*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Pahlawan
Nasional Ranggong Daeng Romo sejaman dengan Pahlawan Nasional Robert Wolter
Monginsidi. Perlawanan mereka terhadap Belanda/NICA terjadi pada era perang
kemerdakaan di Makassar (1946-1949). Ranggong Daeng Romo tewas di medan perang;
Robert Wolter Monginsidi meninggal setelah dieksekusi. Ranggong Daeng Romo
adalah pahlawan Indonesia sejati di Makassar.
Ranggong Daeng Romo (lahir kampung Bone-Bone,
Polongbangkeng, Sulawesi Selatan, 1915, wafat markas besar Lapris, Langgese, 27
Februari 1947) adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Ranggong sekolah
dasar HIS dan Taman Siswa di Makassar. Ranggong bekerja sebagai pegawai sebuah
perusahaan pembelian padi milik pemerintah penduduk militer Jepang. Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Ranggong dinobatkan
menjadi salah satu orang yang memprakarsai berdirinya organisasi perjuangan di
Polombangkeng oleh Karaeng Pajonga Daeng Ngalle yaitu Gerakan Muda Bajeng
(GMB). Sebelumnya, Ranggong sempat bergabung dengan barisan pemuda Seinendan
dan diangkat menjadi pemimpin Seinendan di Bontokandatto. Pada Gerakan Muda Bajeng,
Ranggong diangkat menjadi komandan barisan pertahanan untuk wilayah Moncokomba
dan merangkap sebagai Kepala Wilayah Ko'Mara. Pada tanggal 2 April 1946, GMB
berubah nama menjadi Laskar Lipan Bajeng. Tujuan dari Laskar Lipan Bajeng yaitu
untuk menegakkan, membela, dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di Laskar
Lipan Bajeng, Ranggong diangkat sebagai pimpinan. Kemudian laskar-laskar yang
ada di Sulawesi Selatan bergabung menjadi Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia
Sulawesi (Lapris) dan Ranggong diberi kepercayaan penuh untuk memimpin dan
menjadi panglima. Pada tanggal 21 Februari 1946, Ranggong memimpin perang untuk
pertama kalinya dengan kekuatan lebih kurang seratus pasukan menyerang
pertahanan Belanda. Serangan tersebut dilakukan di sebelah Selatan Makassar. Dalam
pertempuran tersebut, banyak tokoh Lapris yang meninggal dalam perang termasuk
Ranggong yang terbunuh pada 27 Februari 1947. Jenazahnya kemudian dikebumikan
di Bangkala. (Wikipedia).
Lantas
bagaimana sejarah Ranggong Daeng Romo? Seperti disebut di atas, Ranggong Daeng Romo berjuang sejaman dengan
Robert Wolter Mongisidi. Mereka melakukan perlawanan terhadap kehadiran kembali Belanda (NICA) pada periode
1946-1949. Lalu bagaimana sejarah Ranggong Daeng Romo? Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.