*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini
Tondano, kini adalah ibu kota kabupaten Minahasa. Kota Tondano dapat dikatakan sebagai kota kuno. Kota ini bermula dari suatu kampong atau negeri yang menjadi pusat perdagangan di seputar danau Tondano. Sebagai pelabuhan, Tondano sudah eksis sejak permulaan era Belanda (VOC). Pada lukisan yang dibuat pada tahun 1679 pelabuhan Tondano terlihat ramat dikunjung perahu dagang.
Minahasa yang berada di seputar danau Tondano yang berpusat di Tondano kemudian menjadi pusat segala kemajuan: pusat perdagangan, pusat misionaris dan pusat pendidikan. Itulah keuataaan Tondano di masa lampau yang dapat disandingkan dengan Manado (sebagai sister city). Sebagai sebuah kota tua, tentu sangat penting membuat kronologis sejarahnya. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Sejarah permulaan kota Tondano ini belum terinformasikan sepenuhnya. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Tondano: Air Danau Tondano Mengalir Sampai Jauh ke Manado
Nama Minahasa sudah sejak lama diketahui sebagai suatu wilayah. Oleh karena itu di dalam peta VOC (1679) judul peta disebut Kaartje van de Manahassa (Peta Minahasa). Pada tahun 1679 juga ditemukan sebuah lukisan yang berjudul Tondano sebagai sebuah pelabuhan di pedalaman di danau Tondano. Pada saat itu, kota utama (hoofdlaats) di wilayah pedalaman (district) Minahasa adalah Tondano.
Kota Tondano adalah kota paling penting di wilayah Minahasa. Kota Tondano adalah kota besar yang jauh lebih besar dari kota-kota lainnya seperti Kakas, Tomohon dan Manado. Namun karena pos perdagangan (dan benteng) VOC berada di Manado, kota Manado melesat perkembangannya (sebagai kota utama bagi orang Eropa-Belanda). Lebih-lebih setelah Residen VOC ditempatkan di Manado. Oleh karena itu ketika VOC dibubarkan pada tahun 1799, ketika Kerajaan Belanda membentuk Pemerintah Hindia Belanda, nama wilayah (residentie) diberi nama Residentie Manado. Ini seakan nama Peta Minahasa adalah masa lampau, nama Residentie Manado adalah masa kini. Lalu bagaimana nasib masa depan kota Tondano di pedalaman Minahasa? Kita akan pelajari lebih lanjut.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tondano: Pusat Kemajuan Penduduk Minahasa
Awalnya Manado masuk wilayah Residentie Ternate, Province Moluksche Eilanden. Pada tahun 1824 Manado dan sekitar dipisahkan dengan membentuk Residentie Manado en Gorontalo berdasarkan surat keputusan 12 Juni 1824 No. 1 (Staatsblad No 28a). Yang diangkat menjadi pejabat resident (fungerend resident) adalah H Cornets de Groot yang dibantu seorang asisten residen di Gorontalo (JJ Gambier). Sementara itu seorang pengawas (opziener) ditempatkan di Tondano.
H Cornets de Groot kemudian digantikan oleh Mr DJW Pietermaat. Lalu pada tahun 1827 status Pietermaat ditingkatkan menjadi Residen Manado (lihat Bataviasche courant, 16-08-1827). Sehubungan dengan peningkatan status ini, di Residentie Manado ditambahkan Kommies dan Kommies Magistraat. Perubahan status ini mengindikasikan bahwa Residentie Manada sudah siap sebagai suatu wilayah residentie (pembentukan dewan).
Dewan di Residentie Manado baru dibentuk pada tahun 1828 berdasarkan surat keputusan menteri negara, komisaris jenderal Hindia Belanda tanggal 22 September 1828 No. 20 (Staatsblad No. 67). Dewan ini disebut Land of Minahasa Raad yang diketuai oleh Residen.
Pada tahun 1833 diketahui sebagai pejabat Residen Manado adalah JPC Gambier dan Asisten Residen Gorontalo adalah WL van Guericke. Resident Manado berkedudukan di Manado. Pada tahun 1837 Resident Manado JPC Gambier dikukuhkan sebagai residen secara definitif yang bersamaan dengan pengangkatan Asisten Residen yang baru di Gorontalo (JN Vosmaer). Sementara di Kema, Amoerang dan Bolaang masing-masing ditempatkan setingkat pengawas (opziener). Dalam perkembangannya status Asisten Residen di Gorontalo diturunkan hanya setingkat pejabat yang membantu residen Manado,
Pada tahun 1837 pangeran Willem Fredrik Hendrik menyempatkan kunjungan ke Kema (lihat Javasche courant, 07-06-1837). Pangeran dari Makasser dengan kapal uap menuju Kema, tiba pada tanggal 26, Yang Mulia menunggu kedatangan Residen Menado yang berkedudukan di Amoerang, 42 pal dari Kema. Pangeran melanjutkan ke Manado, Tanawanko, Amoerang, Sonder, Samuwang dan Tondano. Pada tanggal 6 April melakukan perjalanannya, dan tiba di Uden dalam perjalanan ke Ternale.
Pada tahun 1847 Resident Manado dijabat oleh AJ van Olpen. Sementara di Tondano ditempatkan seorang pengawas (opziener). Amoerang dan Bolaang disatukan di bawah seorang pengawas (opziener).
Ini mengindikasikan bahwa Kema tetap penting dan keutamaan Tondano semakin meningkat. Secara khusus di (kota) Manado telah dibentuk beberapa wijk (kelurahan) yang masing-masing dikepalai oleh seorang wijkmeester yang terdiri dari: wijk Manado en Bantik; Zuid Arisan Negeri Baroe; Noord Arisan Negeri Baroe; Pondol en Tetewo9ngan; Tikala, Klabat beneden; Perkampongan Cina (Luitenent Lie Peng); dan Perkampongan Islam (Luitenant Joedo Koesoemo). Satu-satunya lurah pribumi adalah AB Kalengkongan di wijk Manado en Bantik.
Selanjutnya status Gubernur Molukche Eilanden dilikuidasi dan hanya status residen ditempatkan di Amboina dan status residen tetap dipertahankan di Ternate dan Manado berdasarkan keputusan pemerintah tanggal 31 Agustus 1864 (Staatsblad No 128) yang dengan demikian terdapat tiga residen setara: Amboina, Ternate dan Manado. Residentie Manado sendiri terdiri dari afdeeling Gorontalo dan lima afdeeling lainnya, yakni: Manado, Kema, Tondano, Amoerang dan Bolaang. Di Gorontalo ditempatkan seorang Asisten Residen (yang dibantu dua Controleur), sedangkan di lima afdeeling lainnya masing-masing ditempatkan seorang Controleur. Dalam hal ini Tondano dan Gorontalo semakin penting.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar