Jumat, 10 September 2021

Sejarah Makassar (73): Rumbia di Ujung Daratan Semenanjung Tenggara Sulawesi; Kota Tempo Dulu, Kini Ibu Kota Bombana

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini 

Rumbia, bukan nama baru tetapi nama yang sudah tua. Nama Rumbi juga ada di wilayah lain. Nama kampong Rumbia di semenanjung tenggara Sulawesi tempo doeloe adalah pelabuhan terpenting yang berada di ujung daratan. Rumbia menjadi ‘hub’ antara pelabuhan Buton dengan pelabuhan di Kolaka (teluk Mekongga). Posisi GPS Rumbia yang strategis tidak hanya hub perdagangan utama, pelabuhan Rumbia juga terhubung dengan pulau Kabaena, pulau Muna dan pulau Wawoni. Rumbia pada era Hindia Belanda dapat dikatakan kota kedua terpenting di wilayah selatan semenanjung tenggara pulau Sulawesi.

Pada dasarnya nama Buton sudah dikenal sejak zaman kuno. Paling tidak sudah diidentifikasi pada teks Negarakertagama (1365). Kapan Kerajaan Buton terbentuk tidak diketahui secara pasti. Namun secara historis Kerajaan Buton merupakan suatu federasi kerajaan yang beribukota di Buton (kini Kota Baubau). Penduduk terbentuknya (federasi) kerajaan ini adalah Buton, Muna, Kabaena, Wawoni plus dua kerajaan di daratan (Polejang dan Roembia). Penduduk Roembia dan Polejang adalah penduduk berbahasa Maronene (yang berbeda dengan bahasa Tolaki, Muna dan Buton serta Wowoni). Penduduk berbahasa Maronene kini telah disatukan dengan pembentukan kabupaten Bombana (pulau Kabaena, Rumbia dan Poleang)

Lantas bagaimana sejarah kota Rumbia? Seperti disebut di atas Rumbia kini menjadi ibu kota kabupaten Bombana, provinsi Sulawesi Tenggara. Tentu saja sejarah Rumbia menjadi penting. Namun bagaimana sejarah Rumbia kurang terinformasikan. Lalu darimana dimulai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Rumbia:  Ujung Selatan Semenanjung Tenggara Sulawesi

Nama Roembia, paling tidak diberitakan pada tahun 1906 (lihat Algemeen Handelsblad, 15-04-1906). Ini sehubungan dengan Kerajaan Boeton yang sebelumnya independen melakukan tanda tangan kontrak deng Pemerintah Hindia Belanda yang kemudian dimasukkan di wilayah provinsi Celebes en Onderh. Disebutkan bahwa di masa lampau bahwa Kerajaan Boeton dibentuk federasi yang terdiri dari Boeton, Moena, Kabaena, Wawoni, Roembia dan Polejang.

Pada tahun 1909 dilakukan ekspedisi ilmiah (geologi, flora dan fauna serta geografi) yang dipimpin oleh Dr. Elbert yang juga mengunjungi Roembia (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 28-10-1909). Dengan kapal zg Soenda di bawah pimpina Dr Elber tiba di Raha di selat Boeton dimana ibu kota Baoe Baoe Afdeeeling Boeton, pulau-pulau sekitar lalu lanskap Roembia dan Polejang di semenanjung tenggara Sulawesi dan seterusnya ke Kolaka. Dr Elbert juga ditemani oleh sang istri Ny. Elbert b. Von Grambusch.

Dr. J. Elbert haruslah dicatat sebagai orang Eropa/Belanda yang pernah mengunjungi wilayah semenanjung tenggara Sulawesi yang paling selatan ini (Roembi dan Polejang). Tim Dr. J Elbert memulai memasuki lanskap Roembia di Doallo (kini Daole). Tim ekspedisi ini memasuki pedalaman hingga separuh jalan ke arah Kolaka. Batas ini tampaknya batas utara wilayah kabupaten Bombana yang sekarang. Kisah lengkap kunjungan Oktober 1909 dapat dibaca pada De locomotief, 13-04-1910.

Sarasin bersaudara yang melakukan ekspedisi ilmiah 15 tahun sebelumnya, melewati wilayah Roembia dan Polejang, karena Sarasin en Sarasin dari Kolaka (teluk Mekongga) di pantai barat langsung ke pantai timur di Lawoei di teluk Kendari. Sementara itu laporan tentang wilayah pedalaman dipublikasikan oleh Treffer (hanya terbatas di Konawe sebelah utara teluk Kendari).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Rumbia: Kampong Tua, Pelabuhan hingga Ibu Kota Kabupaten

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar