*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Mohamad Yamin, salah satu pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional. Mohamad Yamin termasuk salah satu tokoh sejarah Indonesia yang paling lengkap. Sebagai tokoh muda hingga tokoh senior. Dalam masa pergerakan kemerdekaan Indonesia selain menyelesaikan studi, juga tokoh yang aktif sejak muda dalam hal organisasi dan kegiatan politik. Dalam bidang keilmuan sebagai ahli hukum juga peminat sejarah dan budaya. Mohamad Yamin pernah menjadi anggota Volksraad dan menteri pada era Presiden Soekarno.
Lantas bagaimana sejarah Mohamad Yamin? Seperti disebut di atas, Mohamad Yamin terbilang dalam sejarah Indonesia sebagai tokoh yang lengkap. Oleh karena itu tentu saja sejarah Mohamad Yamin sudah ada yang menulis. Namun tentu saja sejarah Mohamad Yamin bergelimang data dan bisa jadi banyak data yang belum dimasukkan dalam narasi sejarah Mohamad Yamin. Lalu bagaimana sejarah Mohamad Yamin? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan Nasional Mohamad Yamin: Studi dan Organisasi
Mohammad Yamin lahir di Sawahloento 24 Agustus 1903.Setelah menyelesaikan sekolah dasar berbahasa Belanda HIS (lulus 1918), Mohamad Yamin melanjutkan studi ke sekolah kedokteran hewan (Veartsen School) di Buitenzorg. Pada tahun 1923 lulus ujian transisi naik dari kelas satu ke kelas dua (lihat De Preanger-bode, 24-05-1923). Teman satu kelasnya antara lain Anwar Nasoetion,
Sekolah kedokteran hewan Veartsen School di Buitenzorg dibuka tahun 1907. Salah satu siswa angkatan pertama yang diterima adalah Sorip Tagor. Sorip Tagor lulus tahun 1912 dan diangkat sebagai asisten dosen. Pada tahun 1913 Sorip Tagor melanjutkan studi kedokteran hewan ke Belanda. Di Belanda pada bulan Januri 1917 Sorip Tagor dkk mendirikan organisasi kebangsaan Sumatranen Bond dimana Sorip Tagor sebagai ketua, Dahlan Abdoellah sebagai wakil dan Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia sebagai sekretaris. Pada bulan Desember 1917 di Batavia didirikan Jong Sumatranen Bond dimana sebagai ketua T Masjoer dan wakil Abdopel Moenir Nasoetion dan sekretaris Mohamad Amir, Pada 1920 Sorip Tagor lulus dokter hewan di Utrecht. Dr Sorip Tagor Harahap adalah dokter hewan pertama pribumi (yang kedua adalah Dr JA Kaligis tahun 1922). Sorip Tagor kelak dikenal sebagai ompung/kakek dari Risty/Inez Tagor. Sementara teman sekolah Mohamad Yamin, Anwar Nasoetion lulus HIS Kotanopan (direkturnya Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia). Anwar Nasoetion kelak dikenal sebagai ayah dari Prof Andi Hakim Nasoetion (rektor IPB 1978-1987).
Mohamad Yamin tidak meneruskan studinya di Veeartsen School. Mohamad Yamin pindah sekolah, masuk di AMS Jogjakarta. Pada tahun 1926 Mohamad Jamin menjadi ketua Jong Sumatranen Bond. Mohamad Jamin lulus AMS Jogjakarta tahun 1927. Pada tahun 1927 ini Mohamad Yamin melanjutkan studi ke fakultas/perguruan tinggi Rechthoogeschool di Batavia. Yang juga diterima di sekolah ini bersamaan dengan Mohamad Yamin adalah Amir Sjarifoeddin Harahap (lulusan sekolah menengah di Belanda).
Sejarah persatuan pemuda bermula pada tahun 1925. Parada Harahap, pemimpin surat kabar Bintang Hindia ikut berpartisipasi dalam pembentukan organisasi Hindia di Batavia yang juga mencakup orang-orang Indo, Cina dan pribumi. Pada tahun ini Parada Harahap mengajak dua jurnalis di Bandoeng merapat ke Batavia dimana WR Soepratman menjadi redaktur kantor berita pribumi Alpena yang didirikan oleh Parada Harahap. Sedangkan yang masih belia Mohamad Thabrani direkomendasikan Parada Harahap menjadi redaktur di surat kabar Hindia Baroe. Pada bulan Oktober 1925 Parada Harahap menggagas organisasi jurnalis dimana ketua adalah Mohamad Thabrani (Hindia Baroe) dan sekretaris WR Soepratman (Alpena). Sementara Parada Harahap jurnalis senior duduk sebagai ketua komisaris. Saat itu Parada Harahap juga adalah sekretaris Sumatranen Bond. Lalu kembali membimbing para pemuda di lingkarannya untuk mengadakan kongres pemuda dimana sebagai ketua panitia kongres adalah Mohamad Thabrani yang didukung oleh Bahder Djohan (Jong Sumatranen Bond). Kongres Pemuda pertama yang diselenggarakan April 1926 dadakan di gedung Bintang Timoer tidak jauh dari kantor Bintang Hindia dan Alpena. Mohamad Thabrani bukan mahasiswa tetapi jurnalis. Sedangkan anggota panitian lainnya semuanya mahasiswa (STOVIA dan RHS) termasuk Bahder Djohan dan Diapari Siregar (ketua dan sekretaris Jong Sumatranen Bond). Beberapa bulan kemudian Parada Harahap mendirikan surat kabar baru yang lebih radikal di bawah NV Bintang Hindia yang diberi nama Bintang Timoer (sessuai nama gedung dimana kongres pemuda diadakan). Pada bulan September 1927 Parada Harahap menggagas pembentukan federasi organisasi kebangsaan dengan mengundang semua pimpinan organisasi kebangsaan di rumah Prof Husein Djajadiningrat (dekan RHS). Dalam pertemuan ini berhasil dibentuk federasi dengan nama Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia (PPPKI) dimana ketua ditunjuk MH Thamrin (Kaoem Betawi) dan Parada Harahap sendiri dari Sumatranen Bond sebagai sekretaris. Dalam pertamuan itu turut hadir Pasoendan, Boedi Oetomo cabang Batavia, Jong Islamieten Bonda, Studieclub Soerabaja yang diwakili ketuanya Dr Soetomo dan Perhimpoenan Nasional Indonesia (PNI) Bandoeng yang diwakili oleh ketuanya Ir Soekarno. Program pertama pengurus adalah membangun gedung dan menyiapkan Kongres PPPKI bulan September 1928. Surat kabar Bintang Timoer menjadi organ PPPKI. Menjelang Kongres PPPKI dibentuk panitia yang akan diintegrasikan dengan mengadakan kembali Kongres Pemuda yang akan diadakan bulan Oktober 1928. Panitian Kongres PPPKI ditunjuk Dr Soetomo (studieclub Soerabaja) dan sekretaris Ir M Anwari (PNI Bandoeng). Untuk panitia Koengres Pemuda kerangkanya adalah Soegondo (Jong Java), Mohamad Jamin (Jong Sumatranen Bond) dan Amir Sjarifoeddin Harahap (Jong Bataksche Bond). Tampaknya Soegondo rekomendasi Dr Soetomo sedangkan Mohamad Jamin dan Amir Sjarifoeddin Harahap rekomendasi Parada Harahap. Untuk menyukseskan dua kongres lalu Parada Harahap menerbitkan surat kabar Bintang Timoer edisi Semarang (Midden Java) dan edisi Soerabaja (Oost Java). Gedung yang berhasil dibangun itu disebut Gedung PPPKI atau Gedung Nasional atau Gedung Kebangsaan atau Gedung Permoefakatan). Lahannya dari MH Thamrin dan pembangunannya dari perhimpoenan para pengusaha pribumi (semacam KADIN pada masa ini) di Batavia yang diketuai oleh Parada Harahap.
Seperti halnya organisasi kebangsaan telah membentuk federasi pada bulan September 1927 yang disebut PPPKI, pada bulan Juli 1928 para pimpinan organisasi pemuda/pelajar berkumpul dan lalu dibentuk federasi yang disebut Persatoean Pemoeda-Peladjat Indonesia (disingkat PPPI). Diputuskan akan diadakan kongres pemuda (yang kedua) yang akan diadakan pada bulan Oktober 1928. Dalam pertemuan ini ditetapkan panitia Kongres Pemuda yang terdiri dari Soegondo sebagai ketua (ketua Jong Java cabang Batavia); Mohamad Jamin sebagai sekretaris (ketua Jong Sumatranen Bond) dan Amir Sjariefoeddin Harahap sebagai bendahara (ketua Jong Bataksch). Ketiganya sama-sama mahasiswa Rechthoogeschool. Seperti disebut di atas sekretaris Sumatranen Bond (senior) adalah Parada Harahap.
Hasil Kongres PPPKI adalah mengubah nama menjadi Permoefakatan Partai-Partai Kebangsaan Indonesia (tetap disingkat PPPKI) dan kongres berikut diadakan di Solo. Sementara hasil Kongres Pemuda adalah suatu keputusan yang menyatakan: satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa: Indonesia dan lagu Indonesia Raja yang diperdengarkan (karya WR Soepratman).
Setelah Kongres Pemuda semua organisasi kepemudaan berdasarkan kedaerahan diarahkan untuk membubarkan diri dan bergabung dengan Indonesia Moeda. Ketua penguru pusat Indonesia Moeda adalah Mohamad Jamin. Sementara majalah sebagai organ PPPI/Indonesia Moeda yang diberi nama Indonesia Raya dengan pemimpin redakasi adalah Amir Sjarifoeddin Harahap (1928-1930).
Pada tahun 1929 Djamaloeddin pulang studi jurnalistik dari Eropa (anggota panitia Kongres Pemuda 1926). Sementara Mohamad Thabrani (ketua Kongres Pemuda 1926) baru berangkat studi jurnalistik ke Eropa pada tahun 1927. Djamaloeddin alias Adinegoro bekerja sebagai redaktur surat kabar Bintang Timoer (pimpinan Parada Harahap). Sebelumnya Sjamsoeddin Soetan Ma’moer telah menjadi redaktur Bintang Timoer (sebelumnya redaktur Pewarta Deli). Namun pada pertengahan 1930 Djamaloeddin diminta pimpinan Pewarta Deli di Medan dan Bintang Timoer melepaskannya. Djamaloeddin adalah adik dari Mohamad Jamin. Pada bulan Mei 1930 di Padang diadakan pertemuan umum (lihat Sumatra-bode, 19-05-1930). Dalam pembukaan pertemuan ini dinyanyikan lagu Indonesia Raja. Tujuan pertemuan ini adalah dalam rangka konsolidasi para pemuda Indonesia yang mana dalam pertemuan ini disebutkan pembubaran Jong Sumatranen Bond dan kemudian dibentuk Indonesia Moeda cabang Padang. Dalam pertemuan ini turut hadir Mohamad Jamin (pengurus pusat Indonesia Moeda) dan AK Gani (pengurus Indonesia Moeda cabang Batavia). Pada tahun 1930 ini Ir Soekarno dkk (PNI) ditangkap tidak lama setelah Kongres PPPKI di Solo tahun 1929.
Sementara Ir Soekarno dkk di penjara, Mr Sartono membubarkan Partai PNI. Lalu dalam perkembangannya pada bulan April 1931 para eks partai PNI terbagi dua yang masing-masing membentuk partai baru yakni Partai Indonesia (Partindo) dan Partai Pendidikan Nasional Indonesia (Partai PNI). Ketua Partindo cabang Batavia adalah Amir Sjarifoeddin Harahap dan ketua Partindo cabang Soerabaja adalah Mohamad Jamin. Sepulang studi Mohamad Hatta bergabung dengan Partai PNI, sementara setelah Ir Soekarno dkk dibebaskan dari penjara (mendapat remisi) bergabung dengan Partindo. Ketua umum Partindo adalah Mr Sartono.
Pada tahun 1932 Mohamad Jamin lulus ujian akhir di Rechthoogeschool dengan gelar sarjana hukum (Mr). Pada tahun 1932 Mr Mohamad Jamin sebagai Ketua Partindo. Sementara Amir Sjarifoeddin Harahap yang masih ketua Partindo cabang Batavia baru lulus ujian akhir di Rechthoogeschool dengan gelar sarjana hukum (Mr) pada tahun 1933.
Saat mana Mohamad Jamin sebagai ketua Partindo, pada tahun 1933 Ir Soekarno kembali ditangkap dan dipenjara di Bandoeng. Sebagai ekses penangkapan Ir Soekarno, pers pribumi yang radikal (medapat rapor merah di mata pemerintah) dibreidel termasuk surat kabar Bintang Timoer di Batavia (pimpinan Parada Harahap), Soeara Oemoem di Soerabaja (pimpinan Dr Soetomo) dan Pewarta Deli di Medan (pimpinan Abdoellah Lubis). Ir Soeakrno di penjara sempat stres karena diancam akan diasingkan, lalu hanya ada dua orang yang diizinkan Ir Soekarno menemuinya di dalam penjara yakni Mr Sartono dan Sanoesi Pane.
Dalam situasi dan kondisi yang terbilang chaos bagi para pejuang pergerakan, karena Ir Soekarno akan diasingkan dan pers pribumi dibreidel, Parada Harahap membuat koneksi dengan konsulat Jepang di Batavia. Pada bulan November 1933 Parada Harahap memimpin tujuh revolussiner ke Jepang. Diantaranya adalah Panangian Harahap (adik Parada Harahap) redaktur Bintang Timoer, Abdoellah Lubis (pemimpin Pewarta Deli di Medan), Sjamsi Widagda, Ph.D guru Taman Siswa di Bandoeng dan Mohamad Hatta yang belum lama pulang studi dari Belanda. Keberangkatan tujuh revolusioner tersebut dengan kapal Panama Maru dari Batavia membuat pers Belanda molohok (tidak menyangka tujuan revolusioner itu, karena pers Belanda membenci pers Jepang). Di Jepang, pers Jepang menjuluki Parada Harahap sebagai The King of Java Press. Setelah cukup lama di Jepang, tujuh revolusioner kembali ke tanah air dan mendarat pada tanggal 14 Januari 1934 di pelabuhan Tandjoeng Perak, Soerabaja (yang disambut Dr Soetomo dkk dari partai PBI). Pada hari yang sama Ir Soekarno diberangkatkan dari pelabuhan Tandjoeng Priok ke tempat pengasingan di Flores.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Mohamad Yamin: Sastra, Sejarah, Politik, Hukum Volksraad hingga Menteri
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar