*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini
Kapan hari jadi Kota Bekasi? Hari Senin tanggal 10 bulan Maret tahun 1997. Kapan hari jadi Kabupaten Bekasi? Hari Selasa tanggal 15 Agustus 1950. Ibukota Kabupaten Bekasi ditingkatkan statusnya menjadi Kota pada tanggal 10 Maret 1997. Nama Kabupaten Djatinegara diubah menjadi Kabupaten Bekasi pada tanggal 15 Agustus 1950. Informasi ini enak dibaca, tidak menyesatkan dan cukup menyehatkan.
Kapan hari jadi Kota Bekasi? Hari Senin tanggal 10 bulan Maret tahun 1997. Kapan hari jadi Kabupaten Bekasi? Hari Selasa tanggal 15 Agustus 1950. Ibukota Kabupaten Bekasi ditingkatkan statusnya menjadi Kota pada tanggal 10 Maret 1997. Nama Kabupaten Djatinegara diubah menjadi Kabupaten Bekasi pada tanggal 15 Agustus 1950. Informasi ini enak dibaca, tidak menyesatkan dan cukup menyehatkan.
Meester Cornelis menjadi Djatinegara dan Java menjadi Djawa |
Artikel ini tidak dalam rangka berdebat tentang
metodologi penentuan hari jadi wilayah administratif, tetapi untuk
mendokumentasikan apa yang terjadi pada seputar tanggal 15 Agustus 1950 dan
mendokumentasikan kembali hal apa yang terkait dengan nama Bekasi dan nama
Jatinegara. Untuk itu mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Meester Cornelis en Bekasi: Djatinegara
Nama Djatinegara di Batavia belum
terindentifikasi. Akan tetapi ada nama kampong Djati di dekat Tanah Abang
(lihat Peta 1824). Nama Djatinegara baru teridentifikasi di Tegal (lihat Javasche
courant, 31-10-1838). Pada awal pendudukan militer Jepang, nama Meester
Cornelis diubah menjadi Djatinegara (lihat Keesings historisch archief :
geïllustreerd dagboek van het hedendaagsch wereldgebeuren met voortdurend bijgewerkten
alphabetischen index, 31-08-1942). Disebutkan otoritas militer Jepang telah
mengumumkan bahwa mulai sekarang di Java akan disebut Djawa karena ini lebih
sesuai dengan bahasa Melayu. Itu juga bagaimana Meester Cornelis berubah
menjadi Djatinegara.
Nama
Djatinegara di Afdeeling Meester Cornelis kali pertama dapat dibaca dalam surat
kabar tahun 1859 (lihat Bataviaasch handelsblad, 27-08-1859), Namun dimana posisi
GPSnya belum jelas tetapi tidak jauh dari Meester Cornelis. Posisi GPS kampong
(land) Djatinegara ini semakin jelas pada tahun 1902 (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 29-07-1902). Disebutkan dari paal 10 garis lurus ke persimpangan (di
Klender) jalan dari Pondok Bamboe, Klender ke Tanah Kodja dengan memotong jalur
kereta api dari Meester Cornelis ke Bekasi; ke arah timur jalan dari perempatan
terakhir melewati Tanah Kodja, Djatinegara, Rawa Trate, Poeloe Gadoeng, Waroeng
Djengkol, Petoekangan, Tjakoeng, Soekapoera, Tipar, Rengas, Koeroes Toegoe dan
Kebantenan ke timur laut menuju landhuis Tjilintjing dan kemudian ke utara
hingga pantai. Jadi kampong Djatinegara ini berada diantara kampong Tanah Kodja
dan Rawa Trate.
Namun yang menjadi pertanyaan mengapa harus
Djatinegara. Apa keutamaannya sehingga nama Djatinegara yang dipromosikan.
Bukankah sejak doeloe lebih terkenal land Matraman, land Kampong Melajoe, land Klender,
land Pondok Bamboe, land Tjipinang daripada land Djatinegara. Atau, mengapa
bukan nama Kebajoran atau nama Bekasi.
Secara
administratif sudah sejak lampau dilakukan pembagian wilayah berdasarkan
afdeeling: Meester Cornelis, Tangerang, Buitenzorg dan Bekasi. Dalam
perkembangannya terjadi penyesuaian struktur pemerintahan wilayah. Afdeeling
Meester Cornelis dan afdeeling Bekasi digabung yang namanya disebut (hanya)
Afdeeling Meester Cornelis atau adakalanya disebut Afdeeling Meester Cornelis
en Bekasi yang dipimpin oleh seorang Asisten Residen yang berkedudukan di
Meester Cornelis. Afdeeling Meester Cornelis ini terdiri dari tiga
onderafdeeling: Onderafdeeling Meester Cornelis, onder afdeeling (district) Kebajoran
dan onderafdeeling (district) Bekasi.
Besar dugaan tidak mengadopsi nama Kebajoran dan
nama Bekasi karena yang ingin digantikan adalah nama Meester Cornelis. Akan
tetapi, sekali lagi mengapa harus Djatinegara? Apakah karena nama Djatinegara
cukup keren? Semua itu tetap menjadi pertanyaan dan sejauh ini, penetapan nama
Djatinegara sebagai pengganti nama Meester Cornelis tetap menjadi misteri. Hal
ini berbeda dengan perubahan nama Batavia menjadi Djakarta dan Buitenzorg
menjadi Bogor. Juga berbeda dengan perubahan nama Stad Batavia menjadi Kota dan
Weltevreden menjadi Gambir. Nama Meester Cornelis menjadi Djatinegara adalah
anomali.
Kabupaten Djatinegara Menjadi Kabupaten Bekasi
Mengapa nama Djatinegara menggantikan nama
Meester Cornelis tidak dapat dijelaskan. Lantas bagaimana dengan perubahan nama
Kabupaten Djatinegara menjadi Kabupaten Bekasi? Masih bisa dijelaskan. Sebab
Djatinegara, yang menggantikan nama Meester Cornelis, setara dengan nama
Bekasi. Ini soal proses politik semata, bukan soal geografis. Hanya sekadar
mengubah haluan (politik).
Di era
kolonial Belanda hal serupa ini sangat jamak. Misalnya Residentie Bengkoelen di
satu sisi dipisahkan dari Province Sumatra’s Westkust (Provinsi Pantai Barat
Sumatra) tetapi di sisi lain Residentie Tapanoeli digabungkan. Dalam
perkembangannya Residentie Tapanoeli dipisahkan dan bersama Residentie Atjeh
digabungkan membentuk (province() Noord Sumatra dan lalu kemudian Residentie
Oost Sumatra digabungkan ke Noord Sumatra. Hal yang serupa terjadi di tingkat
residentie di Batavia yang mana terjadi pemisahan dan penggabungan terhadap Meester
Cornelis, Kebajoran dan Bekasi. Satu waktu Tangerang dan Kebajoran digabung,
demikian juga Bekasi dipisahkan dari Meester Cornelis dan kemudian digabungkan
dengan Poerwakarta (sebelumnya Krawang en Poerwakarta). Setelah itu Bekasi
dipisahkan dan kembali digabungkan dengan Meester Cornelis. Contoh lain adalah
nama Afdeeling Mandailing en Ankola yang beribukota di Panjaboengan (di onderafdeeling
Mandailing) lalu berubah menjadi Afdeeling Angkola en Mandailing sehubungan
ibukota dipindahkan dari Panjaboengan ke Padang Sidempoean (di onder afdeeling
Angkola). Prinsip penamaan wilayah tidak dilanggar secara geogtafis.
Oleh karena itu perubahan nama Kabupaten
Djatinegara menjadi Kabupaten Bekasi adalah normal. Yang menjadi tidak normal
adalah perubahan nama Meester Cornelis menjadi Djatinegara. Sebab nama
Djatinegara tidak memiliki argumentasi secara geografis untuk menggantikan nama
Meester Cornelis (yang lebih pantas adalah Bekasi). Tuntutan untuk mengubah
nama Kabupaten Djatinegara dengan Kabupaten Bekasi tidaklah berlebihan alias
wajar tanpa syarat. Lantas mengapa terkesan begitu heboh? Itu juga karena
proses (eskalasi) politik.
Pada
era perang kemerdekaan perubahan-perubahan nama wilayah ini sangat dinamis.
Pada akhir perang (saat gencatan senjata dalam proses konferensi KMB) Komando
militer di (Residentie) Batavia, Gubernur Militer wilayah federal Djakarta dibagi
menjadi tiga komando militer, yakni Komando Militer Kota Tandjoeng Priok,
Komando Militer Kota Jakarta (Pusat Djakarta) dan Komando Militer Kota
Djatinegara. Sementara wilayah sekitar (Ommelanden) dibagi menjadi dua area,
yaitu Tangerang dan Bekasi. Wilayah teritorial Bekasi memiliki enam sub-area
yakni: Bekasi, Kramat Djati, Tjibinong, Tjilintjing, Pulogadoeng dan Pasar
Minggu, Sedangkan wilayah teritorial Tangerang memiliki tiga sub-area, yakni Tangerang-Udik,
Tangerang-Ilir dan Kebajoran (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 30-12-1949).
Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh
Belanda dan era RIS (27 Desember 1949 hingga 18 Agustus 1950) pada penghujung
dibubarkannya RIS dan kembali ke Negara Kesatuan RI (NKRI) terjadi lagi
perubahan yang berarti (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 01-08-1950). Wilayah Tangerang dikembalikan oleh komando
militer Tangerang kepada Bupati Kabupaten Tangerang. Demikian juga Wilayah
Bekasi dikembalikan oleh komando militer Djatingara kepada Bupati Kabupaten Djatinegara,
serta wilayah Tjibinong yang secara administratif masuk ke dalam Kebupaten
Bogor, dikembalikan oleh komando militer Djatinegara kepada Bupati Kabupaten Bogor.
Dalam
penyerahan militer ke sipil ini masih ada yang tersisa yakni soal nama
Djatinegara itu sendiri. Dalam fase inilah terjadi proses politik untuk
menggantikan nama Djatinegara dengan Bekasi. Ini memang tidak sepadan dengan
yang terjadi di Tangerang, usulan perubahan Djatinegara menjadi Bekasi
sejatinya tetap sebagai Djatinegara. Oleh karena Kabupaten Djatinegara termasuk
wilayah Provinsi Djawa Barat (sebagaiman ajuga Kabupaten Tangeran dan Kabupaten
Bogor), maka dari sudut pandang Jawa Barat, nama kabupaten lebih ideal
menggunakan nama Bekasi (memang tidak menyalahi aturan geografis).
Untuk meratifikasi kembali pembagian wilayah dan
penamaan wilayah pasca perang di wilayah Provinsi Jawa Barat disahkan undang-undang
baru (lihat Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode, 04-11-1950). Di dalam undang-indang yang baru inilah nama (kabupaten)
Djatinegara telah diubah menjadi (kabupaten) Bekasi. Kabupaten Bekasi sendiri
dalam undang-undang baru ini terdiri dari Kewedanan Bekasi, Tambun, Tjikarang
dan Serengseng (Soekatani). Ibukota kabupaten untuk sementara waktu berada di Djatinegara,
tetapi itu akan dipindahkan ke Tamboen. Lho!
Jalannya Proses Politik: Mayor Madmuin Hasibuan
Secara definitif seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Barat telah ditetapkan melalui undang-undang, tidak hanya soal
nama juga penetapan wilayah kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Bekasi.
Selain perubahan nama kabupaten (ibukota kabupaten tidak berubah) juga yang
berubah adalah pergeseran wilayah onderafdeeling (district) Tjobaroesa yang
sejak lampau masuk Bogor (Buitenzorg) menjadi wilayah (kabupaten) Bekasi.
Pergeseran
wilayah district Tjibaroesa masuk ke wilayh Afdeeling Bekasi, karena secara
defacto lebih dekat ke ibukota Bekasi daripada ke ibukota Bogor (Buitenzorg).
Secara politis di masa lampau Tjibaroesa lebih dekat atau memiliki tipologi
land-land yang terdapat di Bekasi. Land Tjobaroesa terhubung dengan baik ke
land Tjikarang (di Lemah Abang) dengan moda transportasi yang sangay baik jika
dibandingkan dari Tjibatoesa ke Tjibinong. Ketika Tibaroesa dialihkan ke Bekasi
tidak ada tuntutan dari Boigor, sementara penduduk Tjibaroesa welcom dan memang
sejak dari doeloe sudah siap menjadi bagian dari wilayah Bekasi.
Dalam proses perubahan struktur wilayah di provinsi
Jawa Barat ini tampak peran penting Ketua Dewan Kabupaten Djatinegara (Bekasi),
yang kebetulan seorang pejuang Bekasi, Mayor Madmuin Hasibuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar