*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Zaman
dulu warga Talaud telah memiliki pengembangan sistem social maupun sistem
politik dengan pembentukan kerajaan-kerajaan kecil. Bangsawan keturunan raja-raja dinamai dengan papung.
Kerajaan Talaud dahulu memiliki pemimpin sebagai seorang ratu atau raja.
Kepemimpinan pada lapisan bawahnya terbagi atas orang jogugu sebagai pemimpin
sejumlah kampung (wanua). Kepala kampung dinami kapitan laut, dibantu oleh dewan
adat Inanggu Wanua.
Suku Talaud merupakan suku yang menempati gugusan pulau-pulau Talaud kawasan Kepulauan Sangir, Kabupaten Talaud, Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan salah satu kabupaten terluar dari negara Indonesia, yang terletak di wilayah perbatasan negara Indonesia dengan Filipina. Berdasarkan fakta sejarah dahulu kala Suku Talaud memiliki keterbukaan akan hadirnya bangsa lain dari peran terhadap kepulauan lintasan perdagangan antar bangsa-bangsa pada kawasan utara menuju ke selatan dunia. Kawasan mereka ini memiliki tiga pulau pusat, yakni Pulau Karakelang, Salibabu dan Kabaruan. Istilah lain dari Talaud yakni Taloda, yang mempunyai makna "orang laut". Ada pula yang menyebut sebagai Porodisa. Bahasa Talaud memiliki enam dialek, yakni Sali-Babu, Karakelang, Essang, Nanusa, Miangas, dan Kabaruan. Bahasa ini pula terdapat tingkatan bahasa halus, menengah, dan kasar. Sebagian besar Suku Talaud memakai bahasa Melayu Manado dalam berbahasa sehari-hari. Kosakata: bakar=tutu; mati=nate; minum=inu; delapan=oalu; ayah=yama; danau=rano; hati=ate; ibu=ina; tujuh=pitu; batu=watu; lidah=lila; siapa=isai (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Talaud Orang Talaud di kepulauan Talaud laut Sulawesi? Seperti disebut di atas, bahasa Talaud dituturkan orang Talaud di Kepulauan Talaud. Wilayah antara pulau Mindanao dan pulau Morotai. Lalu bagaimana sejarah bahasa Talaud Orang Talaud di kepulauan Talaud Sulawesi Utara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Talaud Orang Talaud di Kepulauan Talaud Laut Sulawesi; Wilayah Antara Mindanao dan Morotai
Tunggu deskripsi lengkapnya
Wilayah Antara Mindanao dan Morotai: Bahasa Sangir dan Bahasa Gelela
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar