*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini
Apalah
arti sebuah nama, demikian William Shakespeare (1564-1616). What's in a name? Nyatanya
semua punya nama, bahkan setiap kapal memiliki namanya sendiri-sendiri. Dalam
pelayaran Belanda pertama (1595-1597) yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman,
empat kapal yang digunakan diberi nama: Amsterdam, Hollandia, Mauritius dan
Duyfken. Salah satu dari kapal ini, karena dianggap ada kerusakan lalu dibakar
dan ditenggelamkan di selat Lombok (Bali). Pada pelayanan Belanda yang
kesekian, kapal bernama Amsterdam melaut kembali dan turut dalam mengusir
Portugis di Amboina pada tahun 1605 di bawah Admiral van Hagen. Pada tahun 1606
kapal bernama Bantam berangkat dari Texel ke Hindia.
Pada era Pemerintah Hindia Belanda, ratusan
kapal-kapal yang hilir mudik antara pelabuhan Amsterdam dan Rotterdam di negeri
Belanda dan pelabuha-pelabuhan di Hindia Belanda. Ada nama mantan gubernur
Jenderal seeperti Loudon, ada nama-nama geografis di Hindia Belanda seperti
nama tempat seperti Sukabumi, Garut, Sipirok, ada nama gunung seperti Guntur
dan Bromo. Juga nama Bantam kembali muncul yang kali pertama melaut dari
galangan kapal Amsterdam pada tahun 1930.
Bagaimana
sejarah kapal Bantam pada awal era Belaanda (VOC)? Mengapa harus diberi nama Bantam? Sejarah kapal dan sejarah nama Bantam sebagai nama
kapal tentu tidak tidaklah penting-penting amat. Namun menariknya mengapa diberi
namanya Bantam padahal kesultanan Banten sedang bermasalah dengan Belanda (VOC)? Sejarah tetaplah sejarah. Seperti
kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’
seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Cornelis de Houtman dan Cornelis
Claesz
Sangat
jarang, jika boleh dikatakan tidak pernah, penulis sejarah menarasikan sejarah
(navigasi) pelayaran, apalagi pelayaran menuju Hindia Timur (baca: Indonesia).
Namun sesungguhnya sangat banyak data tentang kapal dan navigasi pelayaran yang
tersedia. Pada awal pelayaran Belanda ke Hindia, boleh jadi setiap kapal yang
berlayar antara satu dan dua tahun memiliki log kapal tetapi tidak semua
dipublikasikan. Hanya sedikit publikasi yang dapat diakses pada masa kini.
Di luar surat kabar sejaman, di dalam catatan
Kasteel Batavia (Daghregister) pelayaran antara the Netherlands and Asia selama
1595-1795 terdapat data menyajikan keseluruhan 4.722 pelayaran ke luar dan
3.359 pelayaran pulang antara Belanda dan Asia. Sungguh sangat banyak. Dalam
artikel lain dalam blog ini dapat dipahami bagaimana kapal-kapal Amerika
Serikat sudah intens ke Batavia sejak tahun 1700an. Suatu sejarah pelayaran
antara Amerika-Indonesia yang tidak perbah dibicarakan.
Salah
satu, yang utama, publikasi pelayaran antara Belanda dan Hindia Timur yang
dapat diakses pada masa kini adalah pelayaran Belanda yang pertama yang
dipimpin oleh Cornelis de Houtman (1595-1597). Publikasi ini tentu saja sangat
menarik perhatian, karena pelayaran Belanda yang pertama. Pelayaran lain yang
dipublikasikan adalah pelayaran yang dipimpin oleh Admiral Steven van der Hagen
(1605).
Keutamaan pelayaran yang dipimpin oleh Cornelis
de Houtman dan Admiral Steven van der Hagen karena sangat bersejarah bagi
Belanda. Pelayaran yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman sejak April 1595 tiba
bulan Juni 1596 di Banten, kota pelabuhan pertama di Hindia yang disinggahi
mereka. Mereka kurang diterima di Banten karena kehadiran Portugis di
(kerajaan) Banten tetapi mereka diterima di Bali. Pelayaran yang dipimpin oleh Admiral
Steven van der Hagen adalah pelayaran yang juga bersejarah karena berhasil
mengusir Portugis dari Amboina pada 23 Februari 1605. Laporan pelayaran ini diterbitkan
pada tahun 1664 dengan judul yang sangat panjang, yakni ‘Journael van de
voyagie, gedaen met twaelf scheepen naar Oost-Indien, onder 't beleydt van den
heer Steven van der Hagen, waer in verhaelt wordt het veroveren der
Portugeesche forten op Amboyna en Tydoor. Mitsgaders de reyse van 't schip
Delft, (mede onder des vloot behoorende) van Bantam naer de kuste van
Choromandel en andere plaetsen’. Buku ini merupakan log pelayaran hari demi
hari sejak berangkat dari Amsterdam tanggal 18 Desember 1603. Pelayaran ini
tidak mampir ke Banten, tetapi setelah dari Atjeh dan Malaka, langsung ke Bali
dan Bima lalu ke Amboina,
Tentu
saja saat itu pelayaran dilakukan berbulan-bulan atau tahunan untuk
pergi-pulang. Tidak ada alat komunikasi jarak, komunikasi jarak jauh hanya bisa
dilakukan dengan surat melalui pelayaran laut. Sementara kapal-kapal yang
dipimpin oleh Admiral Steven van der Hagen masih di Hindia, pada 20 April 1606
sebanyak lima kapal berangkat dari Belanda menuju Hindia (lihat Journael ofte
een Oost-Indische-reys-beschrijvinghe, ghedaen door Cornelis Claesz van
Purmerend yang diterbitkan tahun 1651). Salah satu kapal yang dipimpin oleh Admiral
Paulus van Kaerden diberi nama ‘Bantam’.
Cornelis Claesz, penerbit dan penjual buku lahir
di Leuven (Belgia) dan memiliki toko buku di Damrak. Cornelis Claesz menetap di
Amsterdam sejak. Dalam periode ini Amsterdam tumbuh menjadi pusat informasi
Eropa. Toko buku Cornelis Claesz di Damrak mudah dijangkau dari para pedagang
dan pelaut dan dia terus memberi tahu mereka tentang berita dan penemuan
terbaru serta menjual jurnal perjalanan yang spektakuler, seperti catatan
Willem Barentsz tentang perjalanannya ke Nova Zembla. Peta bahari dan angkasa
yang dia terbitkan bahkan lebih penting dan membantu nakhoda memulai pelayaran
mereka dengan informasi yang mereka butuhkan. Cornelis Claesz juga menjual
ilustrasi dari seniman terkenal. Cornelis Claesz meninggal pada tahun 1609.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Kapal Bantam dan Amiral Paulus
van Kaerden
Tunggu deskripsi lengkapny
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar