Klub social (societeit) adalah suatu perkumpulan sosial orang-orang Eropa/Belanda yang dibentuk di kota-kota. Klub social ini merupakan pusat kegiatan social yang secara administratif memeiliki AD/ART yang disahkan oleh pemerintah. Klub social pertama yang didirikan adalah Harmonie yang kemudian muncul klub Concordia (militer) di Batavia. Societeit de Harmoni paling tidak sudah ada tahun 1833 (Javasche courant, 12-10-1833), sedangkan militaire Societeit Concordia di Weltevreden paling tidak sudah ada tahu 1840 (Javasche courant, 25-11-1840)). Selain itu, di Batavia juga terdapat klub social bernama Amicitia. Klub sosial tertua di luar (pulau) Jawa terdapat di Kota Padang (sejak 1837, yang diprakarsai Gubernur AV Michiels).
Gedung Societeit Buitenzorg, 1885 |
Pada saat klub-klub social ini sudah
lama berkiprah, di Buitenzorg klub social yang dibentuk adalah klub yang
memiliki minat yang sama yakni klub pacuan kuda. Di Buitenzorg, klub social ini
awalnya bernama Buitenzorgsche Wedloop Societeit. Klub ini dibentuk bersamaan
dengan Preanger Wedloop Societeit tahun 1853. President Preanger Wedloop Societeit
adalah С. van der Moore (Resident Preanger) sedangkan presiden Buitenzorgsche
Wedloop Societeit adalah FHC van Motman (seorang pengusaha
perkebunan di Buitenzorg).
Buitenzorgsche Wedloop Societeit (1871) |
Sebelum adanya Preanger
Wedloop Societeit dan Buitenzorgsche Wedloop Societeit tahun 1853, di Batavia sudah sejak
lama diketahui keberadaan Bataviasche Wedloop
Societeit (Javasche courant, 24-05-1834).
Lapangan pacuan di Batavia berada lapangan Monas yang sekarang.
Klub Sosial di Buitenzorg: Societeit
Klub social yang ada di Bandoeng dan di
Buitenzorg dibentuk untuk menghimpun para anggotanya yang memiliki minat dalam
kegiatan pacuan kuda. Namun dalam perkembangannya, Preanger Wedloop Societeit
para anggotanya terpecah: orang-orang Eropa/Belanda melebur ke klub social yang
baru dibentuk (disebut Concordia, mengacu klub militer di Batavia), sedangkan orang-orang pribumi (Bupati dan pangeran)
membentuk klub social sendiri yang diberi nama
‘Keroekoenan’.
De locomotief, 05-07-1879 |
Dengan semakin banyaknya orang-orang
Eropa/Belanda di Buitenzorg, maka terbentuklah societeit (klub social) di Buitenzorg.
Societeit adalah klub social yang bertujuan social untuk menyelenggarakan kegiatan
untuk membantu pemerintah di bidang social. Klub social societeit ini juga
menyelenggarakan bentuk-bentuk hiburan bagi keluarga dalam bentuk pagelaran
musik, olahraga dan sebagainya. Lambat-laun societeit ini membangun gedung
sendiri, berdasarkan iuran atau sumbangan dari anggota. Gedung societeit itu
juga menjadi tempat pertemuan-pertemuan social bahkan juga tempat pesta-pesta
dilakukan seperti pesta perkawinan. Gedung societeit yang dilengkapi dengan
kantin atau café menjadi pusat social terpenting saat itu. Klub sosial di Buitenzorg sejauh yang diketahui tidak
memiliki nama khusus (seperti di Batavia: Harmonie dan Concordia). Klub sosial
di Buitenzorg hanya diidentifikasi dengan Societeit (bandingkan dengan di
Bandoeng yang mengambil nama Concordia).
Gedung Societeit Buitenzorg, 1900 |
Setelah berhasil menyusun AD/ART dan
mendapatkan pengesahan dari pemerintah, program prioritas klub social
Buitenzorg (Societeit) adalah membangun gedung sendiri. Lokasi gedung yang akan
dibangun berada di hook antara Groote weg (Jalan Juanda Sekarang) dan Bantam
weg (jalan Kapten Muslihat yang sekarang). Lokasi gedung berada di lahan
pemerintah yang tidak jauh dari Istana Buitenzorg dan kantor Asisten Residen
Buitenzorg.
Klub
social Bandoeng, Concordia juga membangun gedung di lahan pemerintah yang
berada di hook Braga weg dan Goote Weg (jalan Asia-Afrika yang sekarang). Gedung
ini tidak jauh dari kantor Controleur Bandoeng (sebelah utara Groote weg dan
sebelah timur sungai Tjikapoendoeng).
Keberadaan gedung klub social (Societeitsgebouw) sudah
ada sebelum 1872 (lihat Een reistochtje van Batavia naar Buitenzorg en
omstreken door Pieter Hendrik van Diest, 1872). Gedung itu berada di gedung Societeit di Groote weg, namun
tidak diperoleh penjelasan apakah gedung itu gedung Buitenzorgsche Wedloop Societeit atau gedung Societeit Buitenzorg. Juga
tidak jelaskan dimana posisi ‘gps’nya di Groote weg tidak dijelaskan (dalam
Peta 1880 belum ada dan masih lahan kosong: bandungkan dengan Peta 1901).
Setelah adanya gedung
Societeit di lokasi lahan kosong tersebut dalam perkembangannya gedung yang
muncul di dekatnya adalah gedung telegraf, tetapi arahnya menghadap ke jalan
Bantam (jalan Kapten Muslihat yang sekarang). Gedung Telegraf ini menjadi cikal
bakal Kantor Telekomunikasi (telegraf dan telepon).
Setelah sekian lama, Societeit Buitenzorg masih berperan
hingga berakhirnya era Belanda di Buitenzorg (1942). Dalam Peta 1946 gedung
Societeit masih teridentifikasi. Itulah informasi terakhir tentang keberaadan
gedung Societeit.
Klub Sosial Pribumi: Cikal Bakal Organisasi
Kebangsaan
Klub sosial (societeit) orang-orang Eropa/Belanda nyaris
tidak terkait dengan penduduk pribumi. Klub sosial tampak eksklusif bagi
orang-orang Eropa. Meski namanya societeit, yang menjadi pusat peradaban baru
di negara jajahan (juga terdapat di koloni Inggris seperti di Singapoera dan
Penang), tetapi kenyataannya, paling tidak dari segelintir para anggotanya
justru di dalamnya memunculkan perilaku diskriminasi: orang-orang Eropa vs
orang-orang pribumi.
Tidak hanya Eropa vs
pribumi, tetapi dalam perkembangannya muncul friksi diantara mereka sendiri. Orang
yang lahir di Eropa dipandang lebih tinggi dari orang Eropa yang lahir di tanah
jajajah di Hindia Belanda. Apalagi individu-individu orang Eropa yang telah
tercampur dengan orang pribumi dan timur asing (yang dikenal sebagai Indo). Pada
tahun 1890 orang-orang Indo membentuk komunitas sendiri yang dikenal sebagai
Indisch Bond. Organisasi sosial peranakan Belanda ini disahkan pemerintah di
Buitenzorg tahun 1898 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 02-12-1898).
Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 20-02-1900 |
Seiring dengan perkembangan klub sosial (sociteit)
orang-orang Eropa/Belanda, tokoh-tokoh pribumi juga semakin terpelajar dan
semakin banyak jumlahnya. Diantara tokoh-tokoh pribumi ini muncul kesadaran
nasional. Retaknya societeit diantara orang-orang Eropa/Belanda dengan lahirnya
Indisch Bond boleh jadi menjadi inspirasi dan mempercepat bagi tokoh-tokoh
pribumi untuk membentuk klub (organisasi sosial). Klub sosial pribumi pertama
kemudian lahir di Kota Padang pada tahun 1900 yang diberi nama Medan Perdamaian
(lihat Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 20-02-1900).
Organisasi sosial Medan
Perdamaian digagas oleh seorang mantan guru, Dja Endar Moeda yang sekaligus
menjadi direkturnya ( (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 21-08-1902). Dja Endar
Moeda sendiri adalah alumni Kweekschool Padang Sidempuan 1884. Pada tahun 1895
hijrah ke Kota Padang dan membuka sekolah swasta (karena melihat sekolah negeri
milik pemerintah tidak mampu menampung semua penduduk usia sekolah). Dja Endar
Moeda, penulis buku pelajaran sekolah dan pengarang movel pada tahun 1897
menjadi editor surat kabar berbahasa Melayu, Pertja Barat (orang pribumi
pertama yang menjadi editor). Pada tahun 1899 Dja Endar Moeda telah
mengakuisisi surat kabar Pertja Barat sekaligus percetakannya. Pada tahun 1900
Dja Endar Moeda menambah medianya dengan menerbitkan surat kabar berbahasa
Melayu bernama Tapian Na Oeli dan majalah bulanan Insulinde.
De locomotief, 21-08-1902 |
Medan Perdamaian adalah organisasi sosial pribumi pertama
yang mendapat pengesahan hukum dari pemerintah. Organisasi sosial ini bersifat
nasional yang terdiri dari multi etnik dan memiliki cabang di sejumlah kota
seperti Fort de Kock, Medan, Palembang. Pematang Siantar dan Batavia. Organisasi
sosial Medan Perdamaian yang diketuai oleh Dja Endar Moeda pada tahun 1902
memberi sumbangan untuk peningkatan pendidikan di Semarang (lihat De
locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 21-08-1902).
Organisasi sosial
pribumi pertama di Indonesia, bukanlah ‘Boedi Oetomo’ (yang didirikan tanggal
20 Mei 1908 di Jakarta). Dan juga bukan Perhimpoenan Hindia, ‘Indische
Vereeniging’ (yang didirikan tanggal 25 Oktober 1908 di Leiden). Organisasi
sosial pribumi pertama di Indonesia justru adalah ‘Medan Perdamaian’.
Organisasi Medan Perdamaian yang bersifat nasional ini didirikan bahkan jauh
sebelum adanya Boedi Oetomo yang bersifat kedaerahan (Jawa).
Pada saat organisasi multi etnik (nasional) Medan Perdamaian
mulai berkembang, justru sebaliknya muncul organisasi sosial yang bersifat
kedaerahan yang kita kenal dengan nama Boedi Oetomo. Tanggal pendirian Boedi Oetomo (organisasi
kebangsaan bersifat kedaerahan) kelak dijadikan sebagai Hari Kebangkitan
Nasional. Padahal organisasi sosial kebangsaan Medan Perdamaian yang berifat
nasional sudah lahir sejak tahun 1900.
Soerabaijasch
handelsblad, 20-10-1908: ‘Pada pertemuan asosiasi Boedi Oetomo, yang
diselenggarakan di Djokdjakarta 3 Oktober 1908 (Kongres pertama Boedi Oetiomo,
red) pemerintah menanggapi pertanyaan dari Bupati Temanggoeng bahwa di luar
Djawa sudah ada asosiasi sejenis. (seperti misalnya cabang) Medan Perdamaian di
Fort de Kock yang didirikan 17 Oktober 1907. Organisasi Medan Perdamaian
(sebagaimanai) diketahui bertujuan untuk mewakili kepentingan anggota dan
populasi dalam satu kata: kemajuan. Untuk mencapai tujuan, organisasi Medan
Perdamaian telah diputuskan menerbitkan majalah (maandelijksch) yang akan
dicetak dan diterbitkan oleh penerbit pribumi Dja Endar Moeda di Padang yang
akan berisi ilmu sehari-hari yang berguna dan yang diperlukan di bidang
pertanian, peternakan, industri, pendidikan, kesehatan di kampung, keadilan,
dll. Organisasi (cabang) Fort de Kock ini sudah memiliki anggota 700 orang’.
Ini menunjukkan bahwa peserta kongres pertama Boedi
Oetomo sudah mengetahui adanya Medan Perdamaian (suatu organisasi yang telah
didirikan sejak 1900). Untuk sekadar diketahui bahwa Medan Perdamaian adalah
organisasi yang tidak eksklusif bagi dirinya sendiri. Medan Perdamaian ketika
masih dipimpin oleh direktur (ketua) Dja Endar Moeda pada tahun 1902
sebagaimana dilaporkan De Locomotief (edisi 21-08-1902) bahkan telah memberi
sumbangan bagi peningkatan pendidikan di Semarang sebesar f 14.490 yang
diserahkan melalui Charles Adrian van Ophuijsen yang saat itu menjabat sebagai
Direktur Pendidikan Province Sumatra;s Westkust (Pantai Barat Sumatra).
Ini dengan sendirinya
menunjukkan bahwa Medan Perdamaian, organisasi sosial pribumi pertama di
Indonesia membuktikan sifatnya yang memang multi etnik dengan sasaran seluruh
populasi (pribumi) di seluruh Nederlandsch Indie (Hindia Belanda). Sekadar
diketahui, arsitektur organisasi (baru) Boedi Oetomo sesungguhnya adalah copy
paste dari organisasi (lama) Medan Perdamaian. Hanya saja bedanya: Medan
Perdamaian tetap cenderung bersifat multi etnik (nasional), sedangkan Boedi
Oetomo cenderung bersifat terbatas di Jawa (kedaerahan)..
Pendirian organisasi sosial Boedi Oetoemo mendapat reaksi
dari mahasiswa-mahasiswa pribumi di Belanda. Soetan Casajangan lalu menggagas berdirinya
Indisch Vereeniging tanggal 25 Oktober 1908 di Leiden. Presiden pertama Indisch
Vereeniging adalah Soetan Casajangan dan sekretaris adalah Husein
Djajadiningrat (dari Banten). Soetan Casajangan sendiri adalah seorang guru
yang kemudian melanjutkan pendidikan tinggi ke Belanda tahun 1905.
Kepemimpinan Soetan
Casajangan kemudian di Indisch Vereeniging digantikan oleh Husein
Djajadiningrat. Setelah menyelesaikan studinya, Soetan Casajangan kembali ke
tanah air pada tahun 1914. Sebagai seorang guru, dia kembali mengajar. Karena
sudah sarjana maka Soetan Casajangan bisa mengajar di sekolah Eropa di
Buitenzorg yang beralamat di Pledang weg. Indisch Vereeniging kelak menjadi
cikal bakal PPI yang dipimpin M, Hatta sejak tahun 1922.
Setelah masa kepemimpinan Soetan Casajangan dan Husein
Djajadiningrat di Indisch Vereeniging, orgnisasi ini mulai kehilangan arah
karena para anggotanya sudah banyak yang loyo. Sementara organisasi Boedi
Oetomo terus didukung pemerintah dan kinerjanya terus meningkat. Organisasi
kedaerahan Boedi Oetomo terus mengalami promosi (dari waktu ke waktu),
sebaliknya organisasi nasional Indisch Vereeniging terus mengalami degradasi.
Ini dapat dimaklumi, pemerintah alergi terhadap organisasi yang bersifat
trans-nasional, karena itu organisasi kedaerahan lebih dikembangkan (politik
devide et impera jalan terus).
Pada tahun 1916 seorang
alumni sekolah kedokteran hewan di Buitenzorg bernama Sorip Tagor melanjutkan
studi ke Belanda untuk mendapatkan Dokter Hewan lisensi Eropa. Namun apa yang
dilihatnya, Indisch Vereeniging hanya tinggal nama, para anggotanya tidak
terlalu peduli lagi dan cenderung melihat sisi keberhasila Boedi Oetomo. Sorip
Tagor melihat Jawa semakin maju sedangkan luar Jawa semakin tertinggal dan juga
semakin munculnya euphoria di kalangan pemuda dari Jawa dengan munculnya Jong
Java. lalu pada Januari 1919 Sorip Tagor memproklamirkan di Leiden berdirinya
Sumatranen Bond (seakan mengimbangi Jong Java). Sumatranen Bond kemudian
didirikan di Batavia pada bulan Desember 1919. Pada saat Sumatranen Bond
melakukan kongres pertama di Kota Padang tahun 1921, dua tokoh pemuda yang menonjol
dari daerah adalah Parada Harahap (dari Padang Sidempuan) dan M. Hatta (dari
Firt de Kock). Untuk sekadar diketahui Sorip Tagor adalah kakek dari Risty/Inez
Tagor dan pendiri Radio Kauman Bogor (dulu di Gunung Batu).
Pasca Kongres Sumatranen Bond (Jong Sumatra) di Padang
dua pemuda hijrah. M. Hatta pada tahun 1921 melanjutkan pendidikan tinggi ke
Belanda dan pada tahun 1923 Parada Harahap editor surat kabar Sinar Merdeka di
Padang Sidempuan hijrah ke Batavia untuk melanjutkan bisnis medianya. M. Hatta
di Belanda melihat organisasi mahasiswa terkotak-kota, lalu menyatukan kembali
dengan mereformasi Indisch Vereeninging menjadi organisasi mahasiswa nasional yang
lebih radikal yang diberi nama Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPI)
tahun 1922. Indisch Vereeninging yang dibidani oleh Soetan Casajangan dan Huesin
Djajadiningrat dulu telah kembali ke kittahnya dalam wujud yang baru sebagai
PPI di Belanda.
Organisasi mahasiswa
sejanis PPI dalam perkembangannya muncul di Batavia yang berpusat di Rechtschool.
Salah satu pentolannya adalah Amir Sjarifoeddin.
Parada Harahap di Batavia sudah cukup sukses, seperti Dja
Endar Moeda di Padang. Parada Harahap di dalam medianya terus membangkitkan
kesadaran berbangsa dan berpuluh-puluh kali terkena delik pers dan
dimejahijaukan.
Parada Harahap saat tiba
di Batavia tahun 1923 langsung berkolaborasi dengan Dr. Abdoel Rivai mendirikan
surat kabar Bintang Hindia. Pada tahun 1925 Parada Harahap mendirikan kantor
berita (pribumi pertama) bernama Alpena yang mana sebagai editor direkrut dari
Bandoeng bernama WR Soepratman. Pada tahun 1925 ini Parada Harahap melakukan
perjalanan jurnalistik ke Sumatra yang hasilnya dibukukan yang terbit tahun
1926. Pada tahun 1926 ini Parada Harahap menerbitkan surat kabar bernama
Bintang Timoer. Surat kabar ini langsung melejit dengan tiras tertinggi di
Batavia (total jumlah mediannya sebanyak tujuh buah). Pada tahun 1927 Parada
Harahap menggagas didirikan organisasi pengusa pribumi (semacam Kadin pada masa
ini) yang sekaligus berindak sebagai ketua Kadin Batavia.
Pada tahun 1927, Parada Harahap dengan portofolio yang
tinggi menggagas untuk menyatukan semua organisasi-organisasi kebangsaan ke
dalam satu wadah. Organisasi ini disebut Permoefakatan
Perhiempoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Parada Harahap
menghubungi dan didukung oleh dua tokoh parlemen (Volksraad) yakni M. Hoesni
Thamrin (dapil Batavia) dan Mangaradja Soeangkoepon (dapil Oost Sumatra).
Parada Harahap juga menghubungi dan didukung dua tokoh akademik senior Soetan
Casajangan (Direktur Noormaal Schoo di Meester Cornelis) dan Husein
Djajadiningrat (dosen di Recht School di Batavia). Soetan Casajangan (kelahiran
Padang Sidempoean), Husein Djajadiningrat (kelahiran Banten) dan Mangaradja
Soeangkoepon (kelahiran Padang Sidempoean) adalah tokoh-tokoh berpengaruh di
Belanda pada awal pendirian Indisch Vereeniging.
Semua orang-orang yang
dihubungi Parada Harahap berkumpul di rumah Husein Djajadiningrat. Hasil
keputusan menyepakati pembentukan dan peresmian PPPKI. Hasil musyawarah
menyepakati ketua adalah M. Hoesni Thamrin (dari Kaoem Betawi) dan sekretaris
Parada Harahap sendiri (dari Sumatranen Bond). Kantor organisasi ditetapkan di
Gang Kenari (situsnya masih ada hingga ini hari). Dalam pertemuan pembentukan
supra organisasi ini, awalnya Boedi Oetomo menolak hadir. Parada Harahap meminta
bantuan Dr. Radjamin Nasoetion untuk mempengaruhi Dr. Soetomo (Radjamin dan
Soetomo bersahabat dekat sejak kuliah di STOVIA).
Di kantor PPPKI hanya ada tiga tokoh yang fotonya
dipampang di dinding yakni: Soeltan Agoeng dan dua tokoh muda Soekarno dan M.
Hatta. Mengapa demikian? Parada Harahap mengidolakan dua tokoh muda ini untuk
melanjutkan perjuangannya. Parada Harahap sudah sejak dari Padang mengenal M.
Hatta (masih pelajar). Sedangkan Soekarno pada awalnya meminta untuk mengirm
tulisan untuk diterbitkan di surat kabar Bintang Timoer. Sejak berdirinya
PPPKI, Soekarno kerap bertandang ke Gang Kenari dari Bandoeng.
Pada tahun 1928 PPPKI
akan melakukan kongres pertama di Batavia. Ketua panitia adalah Parada Harahap.
Bersamaan dengan kongres PPPKI ini (senior) akan diadakan Kongres Pemuda yang
hampir bersamaan waktunya. Kongres senior (PPPKI) ketuanya Parada Harahap
sedangkan kongres junior bendaharanya Amir Sjarifoeddin (PPI di Rechtschool).
Bisa ditebak mengapa demikian. Pelindung Kongres Pemuda adalah PPPKI dan
sponsor (pembiayaan) kedua kongres ini adalah Kadin Batavia yang diketuai oleh
Parada Harahap. Untuk sekadar tambahan: lagu kebangsaan Indonesia Raya karya WR
Soepratman diperdengarkan (WR Soepratman adalah anak didik Parada Harahap,
editor kantor berita Alpena yang tinggal di rumah Parada Harahap).
Dalam dua kongres (senior dan junior) pada bulan Oktober
1928 Parada Harahap meminta Soekarno dan Hatta berpidato di Kongres PPPKI.
Soekarno bisa hadir, tetapi M. Hatta (Ketua PPI di Belanda) tidak bisa hadir
karena kesibukan studi dan mengutus wakilnya Ali Sastroamidjojo. Dalam kongres
PPPKI ini sebagaimana diberitakan Parada Harahap menyesalkan ketidakhadiran
utusan Minahasa dan Ambon.
Singkat kata sejak
Kongres PPPKI dan Kongres Pemuda, organisasi-organisasi kebangsaan semakin merapat
dan padu. Untuk menggelorakan hasil-hasil kongres Parada Harahap memperluas
cakupan surat kabar Bintang Timoer dengan menerbitkan Bintang Timoer edisi
Semarang (untuk sasaran Midden Java) dan edisi Soerabaja (untuk sasaran Oost
Java). Untuk West Java adalah Bintang Timoer sendiri (kala itu Province West
Java meliputi Batavia, Banten, Chirebon dan Preanger). Parada Harahap pada
tahun 1929 mengakuisisi koran berbahasa Belanda (untuk memperluas gelora di
kalangan elit-elit pribumi yang lebih suka berbahasa Belanda daripada bahasa
Melayu).
Parada Harahap dan Soekarno terus memanaskan mesin
pembangkit kebangsaan Indonesia. Parada Harahap lagi-lagi terkena delik pers.
Soekarno terus mengelorakan tulisan-tulisan kemerdekaan dan mengadakan
pertemuan-pertemuan politik. Soekarno akhirnya terkena pasal provokatif dan
kemudian diadili dan masuk penjara di Bandoeng.
Het nieuws van den dag
voor Nederlandsch-Indië (Ir. Soekarno en zijn Wederoptreden): ‘Tunggu tindakan
saya’. Ini pernyataan mahasiswa pribumi Ir. Soekarno yang telah secara khusus
meminta untuk meluangkan waktu belajar tentang partai yang nantinya apakah akan
memilih atau apakah harus tetap di belakang layar, sebagaimana dikonfirmasinya
di Bintang Timoer. Ir. Soekarno telah menulis surat kepada editor Bintang
Timoer yang diterbitkan kemarin, yang menunjukkan bahwa Soekarno bahwa mereka
(siswa) tengah mempelajari ‘teori gerakan rakyat’. Saya perlu untuk belajar
teori, karena saya ingin mengambil tindakan. Selanjutnya Soekarno menulis:
"Ketika saya lagi kemauan politik yang aktif? Aku tahu itu saja. Aku hanya
pada jawaban rakyat. Segera itu akan terlihat bahwa orang itu sendiri, yang
sekarang aku ekspor. Saya tidak ingin bermain. Dengan nasib rakyat, politik
bagi saya adalah bukan olahraga tapi masalah serius, yang membuat saya
hidup. Soekarno meminta kepada Mr Parada
Harahap, editor Bintang Timoer komentar, Ir. Soekarno bukan seseorang yang
berasal untuk Rakyat?’
Parada Harahap sudah berkali-kali masuk penjara bahkan
sejak tahun 1919 ketika menjadi editor surat kabar Sinar Merdeka miliknya.
Parada Harahap dengan pengalaman di pengadilan sudah menjadi ahli hukum sendiri
dan dakwaan terhadapnya dapat dijawab. Jika tidak dan harus ke bui, Parada
Harahap selalu dapat lepas dengan mengganti dengan biaya denda (uangnya banyak).
Parada Harahap tinggal sendiri. Saat Soekarno di penjara/diasingkan, Parada
Harahap makin geram dengan makin represifnya intel dan polisi Belanda.
Pada tahun akhir 1933 Parada Harahap mulai memprovokasi
Belanda dengan memimpin tujuh orang Indonesia pertama ke Jepang. Awalnya
rencana ini dianggap pemerintah Belanda biasa saja. Tujuh orang Indonesia
pertama itu adalah Abdullah Lubis pemilik Pewarta Deli di Medan, seorang guru
revolusioner dari Bandoeng; seorang pengusaha tekstil dari Pekalongan, seorang
pengusaha pertanian dari Soerakarta dan seorang pelukis. Komposisi ini jelas
mewakili golongan yang berbeda: politik, pers, guru, usahawan dan seniman. Satu
lagi golongan akademis. Awalnya yang diharapkan Parada Harahap adalah Soekarno
(tetapi terkendala karena masalah hukum). Lalu wakil akademis adalah M. Hatta
yang kebetulan akan segera pulang ke tanah air karena sudah selesai studi. Lalu
rombongan revolusioner ini berangkat ke Jepang dengan kapal Nagoya Maru dari
Batavia via Soerabaja dan Manila.
Het nieuws van den dag
voor Nederlandsch-Indië, 28-12-1933: ‘Unsur-unsur eksentrik revolusioner
Indonesia ke Jepang dengan dalih kunjungan komersial, tidak hanya perhatian
pemerintah! Juga menjadi hal-hal baru yang dipantau oleh bidang politik. Di
tempat lain, di belakang nama-nama otoritas perdagangan Indonesia kualitas
mereka, dan mereka seharusnya telah terlihat. Aneh di Jepang dua wartawan
[salah satu Parada Harahap], seorang pedagang batik,‘master sekolah’ [M. Hatta]
dan mahasiswa adalah penamaan orang sebuah ‘commissionnall’. Apakah Anda punya
jawaban yang memuaskan untuk apa Mr Parada Harahap dari Bintang Timur di Jepang
menyatakan baik di meja sebuah ‘sukiyaki dinner’ di Kikusui, hasil wawancara
(ini tidak dikonfirmasi) Namun dia [Parada Harahap] mengatakan.; Kami ingin
membantu membangun hubugan antara masyarakat Jepang dan Jawa, dan tujuan lain
maka kita ingin (adat) masyarakat di Jawa di negara Anda dapat terhubung.
Selanjutnya, berbicara tentang jutaan Java bahwa Jepang ingin tahu apa yang
harus Parada Harahap dapat dilakukan. Terbaik melalui pers Melayu Karena
Pemerintah Nederiandsche juga Hindia Belanda dan untuk kepentingan mereka
mewakili Pemerintah Jepang melalui duta besar untuk Tokyo, Parada Harahap
memberikan jaminan pada penciptaan hubungan harmonis antara bangsa-bangsa (sic)
dari Jawa dan Jepang meskipun penting untuk melakukan, namun maksud terselubung
dari seluruh disebut bandelsgedoe ini. Ini komite perdagangan tidak ada
pejabat, adalah murni pribadi, agak transparan, hobi. Dan bahkan jika beberapa
‘acara resmi’ memiliki, maka itu bukan di jalan misi dagang untuk membuat
hubungan ramah antara masyarakat’
Sejak keberangkatan rombongan ini baru pers Belanda heboh
baik pers yang berada di Hindia Belanda maupun pers di Eropa khususnya di
Belanda. Rombongan Indonesia disambut meriah dan hikmat di Jepang. Parada
Harahap menjawab segala pertanyaan wartawan Asia, Jepang dan Eropa bagaikan
Menteri Ekuin RI. Parada Harahap dijuluki pers Jepang sebagai The King of Java
Press.
PPPKI terus memainkan
perannya sebagai supra organisasi kebangkitan bangsa. Organisasi PPPKI telah
memulai menyatukan yang terkotak-kotak dan memainkan peran penting dalam
mengelorakan kebangkitan (politik) bangsa hingga kemerdekaan RI dapat diraih.
Itu bermula dari semangat Parada Harahap, seorang pemuda revolusioner yang
berani menerbitkan surat kabar dengan nama Sinar Merdeka (1919) di Padang
Sidempoean. Mengapa pada tahun 1923 menerbitkan surat kabar di Batavia dengan
nama Bintang Hindia lalu kemudian menggeser dengan nama surat kabar baru dengan
nama Bintang Timoer, jawabnya adalah ingin mengubah pandangan dari barat
(Eropa) ke timur (Asia). Perjalanan ke Jepang yang dipimpin oleh Parada Harahap
pada tahun 1933/1934 telah dibukukannya dan beredar di masyarakat.
Pionir Organisasi Sosial
Pribumi: Dja Endar Moeda, Soetan Casajangan, Sorip Tagor, Parada Harahap
Saat Medan masih kampung, Padang Sidempuan sudah kota |
Last but not least: Untuk sekadar diketahui bahwa
pendiri organisasi-organisasi mahasiswa masa selanjutnya juga didirikan oleh
anak-anak Padang Sidempuan. Organisasi mahasiswa Islam yang disebut Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) didirikan oleh Lafran Pane tahun 1947 di Djokjakarta dan
juga organisasi mahasiswa Universiteit van Indonesie yang disebut Persatoean
Mahasiswa Universiteit van Indonesia (PMUI) didirikan oleh Ida Nasoetion tahun
1947 di Djakarta. Universiteit van Indonesia meliputi fakultas-fakultas yang
berada di Djakarta (kedokteran, sastra dan hukum), Bogor (pertanian), Bandoeng
(teknik), Soerabaja (kedokteran) dan Makassar (ekonomi). Setelah pengakuan
kedaulatan RI fakultas-fakultas tersebut menjadi UI, IPB, ITB, Unair dan Unhas.
Tokoh terpenting dari UI adalah Hariman Siregar, ketua Dewan Mahasiswa UI tahun
1973 yang terkenal dengan peristiwa Malari (1974). Hariman Siregar adalah
kelahiran Padang Sidempuan tahun 1950.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber
utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Halo, selamat pagi.
BalasHapusSaya tertarik dengan pembahasan mengenai societeit di Bogor sebagai bagian dari penelitian saya. jika berkenan, bolehkan saya tahun mengenai sumber-sumber primer yang anda gunakan?
terima kasih.
Di dalam artikel sudah disebutkan sumbernya, seperti surat kabar atau buku. Jika tidak disebut di dalam artikel, itu berarti sudah disebut di artikel lain di dalam blog ini.
BalasHapusDemikian
Selamat meneliti