*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disini
Apa
pentingnya sejarah Australia dalam Sejarah Indonesia? Kajian ini nyaris tidak
pernah dilakukan. Hanya mengkaji sejarah Indonesia adalah sejarah Indonesia dan
sejarah Ausralia adalah sejarah
Australia. Tidak pernah dilihat relasinya. Akibatnya sejarah masing-masing
tidak diperkaya satu sama lain. Padahal sejarah, narasi fakta dan data masa lalu,
adalah ruang sejarah yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dalam hal ini,
penulisan narasi Sejarah Australia dalam blog ini dimaksudkan untuk lebih
memahami sejarah Indonesia. Memang pendekatan ini tidak lazim dalam analisis
sejarah, tetapi untuk menulis Sejarah Menjadi Indonesia, pendekatan itu
diperlukan.
Dalam serial artikel sejarah Indonesia, dalam
blog ini, sebelumnya sudah ditulis Sejarah Singapura, yang dimaksudkan untuk
memahami sejarah Indonesia dari sisi luar (negara Indonesia) seperti fakta dan
sejarah di Semenanjung dan Strait Settlement, Laut Cina-Indo Cina, serta Borneo
Utara dan Filipina di dalam satu trit yang diberi label Sejarah Singapura.
Dalam hubungan ini, kini giliran Sejarah Australia (yang juga meliputi
Tasmania, Selandia Baru dan Pasifik Selatan). Sebelum memasuki Sejarah
Australia, sebelumnya sudah mengupload sebagian artikel Sejarah Papua, sebagai
bagian akhir rangkaian Sejarah Menjadi Indonesia. Dengan selesainya serial
Artikel Sejarah Papua, maka sejak awal sudah diupload serial artikel Sejarah
Menjadi Indonesia yang dibagi ke dalam klaster: Sejarah Depok Sejarah Jakarta,
Sejarah Bogor, Sejarah Bekasi, Sejarah Tangerang, Sejarah Sukabumi, Sejarah
Bandung, Sejarah Semarang, Sejarah Surabaya, Sejarah Jogjakarta, Sejarah Bali,
Sejarah Lombok, Sejarah Makassar, Sejarah Abon, Sejarah Manado, Sejarah
Kalimantan (Selatan, Barat, Timur dan Tengah), Sejarah Riau, Sejarah Aceh,
Sejarah Medan, Sejarah Sibolga, Sejarah Padang Sidempuan, Sejarah Pasaman,
Sejarah Padang, Sejarah Palembang, Sejarah Banten, Sejarah Timor, Sejarah
Ternate dan diakhiri Sejarah Papua. Bagi Pembaca yang saya hormati, tidak semua
isi artikel diupload, demikian juga tidak semua artikel diupload pada
masing-masing serial artiekel, karena suatu waktu akan dikompilasi dan
dijadikan satu atau dua buku per serial artikel.
Lantas
bagaimana sejarah Australia dan sekitar? Seperti disebut di atas, penulisan narasi sejarah
Australia dan sekitar dimaksudkan untuk memperkaya narasi Sejarah Menjadi
Indonesia. Sebab banyak aspek yang terkait sejarah Australia dan Sejarah
Indonesia. Dalam hal ini penyelidikannya dilakukan berdasarkan aspek, satu
aspek satu artikel di dalam serial Sejarah Australian. Mari kita mulai dari artikel pertama tentang Sejarah
Asal-Usul Australia dengan nama Nova Hollandia. Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Nama Australia: Nama Awal Nova
Hollandia
Sebelum
Australia dikenal luas, sudah eksis nama Hindia Timur, nama yang merujuk pada
nama India (di sebelah timur India). Tentu saja belum wujud seperti
negara-negara dalam pengertian masa kini. Akan tetapi, seperti halnya di
wilayah Belanda dan di wilayah Inggris di Eropa, masih dalam wilayah-wilayah
yang terpisah satu sama lain, apakah sebagai kerajaan-kerajan atau sebagai
wilayah-wilayah yang bersifat komunal (etnik-etnik). Fraksi-fraksi yang ada itu
kemudian terbentuk kesatuan wilayah dan persatuan penduduk yang kini kita kenal
negara India, Indonesia dan Australia. Lantas bagaimana awalnya Australia.
Sejarahnya bermula ketika pelaut-pelaut Belanda menemukan jalan ke Australia
(benua baru ditemukan).
Orang Eropa dapat dikatakan adalah penduduk bumi
yang terakhir menemukan jalan ke Australia. Itu bermula ketika pelaut-pelaut
Belanda dalam pelayaran pertama dari Belanda tahun 1595 yang dipimpin Cornelis
de Houtman tiba di Banten (Hindia Timur). Dari Banten ingin ke Maluku tetapi
tertunda hanya sampai batas (pulau) Lombok dan singgh di (pantai timur) Bali
bulan Februari 1597. Dua pedagang pertama ditinggalkan di Bali sebelum kembali
ke Belanda, dengan menyusuri pantai utara Bali, selat Beli dan pantai selatan
Jawa terus ke Afrika Selatan menembus Lautan Hindia (l;agi). Pelaut-pelaut
Belanda tidak bisa melihat pantai utara Australia dari pantai selatan Lombok
mapun pantai selatan Jawa. Segera setelah Cornelis de Houtman tiba di Belanda,
pelayaran kedua Belanda berangkat ke Hindia Timur di bawah pimpinan Oliver
Noort, sempat terusir di pantai utara Borneo oleg Portugis, tetapi,lagi-lagi
belum mencapai Maluku, lewat Sulawesi ke Bali menjemput dua pedagang dan
kembali ke Belanda melalui rute Cornelis de Houtman. Pada tahun 1599 Cornelis
de Houtman kembali berlayar ke Hindi Timur, tetapi celakanya terjadi
perselisihan di Aceh, akibatnya Cornelis de Houtman terbunuh tahun 1600 dan
adiknya Frederik de Houtman ditahan di Aceh (baru dibebaskan tahun 1602 dan
tiba di Belanda 1603). Sedangkan sisa pelaut Belanda melanjutkan pelayaran
hingga mampu mencapai Maluku. Tiga pedagang Belanda ditinggalkan masing-masing
satu orang di Amboina, Ternate dan Banda. Demikian seterusnya pelayaran Belanda
ke Hindia Timur semakin intens, semakin banyak dan semakin sering. Satu
pelayaran penting Belanda adalah pelayaran yang dipimpin oleh seorang admiral, Streven
van der Hagen (1603-1605). Dalam pelayaran ini turut Frederik de Houtman (ahli
bahasa Melayu, menyelesaikan kamusnya selama ditahan di Aceh). Setelah singgah
di Bali, admiral van der Hagen bergerak ke Maluku, namun di tengah perjalanan
di Timor terganggu oleh pelaut-pelaut Portugis. Namun, setelah tiba di Amboina
(1605), Admiral van der Hagen menyerang benteng Portugis dan mendudukinya.
Benteng ini kemudian disebut Fort Victoria dan Frederik de Houtman menjadi
Gubernur Belanda di Maluku. Inilah awal kekuatan Belanda dimulai di Hindia
Timur (sudah punya benteng dan sudah ada pejabatnya). Sejak ini, pelayaran
Belanda ke Hindia Timur, khususnya Amboina semakin intens lagi.
Pada
tahun 1605, pelaut-pelaut Belanda dari berbagai pelayaran sudah mengunjungi
berbagai pelabuhan penting di seluruh Hindia Timur (baca: wilayah Indonesia
masa kini). Dengan berpusat di Amboina, beberapa pedagang Belanda sudah ditempatkan
di berbagai kota pelabuhan termasuk di Banten dan Aceh. Dari Amboina upaya
eksplorasi wilayah yang belum dikenal (belum ada dalam peta-peta Eropa) dimulai.
Tentu saja itu tidak sulit, jika hanya sebatas Pasifik di sekitar Papua Nugini
dan Australia (karena pelaut-pelaut Belanda dari Belanda ke Hindia Timur yang
begitu jauh, berbulan-bulan dalam pelayaran, akan menganggap pelayaran di
sekitar wilayah di Amboina hanyalah ibarat rute angkot). Pelaut-pelaut Belanda
dengan cepat menemukan jalan ke pantai utara (Australia).
Pelaut-pelaut Belanda dalam setiap pelayaran
tentu saja tidak dengan tangan kosong. Tentu saja berbekal dan berdasarkan
peta-peta yang sudah ada dan keterangan-keterangan yang sudah dibawa dari Eropa
dan yang dikumpulkan selama pelayaran baik di kota-kota pelabuhan maupun hasil
eksplorasi sendiri. Pelaut-pelaut Belanda sendiri sejak Cornelis de Houtman
mengikuti rute dan menggunakan peta-peta (buatan) Portugis. Oleh karena itu dua
bangsa pelaut ini mengikuti rute yang sama dan tujuan yang sama (pusat
perdagangan di Hindia Timur). Pelaut-pelaut Portugis sudah satu abad lebih awal
dari pelaut-pelaut Belanda. Pelaut-Pelaut Portugis mencaopai Hindia Timur tahun
1511 dengan menyerang dan menduduki kota Malaka dan pada tahun yang sama tiga kapal
Portugis sudah mencapai Maluku (via Laut Jawa, pantai utara Jawa, pantai utara
Kepulauan Soenda, Banda, Ceram dan Maluku (wilayah Maluku Utara sekarang).
Tentu saja pelaut-pelaut Portugis bisa mencapai Hindia Timur mengikuti
pedagang-pedagang Moor yang juga sebagai pelaut sangat tangguh. Orang-orang
Moor (yang juga sudah mencapai Maluku dari Malaka) sudah berabad-abad eksis di
Hindia Timur sebelum kehadiran pedagang-pedagang Portugis di India (Surate, Guzarat,
Goa) sebelum mencapai Malaka. Orang Moor adalah pelaut-pedagang beragama Islan
berasal dari Afrika Utara-Laut Mediterania (Mauritania, Tunisia, Maroko), Orang-orang
Moor yang menyiarkan agama Islam di Maluku sebelum kehadiran pelaut-pelaut Portugis.
Orang-orang Moor (tetangga Portugis) dapat dikatakan adalah pendahulu
(predecessor) pelaut-pelaut Portugis di India dan Hindia Timur (bahkan orang
Moor sudah mencapai pantai timur Tiongkok). Tentu saja pendahulu orang-orang
Moor adalah pedagang-pedagang Islam dari Arab, Mesir dan Persia yang sudah
sejak lama berdagang ke India (Surate, Guzarat dan Goa) dan telah mencapai
Hindia Timur (di pantai barat Sumatra). Pedagang-pedagang Islam mengikuti rute
pedagang-pedagang India (yang tentu saja sudah dirintis sejak era
Hindoe-Boedha). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Orang-orang Eropa ke Hindia Timur adalah kloter terakhir (orangorang Tiongkok
ke Hindia Timur sejaman dengan kehadiran orang-orang Islam).
Pada
tahun 1850an di Belanda, Kementerian Koloni mulai mengumpulkan arsip-arsipa
lama sejak era VOC yang berserakan di mana-mana dan akan disatukan di dalam
satu departmen tunggal (Departemen Arsip). Fungsi badan ini akan mencari,
mengumpulkan dan menyimpan serta mempublikasikan hasil-hasil analisis yang dilakukan.
Arsip-arsip yang sudah terbilang kuno, termasuk peta-peta bahkan sudah banyak
yang jatuh ke tangan perorangan maupun yang dapat dibeli dari pasar loak, Dan
juga sudah banyak yang tersebar di berbagai perpustakaan dan museum asing
diluar negeri (di luar Hindia Belanda dan di luar Belanda).
Pada peta yang disalin pada tahun 1860,
tentang peta penemuan benua Australia (Nova Hollandia) dalam satu peta gabungan
(Peta 1665) yang juga termasuk di dalamnya peta pelayaranAbel Tasman yang
pertama (1642) dan yang kedua (1644). Di dalam peta gabungan (edisi 1860) ini
berbagai sudut benua Australia ditandai tahun-tahun penemuannya sebagai
berikut: pada bagian barat benua yang
ditandai sebagai Lande van de Eendracht dikunjungi tahun 1610; Edels lant
bijscijlt dikunjungi pedagangVOC pada tahun 1619; land van de Leuwin (sekitar
kota Pert yang sekarang) dikunjungi pedagangVOC dengan kapal Angedean pada
tahun 1622; landt van P Nuyts dikunjungi pedagangVOC dengan kapal Zeepert pada
tanggal 26 Februari 1627 GF de Wiite Lant (dekat Willems rivier) dikunjungi
pedagangVOC pada tahun 1628. Dari keterangan ini diketahui dengan pelayaran
Abel Tasman pada tahun 1642 dari selatan (pulau Tasman yang sekarang) dan
pelayaran yang kedua pada tahun 1644 dari pantai utara teluk Carpenteria,
mengindikasikan bahwa seluruh sisi benua Australia (Nova Hollandia) sudah
dikunjungi oleh orang-orang Belanda. Oleh karena itu, sejak peta Abel Tasman
(1642) benua Australia yang sekarang sudah diidentifikasi sebagai Nova Hollandia
(Belanda Baru) dan dipertegas pada Peta 1860 dengan nama Nieuw Nederland sebagai
pengganti dari nama lama. Nama Nieuw Nederland sebelumnya sudah digunakan pada
Peta 1630 (peta pantai timur Amerika). Dalam Peta 1630 di timur laut Nieuw
Nederland adalah New England dan di sebelah barat daya Virginia dan di sebelah
utara Nova Franciae Pars.
Tunggu deskripsi lengkapnyaDalam
Peta 1860 ini hanya diidentifikasi nama-nama pelaut Belanda. Mengapa begitu,
tidak begitu jelas. Apakah Peta 1660 ini hanya semata-mata membatasi penemuan
Belanda saja atau orang-orang Belanda tidak mengetahui penemuan pelaut Spanyol Ferdinand
de Quir yang bekerja untuk Portugis pada tahun 1606 (Terre du Sr Esprit di pantai
timur laut).Ataukah orang-orang Belanda sengaja menyembunyikan pengetahuan itu
untuk menunjukkan hegemoni Belanda di benua baru tersebut? Sebagaimana diketahui pada tahun 1605 (setahun
sebelum penemuan itu) pelaut-pelaut Belanda menaklukkan Portugis di Amboina
(yang menjadi awal Belanda memiliki benteng).
Pada Peta benua Australia 1753 buatan Prancis,
keterangan yang didentifikasi pada peta semakin banyak, semakin lengkap. Tidak
hanya bagian benua yang ditemukan pada tahun 1610 (seperti yang disebut di
atas) juga penemuan Abel Tasman pada tahun 1642 dan 1644. Dalam Peta 1753 ini
juga diidentifikasi penemuan pelaut Spanyol Ferdinand de Quir yang bekerja
untuk Portugis pada tahun 1606 (Terre du Sr Esprit). Dalam peta ini penemuan Lande van de Eendracht pada tahun 1610 dicatatat sebagai tahun 1616. Itu berarti
bahwa penemuan baru benua ini oleh orang-orang Belanda baru terjadi pada tahun
1616 (bukan 1610). Namun anehnya nama benua di bagian tengah daratan diidentifikasi
Nouvelle Hollande (Nova Hollandia) tetapi judul peta ditulis sebagai Carte
Reduite des Terres Australes.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Orang-Orang Inggris di Benua
Baru: Australia
Kapan
nama Nova Hollandia diganti menjadi Australia tidak begitu jelas. Penamaan
benua baru itu dengan Australia masih bersaing dengan nama yang diberikan oleh
para pelaut dan pembuat peta Belanda. Namun sehubungan dengan perkembangan
jaman sejak James Cook mencapai Australia, nama Australia semakin populer
lebih-lebih pemerintah Inggris sejak 1778 telah menetapkan Australia sebagai
koloni baru Inggris.
Nama Australia sendiri sudah sejak lama
muncul, bahkan jauh sebelum pelaut-pelaut Belanda datang ke Hindia Timur (1597). Nama Australia sudah
eksis sejak era Portugis yang dicatat di dalam peta sebagai Terres Australes
(The Shoutern Lands). Namun dalam peta-peta era Portugis tersebut, Terres
Australes itu ditandai pada suatu daratan di selatan, yang tidak spesifik untuk
mengindikasikan benua baru yang disebut Australia, tetapi suatu daratan luas di
selatan yang justru lebih tepat untuk menunjukkan benua Antarktika. Pada peta
era Portugis ini bentuk benua Australia belum jelas (diasumsikan masih satu
kesatuan dalam peta dengan benua Antarktika).
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar