Selasa, 13 Februari 2024

Sejarah Bahasa (296): Bahasa Biak Orang Biak Pulau Biak; Garis Navigasi Pelayaran Perdagangan Tempo Doeloe di Pulau Papua


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Biak berasal dari kepulauan Biak di Teluk Cenderawasih. Orang Biak terdiri beberapa sub-suku, seperti Aimando, Betew, Kafdaron, Karon, Usba, dan Wardo yang kebanyakan telah bermigrasi dan menetap di Kepulauan Raja Ampat sejak abad ke-15. Penamaan Biak sendiri diawali zaman pemerintahan kolonial Belanda pada abad ke-17, orang Belanda memberi nama kepulauan Biak-Numfor dengan sebutan Schouten Eilanden. Ada juga yang menyebutnya Numfor, Mafor, Wiak, atau Vyak.


Bahasa Biak (Wós Vyak) adalah salah satu bahasa Austronesia yang dituturkan di Provinsi Papua terutama di pulau Biak, pulau Numfor, dan sekitarnya. Penutur bahasa ini pada tahun 2000 berjumlah 30.000 orang. Bahasa Biak mempunyai beberapa dialek, antara lain: Ariom, Bo’o, Dwar, Fairi, Jenures, Korem, Kaipuri, Manduser, Mofu, Opiaref, Padoa, Penasifu, Samberi, Sampori (Mokmer), Sor, Sorendidori, Sundei, Wari, Wadibu, Sorido, Bosnik, Korido, Warsa, Wardo, Kamer, Mapia, Mios, Num, Rumberpon, Monoarfu, V7ogelkop (Kepala Burung). Bahasa Biak berbeda dengan bahasa Serui Laut, Yawa Onare dan Waran Onate (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Biak orang Biak di pulau Biak? Seperti disebut di atas bahasa Biak dituturkan di pulau Biak dan sekitar. Garis navigasi pelayaran perdagangan tempo doeloe di Papua. Lalu bagaimana sejarah bahasa Biak orang Biak di pulau Biak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Biak Orang Biak di Pulau Biak; Garis Navigasi Pelayaran Perdagangan Tempo Doeloe di Papua

Kepulauan Biak ialah kepulauan yang terletak di Teluk Cenderawasih, lepas pesisir utara Pulau Papua.. Kepulauan ini terdiri atas pulau Biak, Supiori dan Numfor, dan sejumlah pulau yang lebih kecil. Kepulauan Biak dulu disebut pula kepulauan Schouten, yang dinamai menurut penjelajah Willem Schouten. Pulau ini memiliki banyak avifauna endemik dari daerah tunggal manapun di kawasan pantai utara Papua.


BIAK (Biak-Nufor, Nufoorsch, Noefoorsch, Noemfoorsch, Mafoorsch, Myfoorsch) ± 40. 000. Dialects: At leas t two main dialects: Nufor, and Biak. Villages: Kanaki, Karawi, Sorma sen (on Yapen Island); Manokwari; further all villages on the is lands Biak, Supiori, Nufor. Comments: The Biak language has long been the lingua franca along the nort h coast of Irian Jaya from Yapen Island to the Raja Empat Islands (CL Voorhoeve. Languanges of Irian Jaya Checklist Preliminary Classification, Languange Maps, Wordlists (1976).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Garis Navigasi Pelayaran Perdagangan Tempo Doeloe di Papua: Teluk Gelvink

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar