Tampilkan postingan dengan label Sejarah BAHASA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah BAHASA. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 Februari 2024

Sejarah Bahasa (296): Bahasa Biak Orang Biak Pulau Biak; Garis Navigasi Pelayaran Perdagangan Tempo Doeloe di Pulau Papua


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Biak berasal dari kepulauan Biak di Teluk Cenderawasih. Orang Biak terdiri beberapa sub-suku, seperti Aimando, Betew, Kafdaron, Karon, Usba, dan Wardo yang kebanyakan telah bermigrasi dan menetap di Kepulauan Raja Ampat sejak abad ke-15. Penamaan Biak sendiri diawali zaman pemerintahan kolonial Belanda pada abad ke-17, orang Belanda memberi nama kepulauan Biak-Numfor dengan sebutan Schouten Eilanden. Ada juga yang menyebutnya Numfor, Mafor, Wiak, atau Vyak.


Bahasa Biak (Wós Vyak) adalah salah satu bahasa Austronesia yang dituturkan di Provinsi Papua terutama di pulau Biak, pulau Numfor, dan sekitarnya. Penutur bahasa ini pada tahun 2000 berjumlah 30.000 orang. Bahasa Biak mempunyai beberapa dialek, antara lain: Ariom, Bo’o, Dwar, Fairi, Jenures, Korem, Kaipuri, Manduser, Mofu, Opiaref, Padoa, Penasifu, Samberi, Sampori (Mokmer), Sor, Sorendidori, Sundei, Wari, Wadibu, Sorido, Bosnik, Korido, Warsa, Wardo, Kamer, Mapia, Mios, Num, Rumberpon, Monoarfu, V7ogelkop (Kepala Burung). Bahasa Biak berbeda dengan bahasa Serui Laut, Yawa Onare dan Waran Onate (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Biak orang Biak di pulau Biak? Seperti disebut di atas bahasa Biak dituturkan di pulau Biak dan sekitar. Garis navigasi pelayaran perdagangan tempo doeloe di Papua. Lalu bagaimana sejarah bahasa Biak orang Biak di pulau Biak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Senin, 12 Februari 2024

Sejarah Bahasa (295): Melacak Asal Bahasa Melalui Sebutan Bilangan Bahasa-Bahasa di Indonesia; Aksara dan Lambang Bilangan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa merujuk pada bahasa yang mendahuluinya. Bahasa berkembang karena adanya interaksi antar bahasa. Bagaimana dengan sebutan bilangan. Yang jelas dalam perkembangan lebih lanjut bahasa termasuk sebutan bilangan, terbentuknya aksara (huruf) dan lambang bilangan (angka). Bagaimana dengan di Papua? Ada baiknya dimulai dari barat (Sumatra dan Jawa). Mengapa?


Jejak Kata Bilangan dalam Prasasti Berbahasa Bali Kuno: Hubungan Kekerabatannya dalam Rumpun Bahasa Melayu Polinesia. I Ketut Paramarta; I.B. Putrayasa; dan I.B. Putra.  November 2019. Forum Arkeologi 32(2):95. Abstrak. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mendeskripsikan beragam kata bilangan bahasa Bali Kuno yang terekam dalam jejak prasasti berbahasa Bali Kuno dan mengungkapkan hubungan kekerabatanya dalam jenjang kekerabatan Proto-Malayo Polynesian. Kata bilangan dalam salinan prasasti berbahasa Bali Kuno dan kata bilangan pembanding dalam rumpun Proto-Austronesia dan Proto-Malayo Polinesian dikumpulkan. Jejak kata bilangan bahasa Bali Kuno yang ditemukan dalam tinggalan prasasti berbahasa Bali Kuno adalah kata bilangan desimal utuh, kata bilangan inovasi leksikal yang tidak memiliki konsekuensi struktur tetapi memiliki keterkaitan dengan makna-makna budaya, dan kata bilangan tinggi.Bahasa Bali Kuno menyimpan jejak verbal dalam bentuk kata bilangan sebagai ekspresi budaya menghitung yang terbukti memiliki relasi kekerabatan dengan bahasa-bahasa dalam rumpun Melayu Polinesia.

Lantas bagaimana sejarah melacak asal usul bahasa melalui sebutan bilangan dalam bahasa-bahasa di Indonesia? Seperti disebut di atas bahasa dan aksara adalah satu hal, sebutan bilangan dan lambang bilangan adalah hal lain lagi. Aksara dan lambang bilangan di wilayah bahasa Papua. Lalu bagaimana sejarah melacak asal usul bahasa melalui sebutan bilangan dalam bahasa-bahasa di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (294): Bahasa Arui-Moor di Pulau Rutomorja dan Pulau Ratewo di Teluk Gelvink; Nama Nabire Teluk Cendrawasih


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa merujuk pada bahasa yang mendahuluinya. Bahasa berkembang karena adanya interaksi antar bahasa. Bagaimana dengan sebutan bilangan. Yang jelas dalam perkembangan lebih lanjut bahasa termasuk sebutan bilangan, terbentuknya aksara (huruf) dan lambang bilangan (angka). Bagaimana dengan di Papua? Ada baiknya dimulai dari barat (Sumatra dan Jawa). Mengapa?


Jejak Kata Bilangan dalam Prasasti Berbahasa Bali Kuno: Hubungan Kekerabatannya dalam Rumpun Bahasa Melayu Polinesia. I Ketut Paramarta; I.B. Putrayasa; dan I.B. Putra.  November 2019. Forum Arkeologi 32(2):95. Abstrak. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mendeskripsikan beragam kata bilangan bahasa Bali Kuno yang terekam dalam jejak prasasti berbahasa Bali Kuno dan mengungkapkan hubungan kekerabatanya dalam jenjang kekerabatan Proto-Malayo Polynesian. Kata bilangan dalam salinan prasasti berbahasa Bali Kuno dan kata bilangan pembanding dalam rumpun Proto-Austronesia dan Proto-Malayo Polinesian dikumpulkan. Jejak kata bilangan bahasa Bali Kuno yang ditemukan dalam tinggalan prasasti berbahasa Bali Kuno adalah kata bilangan desimal utuh, kata bilangan inovasi leksikal yang tidak memiliki konsekuensi struktur tetapi memiliki keterkaitan dengan makna-makna budaya, dan kata bilangan tinggi.Bahasa Bali Kuno menyimpan jejak verbal dalam bentuk kata bilangan sebagai ekspresi budaya menghitung yang terbukti memiliki relasi kekerabatan dengan bahasa-bahasa dalam rumpun Melayu Polinesia.

Lantas bagaimana sejarah melacak asal usul bahasa melalui sebutan bilangan dalam bahasa-bahasa di Indonesia? Seperti disebut di atas bahasa dan aksara adalah satu hal, sebutan bilangan dan lambang bilangan adalah hal lain lagi. Aksara dan lambang bilangan di wilayah bahasa Papua. Lalu bagaimana sejarah melacak asal usul bahasa melalui sebutan bilangan dalam bahasa-bahasa di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Minggu, 11 Februari 2024

Sejarah Bahasa (293): Bahasa Papua, Ragam Bahasa Papua, Papua Beragam Bahasa; Pada Mulanya di Tanah Papua Berbahasa Satu?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Tentang bahasa-bahasa. Bahasa adalah salah satu warisan masa lampau yang masih tersisa pada masa kini. Sungai secara fisik adalah warisan, tetap ada dan berada di tempatnya sejak masa lampau, tetapi tidak dengan airnya. Sebaliknya, bahasa tetap lestari meski secara fisik para penuturnya telah berganti (misalnya kakek diteruskan anak dan kemudian diteruskan oleh cucu). Yang menjadi pertanyaan: mengapa bahasa-bahasa di Papua sangat beragam dan jumlahnya sangat banyak? Apakah karena penuturnya berganti atau bahasanya berganti?


Pulau Papua, Pulau 1000 Bahasa. Wilayah Papua sampai Papua Nugini, terdapat 1000 bahasa, yang menjadi sebuah misteri, kapan munculnya keberagaman tersebut. Setiap suku memiliki bahasanya sendiri. Masa kini, ada banyak penelitian yang dilakukan tentang bahasa-bahasa Papua, yang telah diteliti oleh pakar linguistik sejak tahun 1700-an. Dalam berbagai penelitian di pulau Papua bahwa setiap bahasa saling berkaitan satu sama lain. Bahkan dalam beberapa bahasa ada bahasa yang sama sekali berbeda. 'Mengapa pulau Papua memiliki beragam bahasa?' Bagaimana awal mula bahasa yang begitu banyak? Pertanyaan-pertanyaan ini, bukan baru ditanyakan pada generasi masa kini? Tetapi sejak lampau pertanyaan ini juga menjadi perbincangan orang Papua. Pada masa lampau, orang Papua tidak mengenal sistem aksara dalam bentuk tulisan. "Mengapa ada begitu banyak bahasa di Papua?", Setiap kampung, setiap suku, setiap wilayah ada bahasanya sendiri. (https://www.pustakapapua.com/2022/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa di Papua, ragam bahasa Papua, Papua beragam bahasa? Seperti disebut di atas bahasa-bahasa di Papua sangat beragam dan sangat banyak jumlahnya. Apakah di Papua bahasa pada awalnya berbahasa satu? Lalu bagaimana sejarah bahasa di Papua, ragam bahasa Papua, Papua beragam bahasa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (292):Bahasa di Manokwari, Pintu Masuk Teluk "Gelvink" Cendrawasih; Bahasa Mantion dan Bahasa Meyah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Mantion (Manikion), juga dikenal dengan nama Sougb atau Sogh, adalah bahasa Papua dari rumpun bahasa Doberai Timur yang dituturkan di wilayah Doberai Timur, sebelah timur Meyah, selatan Manokwari. Bahasa ini terdiri dari empat dialek dan dituturkan oleh kurang lebih 12.000 orang. Bahasa Meyah atau Meyakh adalah sebuah bahasa yang dituturkan di kampong Meyah di distrik Manokwari Utara.


Kabupaten Manokwari adalah sebuah kabupaten dan sebagai ibu kota dari provinsi Papua Barat. Kabupaten Manokwari tepatnya di Pulau Mansinam adalah titik masuknya Agama Kristen ke Pulau Papua di tahun 1855 oleh pendeta Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler. Sekarang 5 Februari diperingati sebagai Hari Pekabaran Injil di Pulau Papua. Hari jadi Manokwari yang jatuh pada tanggal 8 November 1898 di latar belakangi oleh peristiwa terbentuknya pos pemerintahan pertama di Manokwari oleh Pemerintah Hindia Belanda, ketika Residen Ternate Dr DW Horst atas nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda melantik Tn. L. A. Van Oosterzee pada hari Selasa tanggal 8 November 1898 sebagai Controleer Afdeling Noord New Guinea (Pengawas Wilayah Irian Jaya Bagian Utara) yang waktu itu masih termasuk wilayah keresidenan Ternate. Tanggal 8 November inilah yang selanjutnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Manokwari melalui Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 1995. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa di Manokwari, gerbang masuk ke teluk Gelvink Cendrawasih? Seperti disebut di atas ada beberapa bahasa di seputar kota Manokwari. Bahasa Mantion dan Bahasa Meyah. Lalu bagaimana sejarah bahasa di Manokwari, gerbang masuk ke teluk Gelvink Cendrawasih? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sabtu, 10 Februari 2024

Sejarah Bahasa (291): Bahasa Abun Bahasa Isolat Kabupaten Tambrau; Ragam Sebutan Bilangan Berbilang Ragam Bilangan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Abun (juga dikenal dengan nama Yimbun, A Nden, Manif, Karon Pantai) adalah salah satu bahasa Papua Barat di kabupaten Tambrau. (ibu kota di Sausapor) Bahasa Abun di kampong Jokte, kampong Baun, kampong Subun, kampong Bamusbama di distrik Sausapor. Bahasa ini tidak berkerabat dekat dengan bahasa lain. Penutur bahasa Abun mulanya di kamponmg Abun kemudian pindah ke Sausapor. Ethnologue dan Glottolog mengelompokkannya sebagai bahasa isolat berdasarkan kesamaan kata ganti.


Analisis Kata Bilangan Bahasa Abun Ragam Abun Ta Dusreuj Bikar Kabupaten Tambrauw. Irwan Soulisa, Frenny S. Pormes, Peter Manuputty (Dosen Universitas Victory Sorong). 2020. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kata bilangan bahasa Abun Ragam Abun Ta di Distrik Kibar Kabupaten Tambrau. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian adalah penulis sendiri. Hasil yang diperoleh bahwa kata bilangan pada bahasa Abun memiliki pengertian mengartikan arti maksud sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, juga pada adjektiva bahasa Abun memiliki bentuk numeralia, yang terdiri atas (1) Numeralia pokok, (2) Numeralia Tingkat. Dari makna Numeralia bahasa Abun dapat diidentifikasi (1) numeralia pokok tentu, (2) numeralia pokok taktentu, (3) numeralia ukuran. (Jurnal Akrab Juara)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Abun bahasa isolat di kabupaten Tambrau? Seperti disebut di atas bahasa Abun di Sausapor, Tambrau. Ragam sebutan bilangan berbilang ragam bilangan. Lalu bagaimana sejarah bahasa Abun bahasa isolat di kabupaten Tambrau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (290): Bahasa Mpur Bahasa Isolat di Pedalaman Kabupaten Tambrau; Pantai Utara Semenanjung Kepala Burung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Mpur dituturkan di kampong Kebar, distrik Kebar, kabupatren Tambraw, provinsi Papua Barat. Bahasa Mpur berbatasan dengan bahasa Meyah di sebelah timur dan bahasa Abun di sebelah barat serta bahasa Maibrat di sebelah selatan. Bahasa Mpur berbeda dengan bahasa Meyah, bahasa Abun dan bahasa Maibrat.


Mpur atau Amberbaken (juga dikenal dengan nama Kebar, Ekware, dan Dekwambre), adalah salah satu bahasa di Papua Barat. Bahasa ini tidak berkerabat dekat dengan bahasa apa pun. Meski Ross (2005) mengelompokkannya ke dalam rumpun bahasa Papua Barat berdasarkan kesamaan kata gantinya. Ethnologue dan Glottolog mengelompokkannya sebagai bahasa isolat. Kebar adalah sebuah distrik di kabupaten Tambrauw, Papua Barat Daya jumlah penduduk sebanyak 1.228 jiwa, Kebar terdiri dari kampong Anarum, Apoki, Injai, Jafai, Jambuani, Manaria, Matatun, Wabanek, Wasanggon. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Mpur bahasa Isolat di pedalaman kabupaten Tambrau? Seperti disebut di atas bahasa Mpur adalah bahasa isolate. Pantai utara Semenanjung Kepala Burung. Lalu bagaimana sejarah bahasa Mpur bahasa Isolat di pedalaman kabupaten Tambrau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Jumat, 09 Februari 2024

Sejarah Bahasa (289): Polarisasi Bahasa-Bahasa di Nusantara, Bahasa Etnik, Bahasa Lingua Franca; Austronesia dan Melanesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Melayu yang kemudian menjadi bahasa Indonesia sebagai lingua franca. Siapa pemiliknya adalah seluruh bangsa Indonesia. Lantas bagaimana dengan bahasa Jawa? Bahasa Jawa sebagai bagian terbesar populasu Indonesia pemiliknya adalah orang Jawa. Demikian halnya bahasa-bahasa di pulau lainnya. Satu yang jelas bahasa Jawa seakan satu-satunya bahasa di pulau Jawa. Berbeda dengan di Maluku dan Papua yang sangat beragam dengan populasi-populasi kecil. Apakah gambaran serupa itu yang terjadi di masa lampau di pulau Jawa?  


Dalam ilmu linguistik, Melanesia adalah istilah usang yang mengacu pada bahasa-bahasa Austronesia di Melanesia: yaitu bahasa-bahasa Oseanik, Melayu-Polinesia Timur, atau Melayu-Polinesia Tengah-Timur. Dalam hal ini bahasa Melanesia (termasuk Fiji) dibedakan dengan bahasa Polinesia dan Mikronesia. Kini diketahui bahwa bahasa-bahasa Melanesia tidak membentuk suatu simpul silsilah: bahasa-bahasa tersebut dianggap bersifat parafiletik dan kemungkinan besar bersifat polifiletik; seperti bahasa Papua, istilah ini sekarang digunakan untuk kemudahan. Dalam kaitannya dengan afiliasi filogenetik, “bahasa Melanesia” mengacu pada kumpulan rumpun bahasa yang heterogen: beberapa bahasa Austronesia, seperti cabang Halmahera Selatan – Papua Barat. Semua bahasa non-Austronesia di wilayah tersebut, yaitu bahasa-bahasa Papua (yang merupakan kumpulan heterogen). Sebagian besar bahasa Melanesia merupakan anggota rumpun bahasa Austronesia atau salah satu dari sekian banyak rumpun bahasa Papua. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bolarisasi bahasa-bahasa di Nusantara, bahasa etnik dan lingua franca? Seperti disebut di atas di nusantara (menurut pulau-pulau) ada bahasa dengan populasi besar dan ada populasi kecil. Bahasa-bahasa Austronesia dan Melanesia. Lalu bagaimana sejarah bolarisasi bahasa-bahasa di Nusantara, bahasa etnik dan lingua franca? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (288): Bahasa-Bahasa Pulau Waigeo, Raja Ampat, Papua Teluk Mayalibit Garis Bahasa Austronesia-Bahasa Melanesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Ada garis alam dan ada pula garis bahasa. Di pulau Waigeo adalah teluk yang memanjang dari selatan ke utara seakan membagi pulau menjadi dua bagian. Bagian barat pulau terhubung dengan pulau Halmahera dan bagian timur pulau terhubung dengan daratan pulau Papua. Dalam hal ini penting mengidentifikasi bahasa-bahasa di pulau Waigeo, apakah teluk Mayalibit menjadi semacam garis bahasa (Austronesia-Melanesia)?


Pulau Waigeo adalah pulau yang berada di Papua Barat Daya di bagian timur Indonesia. Pulau ini dikenal juga dengan nama Amberi atau Waigiu. Pulau Waigeo adalah pulau terbesar dari empat pulau utama dari Kepulauan Raja Ampat. Pulau ini berada antara Pulau Halmahera dan Pulau Papua dengan jarak sekitar 65 km barat laut Pulau Papua. Pulau besar sekitarnya adalah Pulau Salawati, Pulau Batanta, dan Pulau Misool. Kota Waisai terdapat di bagian tenggara pulau dan merupakan ibukota dari Kabupaten Raja Ampat. Kota Waisai adalah salah satu distrik yang berada di Kabupaten Raja Ampat, Distrik ini adalah titik transit bagi wisatawan yang berkunjung dari seluruh Nusantara, dan bandar udaranya dapat dicapai dengan pesawat dari kota-kota besar seperti Manado dan Sorong, atau feri dari kota-kota besar. Raja Ampat terkenal dengan keindahan alam serta keaneka ragaman hayatinya, banyak turis lokal maupun asing yang berkunjung. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa-bahasa di pulau Waigeo, Raja Ampat, Papua? Seperti disebut di atas pulau Waigeo adalah pulau yang berada diantara pulau Halmahera dengan daratan pulau Papua. Teluk Mayalibit garis bahasa anatara Austronesia dan Melanesia? Lalu bagaimana sejarah bahasa-bahasa di pulau Waigeo, Raja Ampat, Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Kamis, 08 Februari 2024

Sejarah Bahasa (287): Bahasa Morotai Bhsa Galela di Pulau Morotai; Nama Lama Gilolo Djailolo, Galela, Moor, Moro dan Morotai


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Morotai adalah nama pulau (kini nama kabupaten) terletak paling utara di Indonesia di timur laut pulau Halmahera. Selama abad ke-15 dan 16, Morotai berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate inti kawasan besar bernama Moro. Pada pertengahan abad ke-16, pulau ini menjadi tempat misi Yesuit Portugis. Kesultanan Muslim Ternate dan Halmahera berusaha mencegah misi itu dari pulau ini pada 1571, Portugis hengkang dari kawasan itu.


Enklave bahasa Galela di Kabupaten Pulau Morotai. Marwia Hi Ibrahim, Dr. Inyo Yos Fernandez. 2010. Anstrak. Bahasa Galela adalah bahasa non-Austronesia. Penutur asli bahasa Galela di Galela Halmahera Utara. Pulau Morotai adalah enklave bahasa Galela. Penduduk asli pulau Morotai adalah “orang Moro” berbahasa Moro, saat ini mengidentifikasikan diri sebagai “orang Morotai”, tetapi tidak menyebut bahasa digunakan sebagai bahasa Morotai karena di sana ada beberapa bahasa, salah satu diantaranya adalah variasi bahasa Galela. Bahasa Galela telah banyak diteliti para ahli linguistik, ahli etnografi maupun para misionaris, tetapi belum ada penelitian tentang hubungan bahasa Galela dengan variasi bahasa Galela di enklave Morotai maupun di tempat lainnya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari sejumlah ciri fonologis, leksikal, morfologis dan sintaksis menunjukkan bahwa hubungan antara variasi bahasa Galela di enklave Morotai dengan Bahasa Galela di Halmahera Utara adalah hubungan dialek bahasa.  (https://etd.repository.ugm.ac.id/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Morotai bahasa Galela di pulau Morotai? Seperti disebut di atas bahasa Galela juga dituturkan di pulau Morotai sebagai dialek bahasa. Nama lama Djailolo, Gilolo, Galela, Moor, Moro dan Morotai. Lalu bagaimana sejarah bahasa Morotai bahasa Galela di pulau Morotai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (286): Bahasa Tidore Orang Tidore di Pulau Tidore (Halmahera); Pulau Kecil Punya Relasi Luas di Maluku-Papua


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Pulau Tidore (dekat pulau Ternate) sebuah pulau kecil di sebelah barat pulau Halmahera. Sebelum masuknya Islam pulau dikenal dengan nama; “Limau Duko/Kie Duko” (pulau bergunung api) yang memiliki gunung api --bahkan tertinggi di gugusan kepulauan Maluku yang dinamakan gunung “Kie Marijang” dan "kie Maburu". Nama Tidore (To ado Re=saya mungkin sampai). Gunung Kie Matubu ketinggian 1730 M dpl. Ada 2 eks benteng Portugis, benteng Tohulu dan Toware (Tore) di bagian barat laut pulau.


Bahasa Tidore adalah bahasa di Maluku Utara, yang dituturkan oleh masyarakat Tidore. Bahasa ini berpusat di Pulau Tidore, namun juga digunakan di beberapa wilayah tetangga Halmahera. Merupakan bahasa Halmahera Utara, tidak seperti kebanyakan bahasa di Indonesia yang termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Tidore dan bahasa Halmahera Utara lainnya mungkin berkerabat dengan bahasa di Semenanjung Kepala Burung, Papua Barat. Tidore merupakan lingua franca daerah yang digunakan untuk komunikasi antaretnis di wilayah Halmahera Tengah. Sejak abad ke-17, bahasa ini mempunyai pengaruh sebagai bahasa perdagangan di wilayah Maluku-New Guinea. Bahasa ini berkaitan erat dengan Ternate, yang terkadang dianggap sebagai dialek. Baik Ternate maupun Tidore telah tercatat secara tertulis setidaknya sejak akhir abad ke-15, menjadi satu-satunya bahasa Papua yang memiliki tradisi sastra asli. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Tidore orang Tidore di pulau Tidore (Halmahera)? Seperti disebut di atas bahasa Tidore mirip bahasa Ternate. Pulau kecil memiliki relasi luas di Maluku dan Papua. Lalu bagaimana sejarah bahasa Tidore orang Tidore di pulau Tidore (Halmahera)? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Rabu, 07 Februari 2024

Sejarah Bahasa (285): Bahasa Melayu dan Isu Promosi Bahasa Standar Kajian Bahasa; Kebutuhan Sekolah Pribumi Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Kongres Bahasa Melayu diadakan di Batam tahun 2015. Dalam kongres ini muncul isu untuk standardisasi bahasa Melayu. Hal itu karena bahasa Melayu sendiri berbeda-beda di setiap negara Asia Tenggara. Bahasa Melayu di setiap negara seperti di Indonesia juga terdiri beragam dialek. Namun kita tidak sedang membicarakan isu dalam kongres itu. Bahwa upaya standardisasi bahasa Melayu sudah dilakukan pada era Pemerintah Hindia Belanda. Hasil standardisasi itu yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia.

Bahasa Melayu Perlu Standarisasi. Ani Nursalikah. Senin 15 Junuari 2015. Republika.co.id. Batam -- Bahasa Melayu perlu standarisasi khusus sebelum dijadikan bahasa persatuan dunia. Standarisasi dilakukan antara lain penamaan bahasa, aspek kebahasaan, ejaan, cara pengucapan. Kepala Badan Pembinaan dan Pengembangan bahasa RI, Mahsun dalam Kongres Bahasa Melayu di Batam Kepulauan Riau, Senin (15/6), mengatakan bahasa Melayu yang berkembang di sebagian Asia Tenggara berbeda-beda, seperti bahasa Melayu Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, Thailand, Filipina Selatan, Kamboja. "Kalau mau menggunakan bahasa Melayu sebagai persatuan dunia, maka perlu standarisasi bahasa," kata dia. Pejabat Ketua Menteri Melaka, Datuk Seri Idris Bin Haji Haron mengatakan "Walaupun bahasa Malaysia merupakan bahasa resmi bangsa, namun penggunaannya Melayu masih bahasa kedua setelah bahasa Inggris," kata dia. (https://news.republika.co.id/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Melayu dan promosi bahasa standar melalui kajian bahasa? Seperti disebut di atas pada masa era Pemerintah Hindia Belanda sudah dimulai upaya standardisasi bahas Melayu yang menjadi cikal bahasa Indonesia. Sekolah Eropa dan sekolah pribumi di Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah bahasa Melayu dan promosi bahasa Melayu melalui kajian bahasa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (284): Bahasa Daerah dan Upaya Melestarikan Melalui Studi; van der Tuuk dan Para Peneliti Bahasa Tempo Dulu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Sebelum bahasa Melayu sebagai lingua franca distandarkan, pada era Pemerintah Hindia Belanda sudah mulai dilakukan penyelidikan bahasa-bahasa daerah. Pencatatan kosa kata dalam bentuk kamus kecil sudah dimulai sejak lama, namun penyelidikan bahasa secara komprehensif dapat dikatakan baru dimulai pada masa HN van der Tuuk dkk.


Herman Neubronner van der Tuuk (24 Oktober 1824 – 17 Agustus 1894) adalah peletak dasar linguistik modern beberapa bahasa yang dituturkan di Nusantara, seperti bahasa Melayu, Jawa, Sunda, Batak Toba, Lampung, Kawi (Jawa Kuno), dan Bali. Dalam buku ”Mirror of the Indies”, Rob Nieuwehuys engutip komentar seorang pendeta Bali (pedanda) yang sangat berpengaruh ketika itu, “Hanya ada satu orang di seluruh penjuru Bali yang tahu dan paham bahasa Bali, orang itu adalah Tuan Dertik (Mr. Van der Tuuk) Di daerah Batak, ia dikenal sebagai Tuan Pandortuk. Sebagai orang sangat berbakat dalam mempelajari bahasa, ia banyak menyusun kamus, seperti kamus bahasa Melayu, Jawa, Batak Toba, Lampung, dan Bali. Buku tata bahasa Batak Toba juga berhasil disusunnya sebagai yang pertama kalinya. Van der Tuuk juga mewariskan dua hukum tentang peralihan konsonan dalam bahasa-bahasa Austronesia. Hukum pertama adalah mengenai pergeseran antara bunyi /r/, /g/, dan /h/, sedangkan yang kedua adalah mengenai pergeseran konsonan antara /r/, /d/, dan /l/. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa daerah dan upaya melestarikan melalui studi? Seperti disebut di atas penyelidikan bahasa-bahasa adalah awal pelestarian bahasa-bahasa daerah di Indonesia. HN van der Tuuk dan para peneliti bahasa daerah tempo doeloe. Lalu bagaimana sejarah bahasa daerah dan upaya melestarikan melalui studi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Selasa, 06 Februari 2024

Sejarah Bahasa (283): Bahasa Asilulu dan Ambon Era Navigasi Pelayaran; Bahasa Asilulu, Saparua, Hila, Haruku dan Nusalaut


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Asilulu adalah salah satu bahasa daerah di Maluku khususnya di sekitar Kota Ambon (pulau Seram, pulau Sapatua, pulau Haruku dan pulau Nusalaut). Bahasa Asilulu terdiri dari sejumlah dialek (perbedaan antara 50-75 persen). Bahasa Asilulu berbeda dengan bahasa Luhu dan bahasa Saleman ((perbedaan 80 persen atau lebih).


Bahasa Asilulu adalah salah satu bahasa daerah di Maluku. Bahasa ini dituturkan di barat laut pulau Ambon, khususnya di Negeri Asilulu, Ureng, dan Negeri Lima; serta beberapa negeri di Semenanjung Huamual dan pantai selatan Seram Bagian Barat. Bahasa Asilulu setidaknya terdiri dari 15 dialek dengan perbedaan antar dialeknya berkisar antara 52% sampai 77% berdasarkan penghitungan dialektometri. Kelima belas dialek tersebut adalah sebagai berikut: (1) kabupaten Maluku Tengah:  Hatuhaha dituturkan di pulau Haruku, Siri Sori dituturkan di Saparua Timur; Tanah Titawai dituturkan di Nusa Laut; Asilulu-Leihitu dituturkan di Leihitu; Hitu dituturkan di Leihitu dan Hila; Tulehu dituturkan di Salahutu; Amahai dituturkan di Amahai; Sepa dituturkan di Amahai; Tamilow dituturkan di Amahai; Tehoru dituturkan di Tehoru; Huaulu dituturkan di Seram Utara; Koa (Manusela) dituturkan di Seram Utara; Kaitetu dituturkan di Leihitu; Kota Ambon: Laha dituturkan di Laha, Teluk Ambon; Kabupaten Seram Bagian Barat: Elpaputih dituturkan di Elpaputih (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Asilulu dan Ambon sejak era navigasi pelayaran? Seperti disebut di atas bahasa Asilulu di wilayah Ambon sekitar. Bahasa Maluku Asilulu, Saparua, Hila, Haruku, Nusalaut. Lalu bagaimana sejarah bahasa Asilulu dan Ambon sejak era navigasi pelayaran? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (282): Bahasa Lamboya di Sumba Barat,Adat Hongi Sumba dan Maori; Benua Australia Era Navigasi Pelayaran


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Nama Sumba sudah lama dikenal, paling tidak sudah disebut dalam teks Negarakertagama (1365). Dalam peta-peta Portugis nama Sumba tetap lestari. Pada masa ini salah satu bahasa di (pulau) Sumba yang tetap lestari adalah bahasa Lamboya di desa Kabu Karudi (suku Welawa) kecamatan Lamboya kabupaten Sumba Barat. Bahasa Lamboya juga di desa Rajaka, Welibo, Sodana, Ringu Rara dan Laboya Dete. Bahasa Lamboya berbeda dengan bahasa Wewewa dan bahasa Wanukaka.


Mengenal Tradisi Adu Hidung di Sumba. Jum'at, 25 Mei 2018. Sumba di Indonesia dan Maori di Selandia Baru terpisah jarak dan berbeda bangsa. Tradisi Adu Hidung yang telah lama ada di masyarakat Sumba, ternyata juga sama dengan tradisi Adu Hidung yang ada di Maori. Di Selandia Baru, adat yang disebut dengan Hongi tersebut merupakan salam perkenalan. Sebuah tradisi unik suku Maori yang dilakukan dengan cara saling bersentuhan hidung dan kening. Suku Maori percaya, Hongi merupakan tradisi kuno dari leluhur yang bermakna napas hidup dari Dewa. Memang saat mengadu hingga menggosokan hidung, kamu bakal mendengar napas orang di depan kamu. Saat saling mendengar napas itulah, suku Maori sudah merasakan jiwa tamunya dan bakal lebih menghormatinya. Adapun bagi masyarakat Sumba, tradisi Adu Hidung merupakan simbol kekerabatan yang sangat dekat. Melambangkan bahwa orang baru tersebut sudah menjadi bagian dari keluarga. Dengan salam itu, dua individu seakan didekatkan tanpa adanya jarak. Makna dari salam cium hidung itu pun dipercaya bisa meredam konflik. (https://daerah.sindonews.com/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Lamboya di Sumba Barat, adat Hongi Sumba dan Maori? Seperti disebut di atas bahasa Lamboya di Sumba Barat. Benua Australia era navigasi pelayaran. Lalu bagaimana sejarah bahasa Lamboya di Sumba Barat, adat Hongi Sumba dan Maori? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Senin, 05 Februari 2024

Sejarah Bahasa (281): Bahasa Maori Asli di Selandia Baru, Bahasa Terpinggirkan Kini Dibangkitkan; Era Portugis Belanda Inggris


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Sebutan bilangan dalam bahasa Maori 1=tahi, 2=rua, 3=toru, 4=wha, 5=rima, 6=ono, 7=whitu, 8=waru, 9=iwa dan 10=tekau, ngahuru. Bagaimana bisa mirip dengan sebutan bilangan/angka satu dalam bahasa Batak disebut sada, sementara dalam bahasa Jawa adalah sidji: 2=dua (loro), 3=tolu (telu), 4=opat (papat), 5=lima (lima), 6=onom (enem), 7=pitu (pitu), 8=walu (wolu), 9=sia (sanga)=10=sapulu (sepuluh).

 

Bahasa Māori (Te Reo Māori) adalah bahasa digunakan bangsa Maori, suku asli di Selandia Baru (Aotearoa). Sebagai bagian subrumpun Oseanik dari rumpun bahasa Austronesia, bahasa ini memiliki hubungan erat dengan bahasa Rarotonga (Kepulauan Cook) dan Tahiti, hubungan sedikit lebih jauh dengan bahasa Hawaii, dan lebih jauh lagi dengan bahasa Samoa dan Tonga. Mulai tahun 1860-an, bahasa Māori mulai terdesak oleh bahasa Inggris. Di akhir abad ke-19, sistem pendidikan Inggris mulai diperkenalkan bagi seluruh penduduk, dan dari tahun 1880-an penggunaan bahasa Māori di sekolah dilarang. Mulai tahun 1980an, para pemimpin bangsa Māori mulai menyadari bahaya hilangnya bahasa mereka, yang dapat berakibat buruk pada identitas budaya bangsa Māori. Kebudayaan Māori yang mulai pupus dicoba diangkat penghidupan kembali bahasa Māori. Umumnya, pelafalan konsonan dalam bahasa Māori mirip dengan bahasa Indonesia/Melayu, termasuk dalam pelafalan konsonan <ng>. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Maori di Selandia Baru, bahasa terpinggirkan kini dibangkitkan? Seperti disebut di atas bahasa Maori di Selandia Baru. Mengapa sebutan bilangan mirip bahasa Jawa dan bahasa Batak? Era Portugis, Belanda hingga era Inggris. Lalu bagaimana sejarah bahasa Maori di Selandia Baru, bahasa terpinggirkan kini dibangkitkan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (280): Bahasa Hiri Motu di Wilayah PortMoresby;Sebanyak 832 Ragam Bahasa-Bahasa di Wilayah Papua Nugini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Hiri Motu, (juga dikenal sebagai Police Motu atau Pidgin Motu adalah bahasa resmi di Papua Nugini selain bahasa Inggris dan Tok Pisin. Hiri Motu merupakan versi sederhana dari bahasa Motu. Perbedaan fonologi dan tata bahasa membuat penutur bahasa Hiri Motu tidak bisa mengerti bahasa Motu, meskipun keduanya sangat mirip.

 

Languages of Papua New Guinea. Official Tok Pisin, English, Hiri Motu, Papua New Guinean Sign Language. Indigenous Papuan languages, Vernacular Hiri Motu (in the New Guinea Highlands), Tok Pisin (nationwide). In 2006, Papua New Guinea Prime Minister Sir Michael Somare stated that "Papua New Guinea has 832 living languages (languages, not dialects).". Most of these are classified as indigenous Papuan languages, which form a diverse sprachbund across the island of New Guinea. There are also many Austronesian languages spoken in Papua New Guinea, most of which are classified as Western Oceanic languages, as well as some Admiralty Islands languages and Polynesian Ellicean–Outlier languages in a few outer islands. Since the late 19th century, West Germanic languages — namely English and German — have also been spoken and adapted into creoles such as Tok Pisin, Torres Strait Creole and Unserdeutsch. Tok Pisin, an English-based creole, is the most widely spoken, serving as the country's lingua franca. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Hiri Motu di wilayah Port Moresby? Seperti disebut di atas bahasa Hiri Motu adalah bahasa perdagangan yang merupakan versi sederhana bahasa Maotu. Sebanyak 832 ragam bahasa-bahasa di wilayah Papua Nugini. Lalu bagaimana sejarah bahasa Hiri Moto di wilayah Port Moresby? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Minggu, 04 Februari 2024

Sejarah Bahasa (279): Peta Bahasa dan Peta Genetik di Nusantara; Sebutan Bilangan dan Peta Navigasi Pelayaran Perdagangan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Peta genetik (studi DNA) adalah satu hal. Peta bahasa adalah lain lagi. Dalam peta bahasa terdapat peta (sebutan) bilangan. Singkatnya selain peta DNA dan peta bahasa, masih banyak peta-peta sejarah lainnya. Bagaimana dengan peta navigasi pelayaran (perdaganga) diantara tiga benua? Benua Asia, benua Amerika dan benua Australia. Apakah peta bahasa dan peta bahasa dapat disandingkan? Fokus dalam hal ini hanya peta bilangan.

 

DNA dari Kerabat Manusia yang Punah Mungkin Telah Membentuk Sistem Kekebalan Tubuh Orang Papua Modern. Freda Kreier. 8 Desember 2022. Penelitian baru bahwa sisa-sisa DNA dari spesies manusia yang telah punah, Denisovan, dalam genom orang Papua modern mungkin telah membantu membentuk sistem kekebalan tubuh mereka. Ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia modern bertemu dan kawin dengan Neandertal--dan juga dengan sepupu dekat mereka, Denisovan. Meskipun Neandertal dan Denisovan kemudian punah (kemungkinan Denisovan masih bertahan hingga 15.000 tahun yang lalu), miliaran orang di seluruh dunia masih membawa bukti interaksi ini dalam DNA mereka. Studi baru, yang diterbitkan pada hari Kamis di PLOS Genetics, bahwa resistensi penyakit mungkin menjadi penyebabnya. Penelitian tersebut—yang dilakukan oleh Irene Gallego Romero, ahli genetika evolusi manusia di Universitas Melbourne—menunjukkan bahwa mutasi tertentu dari Denisovan yang telah lama hilang dapat membantu masyarakat Papua saat ini melawan infeksi virus. (https://www.scientificamerican.com/)

Lantas bagaimana sejarah peta bahasa dan peta genetik di Nusantara? Seperti disebut di atas ada peta bahasa dan ada peta genetic. Apakah ada relasi. Sebutan bilangan dan peta navigasi pelayaran perdagangan. Lalu bagaimana sejarah peta bahasa dan peta genetik di Nusantara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982