Sipirok antara lain dapat dilihat
pada Bataviaasch nieuwsblad, 20-08-1926. Mereka ini adalah anggota dewan
pengganti: ‘Gewestelijke en Plaatselijke Baden. Pada tanggal 17 Agustus 1926
diangkat menjadi anggota plaatselijken raad di ondcrafdeeling Angkola en
Sipirok: golongan Belanda, G.H. van Nie1, adm. der onderneming Simarpinggan dan
S. Radersma, adm. der onderneming Sigalagala; golongan penduduk lokal, Ma'moer
Al Rasjid (Nasoetion), dokter di Padang Sidempoean, Peter Tamboenan,
zendelingleeraar di Sipirok, Mangaradja Goenoeng, pedagang di Padang
Sidimpoean, MJ Soetan Naga, pedagang di Batang Toroe; Dja Saridin, pedagang di
Batang Toroe, Soetan Josia Diapari,
pedagang di Padang Sidempoean, Mangaradja Dori, pedagang di Padang Sidimpoean,
Dja Oloan, pedagang di Padang Sidempoean dan Hadji Mohamad Thaib, pedagang di
Padang Sidcmpoean; golongan timur asing, Kim Hong Boh, pedagang di Padang
Sidempoean’.:
Mungkin anda bertanya-tanya, mengapa di
onder-afdeeling Angkola en Sipirok, sebuah kecamatan pula justru terdapat
dewan. Jawabnya adalah bahwa di onder-afdeeling Angkola en Sipirok terdapat
ibukota afdeeling Padang Sidempuan yakni Padang Sidempuan. Selain itu, di
onder-afdeeling (kecamatan) Angkola en Sipirok terdapat belasan perusahaan
perkebunan (maschappij) seperti halnya di Sumatra Timur. Pertimbangan lainnya,
Padang Sidempoean adalah kota tua (didirikan tahun 1844) dan sejak 1870 menjadi
ibukota afdeeling Mandailing en Angkola (menjadi afdeeling Padang Sidempuan
sejak 1905). Kota Padang Sidempuan sendiri sejak tahun 1870 sudah memiliki
fasilitas lengkap: sekolah Eropa (ELS), sekolah guru pribumi (kweekschool) dan
tiga sekolah dasar negeri (pribumi),
Medan
sendiri pada tahun 1870 masih terbilang sebuah kampong. Sedangkan Padang
Sidempuan sudah menjadi kota besar. Onder=afdeeling Medan baru dibentuk tahun
1875 dengan menempatkan seorang controleur di Medan. Sedangkan di Padang
Sidempuan sejak 1870 sudah menjadi ibukota afdeeling Mandailing en Angkola
tempat dimana asisten residen berkedudukan. Sejak dibukanya sekolah guru
(kweekschool) Padang Sidempuan tahun 1879, perkembangan kota berlangsung cepat.
Alumni Kweekschool menyebar dan menjadi guru di Tapanoeli en Nias, Sumatra
Timur, Raiu dan Atjeh. Ketika Kweekschool Padang Sidempuan melakukan wisuda
guru pertama tahun 1883, belum ada sekolah dasar di Medan.
Volksraad
Di
Pusat (Batavia), dewan sudah ada sejak lama (bahkan sejak era VOC). Di era
pemerintahan Hindia Belanda dibuat dua kamar: tinggi (semacam MPR) dan rendah (semacam
DPR). Nama dewan di pusat ini kemudian bertransformasi menjadi Volksraad.
Anggota Volksraad dari kalangan pribumi baru
terjadi pada tahun 1924. Jumlahnya tertentu, sesuai tingkat ekonomi daerah
(bukan sesuai jumlah penduduk). Sejumlah kandidat ditentukan lalu dipilih oleh
anggota dewam daerah (geweest atau gemeente). Pada ‘pemilu’ pertama tahun 1924
Sumatra hanya satu ‘dapil’ dengan jumlah wakil ke Pedjambon (kini Senayan).
Pada ‘pemilu’ kedua tahun 1927 Sumatra menjadi empat ‘dapil’: Zuid Sumatra,
Sumatra’s Westkust, Sumatra’s Ooskust dan Noord Sumatra (Tapanoeli en Atjeh).
Nama yang terpilih dari Sumatra’s Oostkust (Sumatra Timur) adalah Mr. Mangaradja
Soangkoepon (kelahiran Padang Sidempoean). Sementara yang dari Noord Sumatra
adalah Dr, Alimoesa (kelahiran Padang Sidempoean). Pada tahun 1938 ada empat
anggota Volksraad asal Padang Sidempuan: Mr. Mangaradja Soeangkoepon (dapil
Sumatra’s Ooskust), Dr. Abdoel Rasjid (dapil Noord Sumatra), Mr. Soetan
Goenoeng Moelia, Ph.D (dapil Batavia) dan Dr. Radjamin Nasoetion (dapil Oost
Java).
Anggota
Volksraad yang terkenal dari dapil West Java adalah Otto Iskandar Di Nata.
Sementara dari dapil Batavia adalah M. Husni Thamrin. Dua ‘macan Pedjambon’
yang berasal dari pribumi dan disegani oleh anggota Volksraad dari kalangan
Eropa/Belanda adalah Mangaradja Soangkoepon dan M. Husni Thamrin.
Pada masa ini jejak masa lampau anggota dewan
asal Padang Sidempuan masih terlihat di Senayan: Dari sebelas komisi di DPR,
empat komisi pimpinannya berasal dari Padang Sidempuan: Rambe Kamaruzaman (Komisi
II/Golkar); Gus Irawan Pasaribu (Komisi VII/Gerindra); Saleh Partaonan Daulay (Komisi
VIII/PAN) dan Marwan Dasopang (Komisi IX/PKB).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar