Rabu, 18 Agustus 2021

Sejarah Makassar (29): Seasea, Loinang dan Balantak di Banggai, Sulawesi Tengah; Beda Bahasa dan Tradisi Pemujaan Leluhur

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini 

Wilayah Banggai tempo doeloe terdiri dari daratan (pulau Sulawesi) dan kepulauaan yang dapat dikatakan dua sisi: sisi pulau Sulawesi dan sisi kepulauan Maluku. Wilayah dengan penutur bahasa yang unik ini kini terbagi ke dalam tiga kabupaten: Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai Laut. Tiga bahasa utama adalah bahasa Seasea, bahasa Loinang dan bahasa Balantak. Pada masa lalu di wilayah ini eksis Kerajaan Banggai.

Kerajaan Banggai awalnya hanya meliputi wilayah Banggai kepulauan namun dalam perkembangannya meliputi wilayah Banggai daratan. Kerajaan Banggai merupakan kerajaan yang berbentuk kesultanan pertama di wilayah Sulawesi Tengah. Kerajaan Banggai terkait dengan Kerajaan Ternate. Kerajaan Banggai adalah suatu federasi (bukan bersifat monarki) yang terdiri dari Babolau, Singgolok, Kookini, dan Katapean.

Lantas bagaimana sejarah Banggai di semenanjung timur pulau Sulawesi? Seperti disebut di atas terdapat tiga bahasa utama yakni bahasa Seasea, bahasa Loinang dan bahasa Balantak yang mana tempo doeloe eksis Kerajaan Banggai. Lalu apa keutamaan wilayah semenanjung timur pulau Sulawesi ini tempo doeloe? Mereka memiliki bahasa berbeda dan memiliki tradisi pemujaan leluhur. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

 

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Banggai Zaman Kuno: Bahasa Seasea, Loinang dan Balantak

Tunggu deskripsi lengkapnya

Banggai Zaman Baru: Pemujaan Leluhur dan Kerajaan Banggai

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar