Kamis, 07 Januari 2021

Sejarah Banten (3): Kesultanan Banten Berbahasa Melayu; Lingua Franca, Antara Madagaskar - Ternate dan Luzon - Maori

 

*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini

Bahasa apa yang digunakan di Kesultanan Banten, jelas bukan bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Di (kerajaan) Demak digunakan bahasa Melayu, demikian juga di Kesulatan Banten. Mengapa? Bukan karena bahasa yang digunakan di Malaka dan Atjeh adalah bahasa Melayu. Namun karena hanya satu alasan, bahwa lingua franca saat itu sudah sejak lama digunakan bahasa Melayu sebagai bahasa dalam navigasi pelayaran.

Pada era Portugis, di kota pelabuhan (kesultanan) Banten sudah sangat banyak orang Cina berdiam maupun orang Bengalen dan Guzarat. Mendes Pinto pada tahun 1547 yang dapat dibaca di dalam bukunya, mereka yang beraga bangsa ke Cina, Zunda, Demak dan Banten mengindikasikan bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu. Mendes Pinto kali pertama ke Malaka pada tahun 1539. Mendes Pinto yang pernah berkunjung ke Kerajaan Aru di daerah aliran sungai Baroemoen (kini Padang Lawa, Tapanuli) menyebut kerajaan ini memiliki 15.000 tentara, selain orang Batak, sebanyak tujuh ribu orang didatangkan dari Indragiri, Djambi, Borneo (Kelimantan) dan Luzon (Filipina). Pasukan kerajaan Aru ini diperkuat oleh orang-orang Moor (beragama Islam dari Afrika Utara). Pada pelayaran Belanda yang pertama yang dipimpin Cornelis de Houtman (1595-1597) selama enam bulan berdiam di Madagaskan yang mana Frederik de Houtman berkesepatan belajar dan menyusun kamus bahasa Melayu sebelum melanjutkan pelayaran ke Hindia Timur (dan berlabuh di Banten). Bagaimana bahasa Melayu sampai di Madagaskar diduga sudah sejak lama komunitas orang Hindia Timur (berbahasa Melayu) yang dibawa orang-orang Portugis.

Bahasa Melayu sebagai lingua franca, posisi geografis kota pelabuhan (kesultanan) Banten yang berada di pantai (terbuka) menjadi faktor penting mengapa bahasa Melayu yang digunakan di Banten. Tentu saja setiap komunitas di kota pelabuhan Banten menggunakan bahasanya sendiri dalam interaksi sesama. Namun sebagai bahasa internasional (lingua franca) adalah bahaa Melayu. Dalam hal ini bahasa Melayu (lingua franca) adalah satu hal. Bagaimana terbentuknya bahasa Banten, bahasa Betawi dan bahasa Cirebon hal lain lagi. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan, Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Bahasa Melayu di Kesultanan Banten: Lingua Franca Antara Madagaskar-Ternate dan Luzon-Maori

Tunggu deskripsi lengkapnya

Terbentuknya Bahasa Banten: Sunda dan Jawa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar