Setiap wilayah memiliki kekhususan sendiri dalam bidang perkebunan. Preanger terkenal dengan kopi dan kina, Buitenzorg terkenal dengan kopi dan teh, Deli terkenal dengan tembakau dan kelapa sawit. Lantas, Depok dan sekitarnya terkenal dengan tanaman dan perkebunan apa? Itu pertanyaannya yang perlu ditelusuri. Keutamaan Depok dan sekitarnya dalam peta sejarah perkebunan Indonesia karena terbilang awal dan eksistensinya masih terlihat masif hingga tahun 1970an.
Onderneming Chastelein di Sringsing (sejak 1691) |
Pionir-pionir perkebunan juga perlu ditelusuri. Di Deli terkenal dengan
nama Nienhuys (tembakau), di Preanger terkenal dengan Junghuhn (kina), di
Buitenzorg terkenal dengan Motman (hortikultura). Lantas di Depok dan sekitarnya
siapa? Tentu saja yang pertama Cornelis Chastelein. Lantas siapa pionir-pionir
berikutnya di Depok dan sekitarnya. Itu juga pertanyaan penting dan memerlukan penelusuran.
Mari kita lacak.
Land Depok
Pada saat Cornelis Chastelein membuka lahan pertanian di Depok tahun 1696,
komoditi ekspor VOC dari Hindia Timur masih berupa komoditi kuno seperti benzoin,
kamper, pala, lada, puli dan gambir. Semua itu masih produk hutan yang
didatangkan dari Maluku, Barus dan sebagainya.
36 jenis komodi ekspor VOC |
Perdagangan komoditi-komoditi kuno ini telah berlangsung sekitar dua abad sejak ekspedisi
Cornelis de Houtman tiba di Soenda Kalapa dan VOC mendirikan koloni di Batavia
tahun 1619 hingga dimulai komoditi modern yang dibudidayakan di Batavia dan
sekitarnya pada akhir abad ke-17. Komoditi modern tersebut adalah gula
(suiker). Perkebunan gula ini dilakukan oleh investor-investor VOC dengan
mendatangkan kuli dari Tiongkok. Industri gula ini dengan cepat merangsek
hingga ke hulu sungai Tjiliwong termasuk bidang usaha yang dilakukan oleh
Cornelis Chastelein di Depok.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber
utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar