*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jambi dalam blog ini Klik Disini
Wilayah Indonesia pada masa kini, terbilang
wilayah yang memiliki lahan gambut yang luas. Kawasan gambut yang sangat luas
terdapat di pantai timur Sumata (bagian tengahj dan selatan), pantai barat dan
pantai selatan Kalimantan serta pantai selatan Papua. Namun uniknya lahan
gambut juga ditemukan di pedalaman Sumatra, Kalimantan dan Papua. Lahan gambut
di pedalaman di Sumatra ditemukan di wilayah (kabupaten) Sarolangun. Mengapa
bisa? Bukankah pantai jauh di pantai timur?
Adanya area gambut di pedalaman adalah suatu yang khas. Tanah gambut biasanya dihubungkan dengan pembentukan tanah baru di muara-muara sungai dengan kandungan garam yang lebih tinggi relatif terhadap tanah-tanah vulkanik dan alluvial. Tanah gambut dapat ditanimi tetapi kurang subur, namun dapat ditingkatkan dengan metode tertetu. Tanah gambut sendiri adalah fosil dan pelapukan/pembusukan bahasa fosil seperti sampah vegetasi. Proses pembusukannnya relatif tidak sempurna jika dibandingkan dengan batubara. Batubara dapat menjadi sumber bahan bakar yang baik, terutama untuk kapal-kapal uap tempo doeloe. Sedangkan gambut dalam kondisi kering dapat terbakar, dan sulit dipadamkan karena baranya dapat mencapai kedalaman tertentu.
Lantas bagaimana sejarah gambut dan batubara di Jambi? Seperti yang disebut di atas, lahan gambut yang cenderung mengandung garam sangat luas di pantai timur Sumatra termasuk di wilayah Jambi. Secara geomorfologi daerah aliran sungai Batanghari, mangapa ada lahan gambut di wilayah Sarolangun? Lalu bagaimana sejarah gambut dan batubara di Jambi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. Peta gambut di wilayah Jambi
Gambut dan Batubara; Geomorfologi Daerah Aliran Sungai Batanghari, Mangapa Ada Gambut di Sarolangun?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Mangapa Ada Gambut di Sarolangun? Laut Pegunungan dan Danau Pegunungan?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar