Selasa, 13 Desember 2022

Sejarah Madura (33):Jalan di Pulau Madura; Trans-JAVA Daendels Batavia-Panaroekan via Sidajoe, Greesik, Soerabaja, Pasoeroean


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini

Apa pentingnya sejarah jalan? Apakah sepenting sejarah pelabuhan? Kurang lebih sama. Sejak zaman kuno untuk mencapai pedalaman dari pantai (dan sebaliknya) fungsi jalan terbentuk. Sesuai perkembangan jaman, jalan-jalan yang ada awalnya jalan setapak untuk pejalan kaki maupun jalan pengendara kuda. Lalu jalan semakin diperlebar seiring dengan penggunaan gerobak (yang ditarik kuda, sapi atau kerbau). Jalan-jalan rintisan ini yang kemudian sebagian besar ditingkatkan pada era Pemerintah Hindia Belanda dan menjadi jalan raya yang sekarang. 


Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) disebut juga Jalan Daendels, adalah sebuah jalan pos sepanjang 1.000 kilometer (620 mi) di Jawa yang membentang dari Anyer di Banten hingga Panarukan di Jawa Timur. Jalan ini dibangun atas perintah dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-36, Herman Willem Daendels (m. 1808-1811) sebagai salah satu langkahnya dalam memodernisasi Jawa terutama dalam bidang pertahanan dan pemerintahan. Selanjutnya, jalan ini dimanfaatkan sarana mengangkut hasil bumi dan pos komunikasi. Kantor pos pertama kali didirikan pada 26 Agustus 1746 di Batavia oleh Gubernur Jenderal yang ke-26, Gustaaf Willem van Imhoff. Empat tahun kemudian, kantor pos Semarang didirikan dan menggunakan rute melalui Karawang, Cirebon, dan Pekalongan. Sementara itu, transportasi daratan sudah ada setidaknya pada sekitar 1750, yaitu jalan yang menghubungkan Batavia ke Semarang dan seterusnya ke Surabaya. Juga jalan menghubungkan Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta. Pada 28 Januari 1807, Daendels diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda oleh Louis Bonaparte. Cemas akan masa depan Jawa, dan serangan Inggris, pada tahun 1807 Louis memberi tugas kepada Daendels, yaitu mempertahankan Jawa dari serbuan Inggris dan membenahi sistem administrasi pemerintahannya (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah jalan di pulau Madura? Seperti disebut di atas pulau Madura terbilang pulau kecil yang di wilayah pantai peran pelabuhan sangat penting. Berbeda dengan di bagian pedalaman, kebutuhan jalan raya dari waktu ke waktu semakin penting. Mengapa? Apakah proses pembangunan jalan di pulau Madura mengikuti pola pembangunan trans-Java Daendels Batavia-Panaroekan via Sidajoe, Gresik, Soerabaja, Pasoeroean? Lalu bagaimana sejarah jalan di pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.Bataviasche koloniale courant, 05-01-1810

Jalan di Pulau Madura; Trans-Java Daendels Batavia-Panaroekan via Sidajoe, Gresik, Soerabaja, Pasoeroean

Keberadaan jaringan di pulau Madura baru diidentifikasi pada peta Francois Valentijn (Peta 1724). Di pulau Madura sudah diidentifikasi jalan dari ibu kota kerajaan Maduretna di wilayah barat pulau Madura ke arah pantai di barat daya di (pelabuhan) Kamal. Kota Maduretna berada di pedalamanan, Pada titik diantara Maduretna dengan Kamal jalan terhubung ke arah tenggara di Quanjer. Seperti kita lihat nanti, dimana posisi GPS kota Maduretna pada masa ini sulit diidentifikasi.


Dalam Peta 1724 di wilayah pulau Jawa juga sudah ada jalan yang diidentifikasi. Di wilayah Jawa bagian tengah diidentifikasi jalan dari benteng Semarang di pantai hingga ke pedalaman di Cartosoera melalui kampong Salatiga. Sementara di wilayah Jawa bagian timur juga jalan diidentifikasi jalan dari benteng Soerabaja ke arah pedalaman melalui Madjapahit. Sudah barang tentu banyak jalan yang ada tetapi di dalam peta hanya untuk kebutuhan dan sepengetahuan bagi nara sumber (laporan ekspedisi) dalam pembuatan peta.

Peta yang mengindikasikan adanya jalan di pulau Madura baru ditemukan satu abad kemudian pada peta era Pemerintah Hindia Belanda (Peta 1818). Seperti disebut di atas, identifikasi jalan dalam peta tergantung pada kebutuhan dan sepengetahuan bagi nara sumber (laporan ekspedisi) dalam pembuatan peta. Di wilayah pulau Madura, pada Peta 1818 jalan diidentifikasi jalan arteri dari ibu kota Bangkalan ke pedalaman melalui Madura (pada Peta 1724 disebut Maduretna). Pada Peta 1818 sudah didientifikasi jalan raya dari kota Bangkalan ke arah tenggara di wilayah pantai melalui Belega dan Sampang terus ke timur pula melalui Pamekasan dan Soemenep hingga ke kampong Maringan (benteng). Tampaknya ibu kota telah relokasi dari Maduretna ke Bangkalan.


Sebagaimana diketahui pada awal Pemerintah Hindia Belanda, pada masa Gubernut Jenderal Daendels dibangun jalan trans-Java dari Batavia ke Anjer dan dari Batavia ke Tjirebon melalui Buitenzoeg, Bandoeng dan Soemedang. Lalu jalan tersebut yang berada di belakang pantai dari Tjirebon ke Toeban via Soerabaja terus ke Panaroekan (lihat Bataviasche koloniale courant, 05-01-1810).  Jalan trans-Java di wilayah Soerabaja (antara Gresik dan Pasoeoran) melalui kampong Simpang (dan dari kampong Simpang jalan raya dihubungkan ke kota Soerabaja kea rah timur/pantai). Tidak lama setelah selesai jalan trans-Java terjadi pendudukan Inggris (1811-1816). Pada Peta 1818 (Pemerintah Hindia Belanda), jalan trans-Java tersebut teridentifikasi dengan jelas.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Trans-Java Daendels Batavia-Panaroekan via Sidajoe, Gresik, Soerabaja, Pasoeroean: Bagaimana Rute Pembangunan Jalan Raya di Bangkalan Era Pemerintah Hindia Belanda

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar