Senin, 08 Januari 2024

Sejarah Bahasa (224): Bahasa Piru Bahasa di Teluk Piru di Bagian Barat Pulau Seram; Asilulu, Luhu (Piru), Manipa, Larike, Sepa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Teluk Piru adalah sekelompok dua puluh bahasa Melayu-Polinesia yang digunakan di Pulau Ambon dan sekitar Teluk Piru di pulau Seram. Tak satu pun dari bahasa-bahasa tersebut memiliki lebih dari dua puluh ribu penutur, dan beberapa di antaranya terancam punah. Bahasa-bahasa tersebut adalah sebagai berikut: Teluk Piru Barat (pulau Seram dan pulau Ambon) Asilulu, Hoamoal: Luhu (Piru), Manipa; Larike-Wakasihu, Boano. Teluk Piru Timur: Sepa, Teluti, Solehua.


Seram Barat adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, Indonesia. Pusat pemerintahannya berada di Desa Piru yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Seram Bagian Barat. Pada tahun 2020, penduduk Seram Barat berjumlah 35.045 jiwa dengan kepadatan 70 jiwa/km². Hal tersebut menempatkan Seram Barat sebagai kecamatan berpenduduk terbanyak kedua di Kabupaten Seram Bagian Barat setelah Kecamatan Huamual. Kecamatan Seram Barat terdiri atas 7 desa desa terjauh dari ibu kota kecamatan adalah Desa Kaibobo yang berjarak 25 km dari Piru. Berikut adalah daftar desa di Kecamaran Seram Barat: Kaibobo, Eti, Lumoli, Morekau, Neniari, Piru dan Kawa (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Piru bahasa teluk Piru di bagian barat pulau Seram? Seperti disebut di atas bahsa Piru dituturkan di teluk Piru pulau Seram. Dialek-dialen bahasa Asilulu, Luhu (Piru), Manipa, Larike, Boano. Sepa, Teluti dan lainnya. Lalu bagaimana sejarah bahasa Piru bahasa teluk Piru di bagian barat pulau Seram? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Piru Bahasa Teluk Piru di Bagian Barat Pulau Seram; Asilulu, Luhu (Piru), Manipa, Larike, Boano. Sepa, Teluti

Tunggu deskripsi lengkapnya

Asilulu, Luhu (Piru), Manipa, Larike, Boano. Sepa, Teluti: Dialek-Dialek Bahasa Teluk Piru

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar