*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini
Apakah ada perang di wilayah Bengkulu?
Tampaknya ada, tetapi kurang terinformasikan. Perang melawan otoritas
Pemerintah Hindia Belanda tidak hanya di Jawa juga ada di wilayah Bengkulu.
Kapan itu terjadi, dimana itu terjadi di wilayah Bengkulu. Sejarah tetaplah
sejarah. Sejarah adalah narasi fakta dan data. Narasi sejarah harus
disebarluaskan.
Monumen Perlawanan Rakyat Bengkulu (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/). Desember 1807 di Mount Felix, merupakan hari kelabu bagi EIC (Inggris). Thomas Parr sebagai pemimpin Inggris yang dikenal sangat angkuh dan kejam terhadap Rakyat Bengkulu. Thomas Parr ditemukan tewas pada kerusuhan yang dikenal sebagai peristiwa Mount Felix. Peristiwa ini menjadi penanda perlawanan rakyat Bengkulu terhadap kekuasaan EIC di Bengkulu. Pihak EIC mendirikan sebuah tugu sebagai peringatan atas kematian Thomas Parr pada peristiwa tersebut. Namun sebaliknya, pembangunan tugu tersebut bagi rakyat Bengkulu menjadi monumen yang memberikan pesan pada generasi muda Bengkulu. Bahwa leluhur mereka punya keberanian dalam menentang kesewenangan dan penindasan yang dilakukan residen Inggris di Bengkulu (Thomas Parr). Thomas Parr dikuburkan di Benteng Marlborough. Berdasarkan lukisan Joseph C Stadler dalam buku Prints of Sotut East Asia in The India Office Library terlihat di lokasi tugu ini terdapat Gedung Pemerintahan dan Gedung Dewan EIC. Namun pada masa sekarang, diperkirakan bangunan tersebut tekah beralih fungsi menjadi pertokoan dan pusat pemerintahan. Bangunan ini dikelilingi oleh taman yang memiliki pagar besi dan dihiasi oleh pepohonan serta tenaman perdu. Bentuk bangunan seperti tugu yang memiliki ruangan yang terdapat tiga buah pintu masuk berbentuk setengah lingkaran di atasnya Terdapat enam buah pilar terdapat di sudut-sudut bangunan dengan berbentuk segi delapan. Memiliki tangga naik yang berlantai ubin warna merah diseluruh bagian kaki bangunan.
Lantas bagaimana sejarah perang di Bengkulu, masa ke masa? Seperti disebut di atas, sejarah perang di wilayah Bengkulu kurang terinformasikan. Untuk itu mari melacak perlawanan penduduk di Bengkulu menentang otoritas Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah perang di Bengkulu, masa ke masa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Perang di Bengkulu, Masa ke Masa; Melacak Perlawanan Menentang Otoritas Pemerintah Hindia Belanda
Inggris yang berpusat di India (Calcutta) melakukan tidak mendadak di Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda yang belum lama terbentuk dan pada masa berkuasanya Daendels di Jawa (sejak 1809) mendapat ancaman tiba-tiba dari Inggris yang cabang Pemerintah Hindia Inggrsi di India, terdapat di Bengkoelen (dan Australia). Jawa kemudian diduduki Inggris tahun 1811. Informasi ini cepat menyebar ke seluruh Hindia melalui para pelaut-pelaut dan kapal-kapal dagang. Hal itu menjadi pra kondisi terjadinya perlawanan penduduk terhadap orang asing.
Inggris yang mengerahkan hampir semua orang Inggris di Hindia ke Jawa,
situasi dan kondisi di wilayah Bengkoelen menjadi menurun kekuatannya. Sebaliknya,
orang-orang Belanda di Jawa mati langkah. Saat situasi dan kondisi inilah, cabang
Pemerintah Hindia Belanda yang terisolasi di berbegai tempat, memunculkan
semangat baru diantara para pemimpin local. Di Palembang, salah satu pangeran
Palembang memberontak dan lalu melancarkan serangan yang kemudian resident
(Belanda) di Palembang terbunuh. Tampaknya apa yang terjadi di Palembang memicu
para pemimpin local di wilayah Bengkoeloe melakukan perlawanan terhadap
otoritas asing. Para pemimpin di Manna melakukan serangan terhadap pusat
Eropa/Inggris di wilayah Manna.
Di wilayah Manna, penduduk yang digalang oleh para pemimpin local melakukan pemberontakan dengan otoritas pemerintah Inggris di wilayah Bengkoeloe. Para pemimpin local di Manna juga bahu membahu denga para pemimpin local di wilayah Pasemah (wilayah pedalaman Manna). Manna sendiri adalah kota kedua terbesar Inggris di wilayah Bengkoelen (setelah kota Bengkoelen) yang jaraknya agak jauh di selatan (tiga hari pelayaran dari Pulau Tikoes di Bengkoelen). Kekuatan Inggris yang tersisa di Bengkoelen masih dapat mengatasi perlawanan di Manna. Praktis situasi dan kondisi di Manna kembali normal (lihat Java government gazette, 07-08-1813).
Seperti halnya di Palembang demikian juga di wilayah Bengkoele. Untuk
mengatasi yang terjadi di Palembang dikirim satu ekspedisi Inggris dari Jawa
dibawah komandi Kolonel Gillipse. Situasi dapat diatasi Inggris dimana
dilakukan hukuman yang mana otoritas Sultan Palembang dilucuti dan wilayah
Bangka en Billiton diserahkan Kesultanan Palembang kepada Inggris. Sementara itu
di Manna, ekspedisi Inggris dikirim yang dipimpin oleh Kolonel Clayton hingga
jauh ke pedalaman. Namun tidak ada hukuman tetapi perjanjian yang ditawarkan Clayton.
Namun dalam perkembangannya, seperti yang disebutkan di dalam Java government
gazette, 07-08-1813 kembali kerusuhaan terjadi pada akhir Oktober 1812 dimana Residen
Bengkoelen terbunuh.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Melacak Perlawanan Menentang Otoritas Pemerintah Hindia Belanda: Peran Penduduk di Bengkulu
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar