*Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini
Nama Reden Soemitro mungkin tidak seterkenal Soenario Kolopaking. Namun ada satu hal yang menjadi penting tentang Raden Soemitro: membuka jalan bagi keluarganya (Kolopaking) untuk mencapai pendidikan setinggi-tingginya. Satu yang penting lagi sosok seorang Raden Soemitro yang masih belia, ketika pembentukan organisasi mahasiswa pertama di Leiden 1908 Raden Soemitro adalah pemimpin rapat dalam pembentukan tersebut. Ketua terpilih senior Soetan Kasajangan dan yang menjadi sekretaris adalah junior Raden Soemitro. Inilah perpaduan ideal antara mahasiswa senior dan junior di awal dunia kemahasiswaan Indonesia.
Nama Reden Soemitro mungkin tidak seterkenal Soenario Kolopaking. Namun ada satu hal yang menjadi penting tentang Raden Soemitro: membuka jalan bagi keluarganya (Kolopaking) untuk mencapai pendidikan setinggi-tingginya. Satu yang penting lagi sosok seorang Raden Soemitro yang masih belia, ketika pembentukan organisasi mahasiswa pertama di Leiden 1908 Raden Soemitro adalah pemimpin rapat dalam pembentukan tersebut. Ketua terpilih senior Soetan Kasajangan dan yang menjadi sekretaris adalah junior Raden Soemitro. Inilah perpaduan ideal antara mahasiswa senior dan junior di awal dunia kemahasiswaan Indonesia.
Nama Kolopaking sudah tentu sangat terkenal. Yang paling
muda adalah Novia Kolopaking, istri tercinta dari budayawan terkenal Emha Ainun
Nadjib, penulis artikel di majalah Tempo tempo doeloe. Yang lebih senior adalah
Prof. Soenario Kolopaking, dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia yang
pertama (1950-1951). Tentu saja yang paling senior dari keluarga Kolopaking
adalah Raden Soemitro yang menjadi sekretaris Indische Vereeniging pertama di
Belanda tahun 1908. MH Ainun Nadjib dalam hal ini meneruskan garis sejarah
kehebatan keluarga Kolopaking (saya ingat tempo doeloe ketika sering membaca
artikel Emha, dosen Ilmu Sosiologi saya ‘bermarga’ Kolopaking sementara
istrinya bermarga Nasution).
Lantas apa hebatnya Raden Soemitro? Nah,
itu dia. Boleh jadi sudah banyak yang menulis riwauat Raden Soemitro, namun mungkin
masih ada yang terlupakan. Apa, itu? Tentu saja kita tidak mengetahuinya jika
belum melacak seluruh riwayatnya. Nah, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’
seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan
sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil
kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini
tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang
lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah
disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih
menekankan saja*.
Raden
Soemitro dan Indische Vereeniging
Raden Soemitro menjadi salah satu kandidat yang
mengikuti ujian masuk sekolah elit di Batavia Gymnasium Willem III (lihat De
Preanger-bode, 02-05-1901). Dari 148 kandidat, sebanyak 22 perempuan, tiga
orang pribumi dan satu orang Cina. Dua pribumi lainnya adalah Mohamad dan
Soemarsono. Mereka bertiga lulus ujian masuk. Hanya seperti kandidat yang
diterima, tiga pribumi semuanya lolos ujian masuk. Ini mengindikasikan Raden
Soemitro siswa yang pintar. Perlu dicatat, sekolah paling elit ini tidak
mengenal ketebelece: Seleksinya ketat, hanya saja kuota pribumi dan Cina
dibatasi.
Kandidat masuk sekolah Gymnasium Willem III harus
lulus sekolah dasar Eropa (ELS). Program studi yang dapat diikuti HBS tiga
tahun (setingkat SMP) atau HBS lima tahun (setingkat SMA). Sekolah Gymnasium
Willem III meski sudah berumur (dibuka tahun 1860, awalnya tiga tahun) belum berstandar
internasional, sehingga lulusannya tidak eligible untuk mengikuti ujian masuk
perguruan tinggi di Eropa-Belanda. Harus terlebih dahulu mengikuti ujian
persamaan di Belanda. Lokasi sekolah Gymnasium Willem III (yang kemudian
dikenal sebagai Koning Willem III dengan menambah studi menjadi lima tahun) ini
kini berada di area Perpustakaan Nasional di jalan Salemba, Jakarta.
Raden Soemitro dalam studi lancar-lancar saja.
Pada tahun 1903 Raden Soemitro termasuk salah satu siswa yang naik kelas dari
kelas dua ke kelas tiga (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 09-05-1903). Tiga
temannya non-Eropa juga naik kelas. Raden Soemitro menyelesaikan studinya di Gymnasium
Willem III pada tahun 1906. Setelah lulus Raden Soemitro berangkat ke Belanda.
Verzameling van verslagen N Staatscourant, 01-01-1907 |
Mahasiswa senior, Soetan Kasangan menginisiasi
pembentukan organisasi mahasiswa pribumi di Belanda. Soetan Kasajangan meminta
Raden Soemitro untuk membantunya dalam persiapan pembentukan organisasi
mahasiswa. Raden Soemitro mulai mengirim undangan kepada seluruh pelajar dan
mahasiswa yang studi di Belanda.
Radjioen Harahap gelar Soetan Kasajangan adalah
anak kepala koeria Batoenadoea di Padang Sidempoean. Soetan Kasajangan lulus
sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean pada tahun 1887. Soetan Kasajangan
adalah salah satu murid terbaik Charles Adrian van Ophuijsen di Kweekschool
Padang Sidempoean. Setelah mengabdi sebagai guru di Padang Sidempoean selama 13
tahun, Soetan Kasajangan berangkat tahun 1903 dan bekerja sebagai salah satu
ediot majaah berbahasa Melayu yang terbit di Amsterdam Bintang Hindia. Pada
tahun 1905 melanjutkan studi di Belanda untuk mendapatkan akte guru sekolah
dasar Eropa (ELS). Soetan Kasajangan lulus pada tahun 1907 di Rijkskweekschool
te Haarlem (lihat De Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad, 23-05-1907).
Soetan Kasajangan kembali melanjutkan studi di Belanda di perguruan tinggi
untuk mendapatkan akta guru sekolah menengah (setingkat IKIP sekarang).
Alamat mahasiswa Indonesia di Belanda, 1910 |
Inisiasi Soetan Kasajangan muncul sebagai upaya
untuk memperjuangkan pendidikan untuk bangsanya sendiri dengan mendidirikan
sebuah organisasi mahasiswa. Gagasan pendidirian organisasi mahasiswa ini dapat
diwujudkan dengan berdirinya Indische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) yang
disahkan pada tanggal 25 Oktober 1908 di Leiden. Soetan Casajangan menjadi
presiden pertama dan sebagai sekretaris Raden Soemitro.
De
nieuwe vorstenlanden, 01-02-1909: 'Indische Vereeniging. Di Belanda, telah
dibentuk persatuan orang-orang Hindia yang belajar disana, R Soetan Casajangan
menulis tentang hal ini di Koloniaal Weekblad sebagai berikut: Tiga tahun lalu
saya sudah merencanakan untuk membentuk sebuah sarikat untuk orang-orang Hindia
di Belanda. Karena saya terlalu sibuk pada saat itu, saya tidak dapat
melaksanakan rencana saya segera. Pada bulan Juni tahun ini [Juni 1908, red],
Mr. JH Abendanon datang mengunjungi saya dan bertanya apakah saya pernah
berpikir untuk memberikan bantuan kepada orang Hindia. Saya menjawab pertanyaan
ini dalam persetujuan dan kemudian dia mendorong saya untuk melanjutkan rencana
yang bermanfaat ini. Mengenai hal ini langkah pertama yang saya lakukan meminta
salah satu orang Hindia sebagai staf saya, namanya R. Sumitro. Lalu kami
mengirim undangan ke semua orang Hindia yang belajar di Belanda untuk
menghadiri pertemuan. Pada tanggal 25 Oktober, kami, sebanyak lima belas orang
Hindia, berkumpul di tempat saya, di Leiden, dan pertemuan pertama diadakan.
Saya meminta Soemitro untuk memimpin pertemuan, R. Hussein Djajadiningrat
ditunjuk sebagai sekretaris sementara. Statuta sementara disetujui yang pada
prinsipnya berisi dasar Indische Vereeniging yang diputuskan secara prinsip.
Kemudian kami melanjutkan untuk memilih pengurus. Pemimpin terpilih: R. Soetan
Casajangan Soripada, Sekretaris dan merangkap bendahara RM Soemitro. Komite terdiri dari R. Soetan
CS, RM Soemitro, RMP Sosro Kartono dan R. Hoesain Djajadiningrat yang diangkat
untuk menyusun AD dan peraturan lebih lanjut (ART). Pada tanggal 15 November
pertemuan kedua diadakan di Den Haag Vereeniging Hindia. Kita dapat membaca AD
tersebut sebagaimana surat kabar Bat. Nbld menulis, antara lain, bahwa
Vereeniging menyandang nama Indische Vereeniging dan berkedudukan di Den Haag.
Tujuannya adalah untuk mempromosikan kepentingan bersama orang Hindia di
Belanda dan untuk tetap berhubungan dengan Hindia. Orang Hindia sebagai
penduduk asli Hindia Belanda. Vereeniging berusaha mencapai tujuan ini dengan:
mempromosikan asosiasi antara orang Hindia di Belanda, mendorong orang Hindia
untuk belajar di Belanda. Untuk menjelaskan yang terakhir, peraturan internal
(ART) menyatakan: Asosiasi berusaha mendorong orang Hindia untuk belajar di
Belanda dengan melakukan hal berikut: dengan memberikan informasi untuk memberikan
informasi tentang studi dan tinggal di Belanda, dengan membantu orang-orang
Hindia yang baru tiba dan dengan memberikan semua informasi yang mungkin
tentang Belanda berdasarkan permintaan. Anggota biasa hanya bisa orang Hindia
yang tinggal di Belanda. Kami berharap asosiasi pemuda ini berhasil’.
Raden Soemitro menyelesaikan pendidikannya pada
tahun 1914. Raden Soemitro yang beralamat di Leiden diangkat menjadi pegawai
Pemerintah Hindia Belanda (lihat Algemeen Handelsblad, 19-12-1914). Raden
Soemitro setelah tujuh tahun di Belanda kembali ke tanah air untuk mengabdi.
Pada tahun 1915 Raden Soemitro dipindahkan menjadi adjuct administrasi di
kantor pegadaian pemerintah.
Soetan
Kasajangan lulus pada tahun 1911. Namun Soetan Kasajangan tidak langsung pulang
dan bekerja di Belanda. Sempat membantu mantan gurunya Charles Adriaan van
Ophuijsen di Kweekschool Padang Sidempoean yang sejak 1904 menjadi guru besar
di Universiteit Lediden. Soetan Kasajangan menjadi asisten Prof van Ophuijsen
dalam pengajaran bahasa Melalyu. Pada tahun 1913 Soetan Kasajangan pulang ke
tanah air. Sambil menunggu penempatan sebagai direktur sekolah guru Kweekschool
Fort de Kock, beberapa bulan menjadi ditempatkan sebagai guru ELS di
Buitenzorg. Jabatan terakhir Soetan Kasajangan adalah sebagai Direktur sekolah
guru Normaalschool di Meester Cornelis (kini Jatinegara) pada tahun 1927
(sebelum meninggal dunia).
Sementara itu, sejak tahun 1924 Indische Vereeniging oleh
Mohamad Hatta dkk telah mengubah nama Indische Vereeniging menjadi Perhimpoenan
Indonesia (PI). Perubahan nama ini sesuai dengan perkembangan sosial-politik
yang terjadi di Hindia Belanda (Indonesia). Dalam hal ini, Raden Soemitro, anak
bupati Bandjarnegara (Banjoemas) telah turut memberi kontribusi aktif dalam
pembentukan awal organisasi mahasiswa pertama Indonesia di Belanda.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Soenario Kolopaking dan Emha Ainun Nadjib
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar