*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini
Jika ada orang yang ingin merintis jalur pendek dan cepat antara Sukabumi bagian selatan dengan Bogor bagian barat, RA Eekhout Jr adalah orangnya. RA Eekhout Jr juga menggagas jalur kereta api rute kota Sukabumi dan Pelabuhan Ratu. Dengan adanya jalur kereta api yang menghubungkan berbagai tempat di wilayah Sukabumi bagian selatan, RA Eekhout Jr yakin akan bertumbuh dan berkembang lebih cepat. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah selatan Sukabumi ini akan lebih optimal jika dihubungkan dengan wilayah-wilayah selatan gunung Salak di Bogor bagian barat. Visi konektivitas Sagaranten (Sukabumi bagian selatan) dan Leuwiliang (Bogor bagian barat) ini telah digagas dan diperjuangkan oleh RA Eekhout Jr lebih dari satu abad yang lalu.
Jika ada orang yang ingin merintis jalur pendek dan cepat antara Sukabumi bagian selatan dengan Bogor bagian barat, RA Eekhout Jr adalah orangnya. RA Eekhout Jr juga menggagas jalur kereta api rute kota Sukabumi dan Pelabuhan Ratu. Dengan adanya jalur kereta api yang menghubungkan berbagai tempat di wilayah Sukabumi bagian selatan, RA Eekhout Jr yakin akan bertumbuh dan berkembang lebih cepat. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah selatan Sukabumi ini akan lebih optimal jika dihubungkan dengan wilayah-wilayah selatan gunung Salak di Bogor bagian barat. Visi konektivitas Sagaranten (Sukabumi bagian selatan) dan Leuwiliang (Bogor bagian barat) ini telah digagas dan diperjuangkan oleh RA Eekhout Jr lebih dari satu abad yang lalu.
Sagaranten, Cikembar, Parakan Salak dan Leuwiliang |
Siapa
sesungguhnya RA Eekhout Jr? Jika wilayah barat Bogor terdapat nama beken dari
kelaurga van Motman, maka wilayah selatan Sukabumi, RA Eekhout Jr tiada duanya.
RA Eekhout Jr adalah orang pertama yang sangat serius untuk mengembangkan
wilayah selatan Sukabumi. RA Eekhout Jr memulainya di Baros. RA Eekhout Jr sebelum ‘berlabuh’ di Baros adalah perwira
muda angkatan laut yang mengundurkan diri dan tidak puas dengan pejabat yang
korup. Sejak di Baros, RA Eekhout Jr terus mengkritisi pemerintah baik melalui
tulisannya di media maupun di berbagai forum. RA Eekhout Jr adalah ‘pahlawan’ dari Baros dalam
memperjuangkan kemakmuran Sukabumi selatan. Untuk memahami RA Eekhout Jr lebih
lanjut mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini
adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Keluarga Eekhout
Pada
tanggal 28 Januari 1863, seorang wanita menulis berita dukacita yang dimuat
dalam surat kabar di Haarlem, Belanda, Opregte Haarlemsche Courant edisi 02-02-1863.
‘Hari ini saya menyampaikan kabar duka yang menyedihkan bahwa putra saya yang
terkasih, Reneke Adriaan Eekhout, yang semasih hidup sebagai anggota Lid van
het Hoog Geregtshof van Neêrlandsch Indie, setelah penyakit yang diderita lama,
dalam usia empat puluh tiga tahun meninggal di Batavia pada tanggal 1 Desember 1862,
meninggalkan seorang janda yang sangat sedih dan empat anak yang masih kecil-kecil.
Yang berduka: WAA de Marees van Swinderen, janda GW Eekhout. Groningen, 28
Januari 1863.
Saya belum pernah membaca siapa keluarga Eekhout khususnya
RA Eekhout. Baru saat
menulis serial Sejarah Sukabumi ini, saya menemukan petunjuk tentang keluarga
Eekhout dan mencoba membacanya pada berbagai edisi surat kabar sejaman
(1840-1900). Sangat menarik karena itu dibuat artikel tersendiri. Satu yang
penting dari sosok anggota keluarga Eekhout adalah kiprah RA Eekhout Jr. Setelah
menemukan cukup bahan, ketika menulis artikel ini saya teringat pengalaman saya
pada tahun 1988 ketika masih kuliah di tingkat akhir. Dosen saya, yang juga
saat itu saya menjadi asisten dosen untuk mata kuliah yang dia ampu, mengajak
saya untuk berpartisipasi dalam penelitian yang ditugaskan oleh Pemerintah
Kabupaten Sukabumi untuk memberikan rekomendasi untuk menetapkan satu dari dua
kandidat yang dijadikan sebagai ibukota Kabupaten Sukabumi (Cibadak atau
Pelabuhan Ratu). Kami ada empat orang yang menjadi asisten penelitian yang juga
sang dosen turut aktif di lapangan, dan bekerja selama dua minggu yang dimulai di
Kecamatan Cibadak dan kemudian di Kecamatan Pelabuhan Ratu dengan mengacu pada
pedoman dan prosedur penelitian yang telah disusun sang dosen. Pendekatan yang
dilakukan dalam studi bukan studi spasial tetapi lebih pada isinya: pendekatan sosio-ekonomi
dan pendekatan ekologi manusia (sosio-budaya). Dua hari terakhir dalam
penelitian lapangan ini dengan mengambil tempat di Hotel Pelabuhan Ratu
hasil-hasil pengumpulan data dianalisis dan mengerucut pada satu kesimpulan
awal: Pelabuhan Ratu lebih tepat menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Kesimpulan
sementara ini terus diuji dalam rentang waktu selama dua bulan dalam berbagai
diskusi dan forum di Kota Bogor (kampus) dan di Kota Sukabumi (pemda). Tentu
saja saya masing ingat ketika melakukan studi mandiri di Kecamatan Cigudeg,
Kabupaten Bogor pada tahun 1989. Hasil penelitian ini saya presentasikan
sebagai skripsi dan lulus mendapat gelar sarjana. Seperti kita ketahui pada
masa ini, ibukota Kabupaten Sukabumi telah dipindahkan secara dejure ke kota
Pelabuhan Ratu sejak 1998 (sepuluh tahun sejak saya ikut berpartisipasi dalam
penelitian tersebut). Kecamatan Cigudeg pada masa ini diadikan sebagai kandidat
kabupaten baru Kabupaten Bogor Barat.
Berita
duka sang ibu tersebut sangat menyentuh. Berita yang diterima oleh sang ibu
setelah hampir dua bulan sang anak meninggal. Hal ini karena jalur pelayaran
dari Batavia ke Amsterdam masih melalui Afrika Selatan (terusan Suez baru
dibuka tahun1869). Kesedihan sang ibu semakin menjadi-jadi, karena sang suami
belum lama meninggal (Gerrit Willem Eekhout meninggal di Groningen pada tanggal
6 Meiy 1862). Sang anak yang meninggal sebagai pejabat di Hindia Belanda dalam
posisi puncak sebagai ambtenaar kelas satu (setara eselon satu). Sementara sang
cucu yang ditinggalkan masih kecil-kecil.
Reneke Adriaan Eekhout, seorang sarjana (Mr)
lahir tahun 1819. Menikah dengan Sara Maria Louisa de Waal (lahir 21 Mei 1824)
pada tanggal 3 Agustus 1850 di Groningen. Empat anak mereka dua orang laki-laki
dan dua orang perempuan. Anak laki-laki yang tertua diberi nama sesuai nama
sang ayah Gerrit Willem Eekhout (kakek) dan anak laki-laki kedua diberi nama
sesuai dengan namanya: Reneke Adriaan Eekhout Jr. Pada saat Reneke Adriaan
Eekhout meninggal (1862) usia Sara Maria Louisa de Waal sudah 38 tahun dan anak
yang sulung (perempuan) diduga berumur 11 tahun.
Sara
Maria Louisa de Waal membawa anak-anaknya ke Belanda. Pada tahun 1872 Gerrit
Willem Eekhout dinyatakan lulus Hoogere Burgeschool di di Leiden (lihat Het
nieuws van den dag: kleine courant, 07-08-1872). GW Eekhout kemudian diterima
di sekolah teknik Polytechnische school te Delft. Tidak ada kesulitan, GW
Eekhout berhasil lulus tepat waktu dengan mendapat gelar diploma voor
technoloog (lihat Provinciale Overijsselsche en Zwolsche courant, 06-07-1876). Setelah mendapat gelar
diploma teknolog, GW Eekhout (seorang Indo, lahir di Hindia Belanda) mendaftar
untuk pemdidikan ambtenaar. GW Eekhout termasuk yang dinyatakan lulus pada
tahun 1877 (lihat Algemeen Handelsblad, 17-07-1877). Dalam daftar yang lulus
ini terdapat nama-nama van Heutsz, Poortman dan Rambonnet.
Pada tahun GW Eekhout lulus menjadi pejabat yang
dikirim ke Hindia Belanda, adiknya, Reneke Adriaan Eekhout Jr dinyatakan lulus
sebagai perwira tingkat satu di Akademi Angkatan Laut Koninklijk Instituut voor
de Marine te Willemsoord (lihat Arnhemsche courant, 13-08-1877). RA Eekhout
ditempatkan di kapal perang Zr. Ms. schroefstoomscliip Leeuwarden (lihat Nederlandsche
staatscourant, 20-10-1877).
GW Eekhout diangkat sebagai aspirant Controleur (wakil Controleur) yang
ditempatkan di wilayaj Java en Madoera (lihat Algemeen Handelsblad, 20-12-1877).
Sebagai aspirant Controleur, GW Eekhout tahun 1880 diangkat menjadi anggota
komisi sekolah di Bezoeki (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 02-08-1880). Setelah beberapa tahun kemudian diketahui GW
Eekhout dipromosikan menjadi Komisi tingkat dua di Algemeene Secretarie di
Batavia (lihat Het nieuws van den dag : kleine courant, 08-02-1881). Saat GW
Eekhout dipromosikan ke Batavia, sang adik RA Eekhout justru mengundurkan diri
dari angkatan laut.
Sementara itu, kapal RA Eekhout tidak diketahui
dimana beroperasi apakah di Belanda, di Hindia Belanda, di Suriname atau di
wilayah koloni lainnya. Tapi besar dugaaan RA Eekhout ditempatkan di tempat
kelahirannya di Hindia Belanda. Pada tahun 1879 RA Eekhout mendapat kenaikan
pangkat menjadi perwira kelas dua (lihat Algemeen Handelsblad, 06-11-1879). Setahun
setelah kenaikan pangkat RA Eekhout berangkat ke Belanda (lihat Sumatra-courant
: nieuws- en advertentieblad, 09-11-1880). Beberapa bulan setelah RA Eekhout di
Belanda diberitakan telah meminta dan dikabulkan mengundurkan diri dengan
hromat dari angkatan laut (lihat Algemeen Handelsblad, 14-03-1881).
Sara Maria Louisa de Waal dikabarkan meninggal
dunia di Den Haag tahun 1882 (lihat Provinciale Overijsselsche en Zwolsche
courant, 02-06-1882). RA Eekhout setelah
mengundurkan diri dari angkatan laut, sejak Juli 1881 diketahui sudah berada di
Hindia Belanda. Tampaknya RA Eekhout dan GW Eekhout tidak berada di Den Haag
ketika ibu mereka meninggal. Hanya surat dan berita duka di surat kabar yang
mengabarkan kematian sang ibu (setelah
satu setengah bulan kemudian, lamanya jarak tempuh pelayaran via terusan Zuez).
RA
Eekhout dan GW Eekhout di Hindia Belanda menulis kabar duka atas meninggalnya
ibu mereka di Den Haag (Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 10-06-1882). Berita duka ini diumumkan agar kerabat dan
teman Sara Maria Louisa de Waal mengetahuinya.
RA Eekhout di Baros dan GW Eekhout di Njalindoeng, Soekaboemi
Keberadaan RA Eekhout di Baros, Soekaboemi paling
tidak pada tahun 1882 (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 31-08-1882). Sebuah lahan di Baros telah disewa dari pemerintah oleh seorang
Eropa/Belanda untuk pertanian. RA Eekhout di Baros bertindak sendiri sebagai
Administrateur. Apakah ketertarikan RA Eekhout bekerja sebagai swasta menjadi
alasan dirinya mengundurkan diri dari angkatan laut? Tampaknya tidak, tetapi lebih pada rasa cinta tanah air (sebagai Indo yang lahir di Hindia Belanda).
RA Eekhout
adalah seorang yang cerdas. RA Eekhout kerap mengirim tulisan ke surat kabar
mengkritisi para pejabat pemerintah. RA Eekhout sangat mengkhawatirkan perilaku
pejabat pemerintah yang dapat membahayakan negara (eksistensi negara bagian
Hindia Belanda). RA Eekhout, yang seorang Indo (lahir di Hindia) rasa
nasionalisnya mulai muncul. RA Eekhout tampaknya ingin berpatisipasi aktif
dalam pembangunan. RA Eekhout sangat sinis terhadap perilaku korup dari para
pejabat (yang cenderung kurang memperhatikan penduduk) dan hanya mementingkan
sendiri (menumpuk kekayaan). RA Eekhout bersama dengan teman-temannya di bidang
pertanian mulai menkritisi peraturan perundang-undangan yang berlaku terutama
yang terkait dengan pengabaian hak-hak para planter (lihat De locomotief, 17-09-1883).
Dalam perkembangannya, RA Eekhout telah menguasai
lahan pertanian di Baros. Juga diketahui GW Eekhout telah mengundurkan diri
sebagai pejabat pemerintah. GW Eekhout kemudian diketahui telah membuka lahan
di Djampang Tengah. GW Eekhout bertindak sebagai
administrateur perusahaan kini (kinaonderneming) di Pasir Telagar Waarna
(Njalindoeng).
Mengapa
GW Eekhout mengundurkan diri sebagai pejabat? Kasusnya sama dengan adiknya RA
Eekhout yang mengundurkan diri dari angkatan laut. GW Eekhout tidak puas dengan
kebijakan dan para pejabat pemerintah yang cenderung korup.
RA Eekhout sendiri di Baros telah mengembangkan
pertanian buah-buahan dan sayur-sayuran khas Eropa di Baros (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 13-12-1883). Usaha pertanian di Baros ini dikenal dengan nama
Onderneming Soeka Brenti dengan mengkhusukan produk Eropa (specialiteit van
Europeesche groenten).
Produk
sayuran antara lain Salade met dragon, pimpernel en prei, wortelen met
peterselie,tainboonen, peuleu en doperwten met boonenkruid. Selain
sayur-sayuran juga memproduksi tanaman lain seperti strowberry. Pemesanan berlangganan
dapat dilakukan ke Onderneming Soeka Brenti di Baros dalam berbagai partai.
Kebutuhan hotel dan societeit mendapatkan harga khusus. Pemetikan dilakukan
pada hari pengiriman melalui kereta api hari Selasa ke Batavia dan Buitenzorg.
Untuk pemesan di luar langganan dikenakan biaya pengiriman. Produk sayuran dari
Baros ini sangat berkualitas. Ini dapat dilihat dari prestasi kebun milik RA
Eekhout dalam suatu kompetisi (nasional) di Buitenzorg mendapat mendali perak dan
medali perunggu (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 24-09-1883). Untuk medali emas dimenangkan oleh perusahaan
pertanian di land Tjiomas (administrateur van Sturler).
Pada tahun 1884 RA Eekhout di Baros diberitakan
telah menyewa lahan kosong di District Djampang Tengah (lihat De locomotief:
Samarangsch handels- en advertentie-blad, 07-03-1884).
Disebutkan luas lahan yang disewa ini seluas 150 bau terletak di distrivt Djampang Tengah, Soekaboemi, Residentie
Preanger Regenschappen. Jumlah sewa tahunan adalah f 2 per bau dan f1.5 jika belum
digunakan. Setiap pembayaran harus dibuktikan dengan pernyataan yang akan
dikeluarkan oleh pemerintah setempat.
RA
Eekshout juga berinisiatif untuk membangun kabel koneksi telepon dari
perusahaannya di Baros terhubungan dengan rumah sakit militer yang tengah
dibangun di Soekaboemi (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 31-03-1884).
Permohonan RA Eekhout ini telah disetujui oleh Direktur Pekerjaan Umum Sipil,
tetapi dengan syarat hanya dapat digunakan untuk penggunaan pribadi. Informasi
ini menjelaskan untuk kali pertama jaringan telepon dihubungkan ke Soekaboemi.
Layanan koneksi yang sudah ada selama ini adalah telegraf.
Pada tahun 1887 muncul satu petisi dari 726
landeigenaars, administrateurs, fabrikanten, handelaars en particulieren yang
menginginkan pemisahan tanah air (moederland) dan koloni dan membentuk pemerintahan
sendiri dengan dasar yang kira-kira sama dengan yang menjadi dasar organisasi
negara Inggris-India (lihat Algemeen Handelsblad, 30-06-1887).
Dalam
daftar orang yang menandatangani petisi ini termasuk GW Eekhout dan RA Eekhout.
Dalam daftar ini juga termasuk Dr. L Weissm dokter swasta di Soekaboemi. Boleh
jadi karena kaitan tersebut dua bersaudara ini kerap menyampaikan kritik melalui
media.
Pada tahun 1888 GW Eekhout dikabarkan meninggal
dunia (lihat Bataviaasch handelsblad, 20-11-1888). Berita dukacita ini dibuat
oleh RA Eekhout. GW Eekhout meninggal di Soekaboemi pada tanggal 4 November,
1888. Dua tulisan berupa inmemorium
tentang GW Eekhout ini dimuat dalam De ingenieur; Orgaan der Vereeniging
van Burgerlijke Ingenieurs jrg 3, 1888, no 46, 17-11-1888. Ini mengindikasikan
bahwa GW Eekhout adalah seorang yang sangat populer dan memiliki banyak
prestasi.
Satu
diantara dua tulisan tersebut ditulis oleh di Deventer, 10 November 1888 oleh RA
van Sandick. Sebagaimana diketahui van Sandick adalah seorang arsitek terkenal
dan dosen di Universitas Teknik di Delft. RA van Sandick menyebut WG Eekhout
adalah mahasiswa cerdas dan lulus dengan predikat cum laude, Pada tahun
terakhir GW Eekhout adalaj ketua dewan mahasiswa. RA van Sandick juga menyebut
bahwa GW Eekhout dalam satu tahun pendidikan pejabat Hindia Belanda mendapat
prestasi rangking pertama. Setelah mengundurkan diri dari pejabat, van Sandick
juga menyebut GW Eekhout membuka usaha pertanian di Pasir Telaga Warna sangat
mengagumkan. Dia harus menghadapi banyak kesulitan. Perusahaan itu terletak di
daerah berpenduduk sedikit, sehingga harus berjuang dengan kekurangan orang
yang bekerja; Pekerja Jawa didatangkan dari Jawa Tengah dengan pembayaran uang
muka yang tinggi. Kemudian usaha Eekhout ditingkatkan menjadi sebuah perseroan
terbatas (naamlooze vennootschap, NV) di bawah manajemen Eekhout sendiri. Usaha
ini tidak hanya kina, tetapi juga teh dan kopi ditanam agar tidak bergantung
pada satu budidaya. Van Sandick juga mengutip salah satu kalimat dari tulisan
GW Eekhout: ‘Angin sepoi-sepoi bertiup di Hindia saat ini, orang-orang harus
mengetahui kekuatan mereka dengan lebih baik, Saya memiliki keyakinan di masa
depan’. Eekhout yang berkali-kali di Hindia menggunakan pena untuk melawan
penyalahgunaan. Artikel-artikelnya di "Lokomotif" dan majalah Hindia
lainnya, prestasinya yang luar biasa sebagai Sekretaris Asosiasi Administrator
Perusahaan Pertanian di Sukabumi, yang laporan tahunannya juga secara umum
menarik perhatian di Belanda; kontribusinya pada Jurnal Industri dan Pertanian Hindia;
mereka semua sangat banyak menyaksikan bakat dan tenaga kerjanya. Orang-orang
seperti dia, yang tulus ikhlas dan mau menerima tantangan, marah karena
ketidakadilan yang dilakukan pemerintah, pendapat yang jarang terjadi dalam
masyarakat Hindia yang sinis. GW Eekhout menganggap tempat ia dilahirkan dan
yang ia cintai sebagai negara asalnya dan dia memandang perlu untuk membuat
pemerintahan yang baru di Hindia (baca: pemisahan dengan Kerajaan Belanda). Dia
memiliki pengaruh dan akan diperhitungkan di dalam sejarah dan namanya akan
tetap abadi. Eekhout telah menyerahkan dirinya sepenuhnya ke Hindia, demikian RA
van Sandick mengakhiri tulisan memorinya.
Gagasan Brilian RA Eekhout: Bapak Pembangunan Sukabumi Selatan
Ada keluarga van Motman di Bogor Barat, ada
keluarga Eekhout di Sukabumi Selatan. Di Preanger tidak hanya nama keluarga Holle
tetapi juga ada nama keluarga. Adalah RA Eekhout yang membuka usaha pertanian
di Baros pada tahun 1882. Boleh jadi ini Baros dipilih karena harga lahan yang
masih rendah dan juga sehubungan dengan dibukanya jalur kereta api
Buitenzorg-Soekaboemi pada tahun 1882. RA Eekhout memulai usaha dengan
mengusahakan tanaman sayur-sayuran khas Eropa.
Dalam
tempo singkat, pada tahun 1883 hasil-hasil usaha pertanian RA Eekhout
diiukutkan dalam kompetisi hasil pertanian secara nasional di yang diadakan di
Buitenzorg. Produk RA Eekhout mendapat dua medali (perak dan perunggu). Nama RA
Eekhout dan juga nama Baros segera menjadi perhatian para planter khususnya
planter Preanger. Dengan label produk pemenang kompetisi medali perak dan
medali perunggu RA Eekhout segera mendapat respon pembeli di Batavia.
Pembelinya sudah tentu orang Eropa/Belanda, tetapi tidak sedikit produknya yang
dipasok ke hotel-hotel dan societeit di berbagai kota. Saya pernah ke Baros
sekali pada tahun 1883, saat itu, paling tidak, suasananya di Baros tenang. Artikel
ini menjadi memori saya ketika ikut mengantarkan almarhum paman saya ke
pemakaman di tempat pekuburan umum di jalan Baros pada tahun 1992.
Ibarat musik, RA Eekhout telah memainkan intro
yang langsung menarik perhatian, merdu dan menyenangkan. Keputusannya yang
mengundurkan diri sebagai perwira muda angkatan laut tahun 1881 tampaknya telah
langsung berbalas dengan adanya tanda-tanda mulai terbentuknya prospek. RA
Eekhout yang seorang Indo (lahir di Hindia) mulai merasakan bagaimana rasanya
bertanah air (suatu perasaan yang berbeda ketika menjadi perwira angkatan laut
Kerajaan Belanda). RA Eekhout sangat merasakan Hindia (Belanda) adalah tanah
airnya, tempat dimana ia dilahirkan, tempat dimana ayahnya dimakamkan.
Patriotisme bernegara RA Eekhout mulai merasuki jiwanya di Baros.
Di
landhuisnya di Baros di pinggir sungai Tjimandiri bebas berenang kapan saja
setelah seharian bekerja di lahannya bersama para pekerjanya. Pada malam hari
RA Eekhout tetap tekun membaca, tidak hanya membaca buku-buku budidaya
pertanian tetapi juga buku-buku lainya tentang politik. Jauh dari Batavia di
tempat sunyi yang dianggap nya sorga di Baros mulai mengirim tulisan-tulisannya
di berbagai media baik yang terbit di Hindia maupun di Belanda. Tulisannya
sangat kritis dan kerap mengkritisi pejabat pemerintah yang korup dan cenderung
tidak adilnya isi aturan perundang-undangan yang berlaku di Hindia.
Dua tahun setelah RA Eekhout membuka lahan di
Baros, pada tahun 1884 sanga abang GW Eekhout membuka lahan baru di Djampang
Tengah (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 07-03-1884).
Seakan mengikuti langkah adiknya, insinyur teknik sipil alumni Delft, GW
Eekhout juga ‘mencampakkan’ posisinya sebagai pejabat muda cermerlang di
Batavia dan mulai ikut terjun bertanah air. GW Eekhout membangun landhuis di
dekat danau Telaga Warna di Njalindoeng. Seperti adiknya di Baros, GW Eekhout
juga aktif menulis di media dan aktif mengikuti berbagai forum. GW Eekhout juga
mengkritiasi birokrasi yang korup.
Masih
pada tahun yang sama, pada tahun 1884 Ir. GW Eekhout mempelopori dan mengajak
para planter tergabung dalam asosisasi planter Soekaboemi dimana GW Eekhout
duduk sebagai sekretaris. Asosiasi inilah yang kemudian menjadi penggerak
societeit yang didirikan di Soekaboemi yang diberi nama Societeit Soekamanah.
Namanya berbau pribumi, yang dalam bahasa Sunda diartikan sebagai jiwa/hati
yang gembira. Penamaan societeit berbau pribumi tidak lazim, dan umumnya berbau
Belanda seperti Harmonie, Concordia dan sebagainya. Societeit adalah klub
sosial tempat berkumpul tempat dimana diadakan hiburan, pertemuan-pertemuan
yang tentu saja pertemuan para anggota asosiasi-asosiasi (olahraga, seni,
pertanian dan sebagainya) untuk membicarakan banyak hal termasuk membicarakan
politik.
Interesting story! I had been looking for information on R.A. van Eeekhout, to find out who was the owner of the Wijnkoopsbaai Exploratie Maatschappij.
BalasHapuswah sangat menarik, dan ditunggu tulisan berikutnya
BalasHapussaya tinggal di sukabumi dan dekat ke baros, sekitar 1 km dari pemakaman belanda, dan sedang mencari data tentang wilayah sekitar.
artikel yang bagus berdasarkan catatan yang dapat dipertanggungjawabkan