Selasa, 18 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (363): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Gubernur Pertama Nusa Tenggara Timur (NTT);WJ Lalamentik

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti halnya pulau Kalimantan dijadikan satu provinsi tetapi pada tahun 1957 dibentuk enmpat provinsi. Pulau-pulau di sebelah timur Jawa dijadikan satu provinsi dengan nama provinsi Soenda Ketjil. Pada tahun 1958 provinsi Soenda Ketjil dilikuidasi lalu dibentuk tiga provinsi baru: Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Gubernur pertama provinsi Nusa Tenggara Timur adalah WJ Lalmentik.

William Johanes Lalamentik (2 Maret 1913 – 7 Mei 1985) adalah Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) pertama, periode 20 Desember 1958 - 12 Juli 1966. Gubernur dengan semboyan "setiap kesulitan itu ada untuk dipecahkan" memulai kebijakan antara lain pembentukan Wilayah Kecamatan dan Gerakan Penghijauan yang dinamakan Komando Operasi Gerakan Makmur pada tanggal 20 Desember 1958. Sebelum Provinsi NTT terbentuk, Lalamentik pernah menjabat sebagai Controleur di Larantuka (1949) pada masa Negara Indonesia Timur (NIT) dan setelah terbentuk Daerah Flores pada tahun 1950, ditugaskan sebagai Sekretaris Daerah Flores yang berkedudukan di Ende dari bulan Mei 1950 - Agustus 1951 mendampingi Bupati Kepala Daerah Flores, L. E. Monteiro. William Johanes Lalamentik diabadikan sebagai nama jalan Protokol di Kota Kupang yaitu jalan WJ Lalamentik. Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah WJ Lalmentik? Seperti disebut di atas, provinsi Nusa Tenggarta Timur dibentuk tahun 1958 dengan gubernur pertama adalah WJ Lalmentik. Sebagaimana lazimnya, yang pertama selalu menarik untuk diperhatikan. Lalu bagaimana sejarah WJ Lalmentik? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Gubernur Pertama Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT); WJ Lalamentik

Setelah dibubarkannya RIS pada tanggal 17 Agustus 1950 dan kemudian Negara Kesatuan Republik Indonesia (MKRI) di proklamasikan pada tanggal 18 Agustus 1950, maka seluruh wilayah Indonesia (kecuali wilayah Papua yang masih diduduki Belanda) dibentuk 10 provinsi. Salah satu provinsi  yang dibentuk adalah Provinsi Nusa Tenggara (sebelumnya dengan nama Soenda Ketjil). Jumlah provinsi ini sama dan sebangun pada permulaan RI (sebelum Belanda/NICA mengubahnya). Gubernur pertama yang diangkat adalah Mr Soesanto Tirtoprodjo. Namun tidak lama yang kemudian digantikan oleh Sarimin Reksdihardjo sejak tanggal 6 Mei 1953.

Sarimin Reksdihardjo adalah pejabat di Kementerian Dalam Negeri. Sehubungan dengan dibubarkannya Negara Sumatra Timur, lalu pada permulaan NKRI pemerintah pusat menggabungkan tiga Residentie (Atjehm Tapanuli dan Sumatra Timur) menjadi satu provinsi. Untuk tugas itu Sarimin Reksdihardjo menjadi pejabat Gubernur Sumatra Utara. Tiga residen yang mendampinginya adalah Daoedsjah, Binanga Siregar dan Moeda Siregar. Setelah semua selesai (hingga pembentukan kabupaten-kabupaten) maka secara definitif provinsi Sumatra Utara terbentuk dengan mengangkat gubenur pertama yang dilantik pada tanggal 2 Januari 1951 yakni Abdoel Hakim Harahap (mantan Wakil Perdana Menteri RI di Jogjakarta 1950). Sarimin Reksdihardjo kembali ke Kementerian Dalam Negeri dan selanjutnya menggantikan gubenur Mr Soesanto Tirtoprodjo.

Sarimin Reksodihardjo pensiun sejak 1 April. Untuk menggantikannnya adalah seorang pejabat di Kementerian Dalam Negeri T Daoedsjah. Provinsi Nusa Tenggara sendiri terdiri dari tiga Residentie, Tidak lama kemudian pada tahun 1957 ini Kepala Daerah (Reidentie) Timor, St. Ndoen, mengundurkan diri. DPRD tidak keberatan dengan hal ini. St Ndoen mengambil langkah ini setelah menerima permintaan tertulis dari Massa Penjokong Proklamasi TT-VII untuk mengundurkan diri (lihaat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 27-04-1957). Gubernur Nusatenggara, mantan resident Atjeh Daoedsjah tidak bisa berbuat banyak. Itu kehendak rakyat di Timor.

Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode, 25-05-1957: ‘Gubernur Nusatenggara, Daoedsjah telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap tiga warga senior provinsi Nusatenggara atas dugaan keterlibatan di balik layar dalam kerusuhan baru-baru ini di Timor. Sementara itu, PIA mengetahui dalam wawancara dengan Kepala Dinas Penerangan Timor, Suwarno Sjamsu Dali, yang saat ini berada di Singaradja, bahwa situasi di Timor saat ini memang belum bisa dikatakan stabil karena kepala daerah baru Timor, Stephanus Ndoen telah mengajukan pengunduran diri melalui telegram kepada Gubernur Nusatenggara sehubungan dengan kerusuhan yang terjadi di daerahnya. Belum diketahui apakah pengunduran diri ini telah diterima oleh gubernur, namun ER Herewila terpilih dengan suara terbanyak untuk posisi tersebut dalam pemilihan dewan perwakilan Timor baru-baru ini’..

Kehadiran T Daoedshaj di provinsi Soenda Ketjil (Nusa Tenggara) aka menjadi pekerjaan berat karena dihubungkan dengan pembentukan provinsi Nusa Tenggara Barat dan provinsi Nusa Tenggara Timur. Akan tetapi T Daoedsjah adalah pejabat berpengalaman yang turut bersama Sarimin Reksodihardjo tahun 1950 dalam proses pembentukan provinsi Sumatra Utara.

Pada bulan Juli persiapan provinsi Nusa Tenggara Timur sudah selesai yang meliputi pulau-pulau besat di eks Timor Grorp yakni pulauTimor, pulau Sumba dan pulau Fiores (lihat Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode, 17-07-1957). Disebutkan gubernur T Daoedsjah menarget tahun ini akan diresmikan. Menurut berita tidak resmi di Singaradja (ibu kota provinsi Nusatenggara/Soenda Ketjil) kandidat yang muncul sebagai gubernur Nusa Tenggara Timur adalah AS Pello yang saat ini adalah residen yang diperbantukan di kantor gubernur Nusa Tenggara.

Pada bulan Agustus 1957 sejumlah pejabat pemerintah berangkat ke Amerika Serikat untuk studi termasukan diantaranya termasuk WJ Lalamantik (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 12-08-1957). Disebutkan satu rombongan yang terdiri dari 14 pejabat pemerintah meninggalkan lapangan terbang Kemajoran dengan pesawat ke Amerika Serikat untuk mengikuti kursus dua tahun dalam administrasi administrasi. Keberangkatan ini diatur bersama oleh Kementerian Dalam Negeri Indonesia dan ICA. Mereka akan menghadiri kelas di Amerika Serikat di Wayne State University di Michigan. Pejabat yang terdiri dari pejabat di pusat dan pejabat di daerah tersebut antara lain Kwee Tjong Hie, Arshad Pringgodiredjo, Achmad Nadjamudin, BS Pasaribu, F. Walandow dan WJ Lalamentik. Pada tahun ini juga direncanakan pemekaran provinsi Nusatenggara termasuk pembentukan provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sejak kembali NKRI pulau Kalimantan dijadikan satu provinsi (Provinsi Kalimantan). Setelah selesai pembentukan provinsi-provinsi baru di pulau Kalimantan (Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah) pada tahun 1957, kini giliran provinsi Nusatenggara dimekarkan dengan membentuk tiga provinsi (Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur). Dalam persiapan ini juga mulai dijajaki siapa yang akan menempati gubernur pertama di masing-masing provinsi.

Namun peresmiannya ternyata harus menunggu waktu. Untuk mengisi posisi gubernur provinsi Nusa Tenggara Timur slotnya diprioritaskan kepada putra daerah, Untuk wilayah Bali cukup banyak kandidat. Sementara untuk wilayah Nusa Tenggara Barat, karena tidak adanya kandidat lalu harus dipromosikan dari derah lain. Lalu siapa kandidat untuk wilayah Nusa Tenggara Timur? St. Ndoen sudah ‘dilengserkan’ dan apakah pilihan yang diajukan oleh DPRD Timor sebelumnya untuk menggantikaan Sr Ndoen, ER Herewila? Dan apakah kandidat lain AS Pello? Tentu saja harus memenuhi kualifikasi Kementerian Dalam Negeri.

Tampaknya pilihan jatuh kepada WJ Lalamentik. Namun saat ini Lalamentik tengah mengikuti studi di Amerika Serikat. Oleh karena pendidikan yang diikuti WJ Lalamentik adalah non-degree maka bisa dipanggil segera pulang untuk dijadikan kandidat gubernur provinsi Nusa Tenggara Timur. Boleh jadi nama WJ Lalamentik telah dipersiapkan di pusat, yang menjadi faktor mengapa peresmiaan provinsi Nusa Tenggara Timur harus menunggu waktu.

WJ Lalamentik kemudian lolos kandidat gubernur provinsi Nusa Tenggara Timur yang kemudian dilantik pada tanggal 20 Desember 1958.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Provinsi Nusa Tenggara Timur di Provinsi Soenda Ketjil

Presiden Soekarno sangat mengenang Timor, khususnya Ende di pulau Flores. Hingga tahun 1957 Presiden Soekarno sudah berkunjung ke Timor sejak kembalinya ke NKRI yakni pada tahun 1950, 1954 dan pada tahun 1957 ini (bertepatan dengan rencana pembentukan provinsi Nusa Tenggara Timur). Dalam kunjungan ke Timor ini Presiden Soekarno menggunakan pesawat kepresidenan Dolok Martimbang.

Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode, 05-11-1957: ‘Presiden Sukarno di Kupang, yang tiba pada hari Jumat, dengan pesawat pribadinya, "Dolok Martinibang", dan dua Dakota dari AURI. Di bandara, tempat ribuan orang berkumpul, Presiden disambut oleh Kepala Daerah Timor St. Ndoen, Ketua DPRD Provinsi, WF Loemban Tobing, Pangdam II Mayor Kodiowa, Pangdam AURI di Kupang dan masyarakat sipil lainnya. dan aparat militer’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar