Rabu, 15 Juli 2020

Sejarah Lombok (40): Sejarah Tanjung, Ibu Kota Kabupaten Lombok Utara; Bagaimana dengan Bayan? Jauh di Mata Dekat di Hati


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Kabupaten baru di pulau Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Lombok Utara dengan ibu kota di Tanjung. Mengapa kota Tanjung dipilih dan ditetapkan sebagai ibukota kabupaten Lombok Utara adalah satu hal, sementara hal lainnya adalah bagaimana sejarah (kota) Tanjung sendiri. Yang jelas sejarah kota Tanjung tidak terinformasikan. Bukankah kota Tanjung telah menjadi ibu kota sebuah kabupaten? Itulah mengapa narasi sejarah kota Tanjung diperlukan.

District Tandjoeng (Peta 1908)
Sejak era Pemerintah Hindia Belanda pulau (afdeeeling) Lombok dibagi ke dalam tiga wilayah administratif (onderafdeelin) West Lombok ibu kota Mataram, Oost Lombok ibu kota Selong dan Midden Lombok ibu kota Praja. Pembagian wilayah ini berlanjut hingga Pemerintah Republik Indonesia sebagai kabupaten. Pada tahun 1993 kota Mataram (yang juga menjadi ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat) di kabupaten Lombok Barat ditingkatkan statusnya menjadi Kota (setara dengan kabupaten). Oleh karena kota Mataram juga ibu kota kabupaten Lombok Barat, sehubungan pemisahan wilayah tersebut sebagai Kota, maka ibu kota kabupaten Lombok Barat dipindahkan ke kota Gerung (selatan Kota Mataram). Pada tahun 2008 kabupaten Lombok Barat dimekarkan (kembali) dengan membentuk kabupaten Lombok Utara yang terdiri dari lima kecamatan: Bayan, Gangga, Tanjung, Kayangan dan Pemenang. Kota yang dipilih sebagai ibu kota kabupaten Lombok Utara adalah kota Tandjoeng (di kecamatan Tanjung).

Darimana kita memulai mempelajari sejarah Tanjung? Bukan dari Mataram, ada baiknya mulai dari Bayan. Mengapa? Pada era VOC, wilayah utara pulau Lombok disebut district Bajan. Dalam perkembangannya pada era Pemerintah Hindia Belanda district Baja dimekarkan dengan membentuk distrik Tandjoeng, tetapi kemudian dua district ini disatukan lagi dengan nama District Bajan en Tandjoeng. Nah, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Lombok (39): Sejarah Senggigi dan Sejarah Gili Trawangan; Dari Era Cornelis de Houtman hingga Era Pariwisata Dunia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Pantai Senggigi dan (pulau) Gili Trawangan memiliki sejarah sendiri-sendiri. Namun kedua area ini dapat disatukan karena sama-sama menjadi tujuan wisata di pantai barat pulau Lombok. Dua area wisata ini yang secara geografis berdekatan, juga dijadikan sebagai satu paket perjalanan wisata yang saling melengakapi: pantai Senggigi adalah wisata pantai; Gili Trawangan adalah wisata pulau. Gili dalam bahasa Sasak adalah pulau yang lebih kecil (pulau besarnya adalah Lombok).

Pulau Gili Trawangan (Peta-peta tempo doeloe)
Lupakan sejenak keindahan pantai Senggigi dan pulau Gili Trawangan. Karena kita ingin mempelajari sejarahnya sebelum menjadi destinasi wisata. Namun mempelajari sejarah dua area destinasi wisata ini tidak mudah, karena sejarahnya masing-masing kurang terinformasikan. Hal itulah yang menyebabkan mengapa pantai Senggigi dan pulau Gili Trawangan yang diperhatikan keindahannya saja dan tidak terinformasikan sejarahnya. Padahal destinasi wisata tidak berdiri sendiri tetapi juga terkait dengan sejarahnya. Memahami sejarah pantai Senggigi dan pulau Gili Trawangan akan memperkaya kunjungan wisatanya. Itulah mengapa sejarah pantai Sengigigi dan pulau Gili Trawang diperlukan.

Lalu seperti apa sejarah pantai Senggigi dan pulau Gili Trawangan? Itulah yang menjadi tugas kita untuk membacanya. Untuk itu kita harus memutar jarum jam kembali ke masa lampau yakni sejak ekspedisi pertama Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman (1597). Dari titik waktu inilah kita mulai mempelajari sejarah pantai Sengigigi dan pulau Gili Trawangan. Nah, untuk itu, agat menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 14 Juli 2020

Sejarah Lombok (38): Pijot, Pidjot, Piju, Pidjoe; Pelabuhan Terbaik di Pulau Lombok Tempo Doeloe [Jerowaru, Lombok Timur]


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Tidak seorang pun  kini mengingat nama Pidjot atau Pidjoe dalam sejarah Lombok. Pada masa ini nama Pijot hanyalah sebuah nama desa terpencil di kecamatan Keruak, kabupaten Lombok Timur. Karena itu pula orang tidak menganggapnya penting. Namun, jangan lupa, Pidjot tempo doeloe bukanlah kampong kecil, tetapi pelabuhan besar. Pelabuhan Pidjot memang tidak sebesar pelabuhan Ampenan, tetapi pelabuhan Pidjoe awalnya lebih sibuk dari pelabuhan Laboehan Hadji, bahkan pelabuhan Pidjoe sudah dikenal sebelum pelabuhan Lembar (Laboehan Tring) ditemukan.

Sejarah keberadaan (pelabuhanI Pijot semakin terabaikan dan terlupakan karena banyak faktor. Satu faktor penting adalah nama desa Pijot masa kini berada di kecamatan Keruak, kabupaten Lombok Timur. Sementara posisi geografisnya secara aktual pelabuhan Pidjot tempo doeloe, kini tepat berada di desa Jerowaru, kacamatan Jerowaru, kabupaten Lombok Timur. Perbedaan inilah yang menyebabkan sejarah pelabuhan Pijot menjadi kabur. Lantas mengapa begitu? Sebelum kita membuktikannya, anggaplah pelabuhan Pijot adalah desa Jerowaru yang sekarang. Pada awalnya wilayah teritorial kampong Pidjot ini sangat luas. Namun dalam perkembangnya jelang sensus pada tahun 1930 sejumlah kampong disatukan untuk menjadi desa. Boleh jadi nama desa yang dipilih adalah desa Jerowaru. Dalam perkembangannya masing-masing desa ini mengalami pemekaran. Lalu desa-desa yang berdekatan kemudian disatukan dengan membentuk kecamatan yang namanya mengambil nama Jerowaru. Terakhir, kecamatan Jerowaru dimekarkan dengan membentuk kecamatan Keruak. Celakanya, desa Pijot masuk kecamatan Keruak. Kampong Pijot yang menjadi desa sekarang tidak lagi berada di tempat asalnya, demikian juga kampong Djerowaroe yang menjadi nama desa tidak lagi berada di tempat asal (menempati kampong Pidjoe/Pidjot tempo doeloe). Bingung, bukan? Tidak apalah sedikit bingung, yang jelas persoalan serupa ini banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia.

Fakta sejarah seringkali kabur oleh kemajuan jaman. Meski nama Pidjoe atau Pidjot sudah lama terlupakan, tetapi sejarah tetaplah sejarah. Sebab sejarah adalah narasi fakta dan data. Tempo doeloe tidak ada pelabuhan di pantai selatan (pulau) Lombok, oleh karenanya jika terjadi badai, semua kapal yang melintas di selatan pulau akan merapat ke pelabuhan Pidjoe. Sebab, pelabuhan Pidjoe adalah pelabuhan yang tenang dan aktivitas perdagangannya yang sangat ramai. Nah, untuk sekadar mengingat nama Pijot dan untuk menambah pengeatahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Catatan: dalam artikel ini penulisan Piju, Pidjoe, Pijot dan Pidjot saling menggantikan.

Senin, 13 Juli 2020

Sejarah Lombok (37): Bahasa dan Aksara Sasak; Literatur Tentang Penduduk Sasak di Lombok dan Kamus Melayu-Sasak (1847)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Setiap kelompok penduduk memiliki bahasa sendiri-sendiri. Di Indonesia, paling tidak terdapat sebanyak 742 bahasa termasuk di dalamnya bahasa Sasak (yang umumnya digunakan oleh penduduk Sasak di pulau Lombok). Seperti kata sejarawan, bahasa seumur dengan usia kelompok penduduk (etnik). Ini berarti usia bahasa Sasak setua penduduk Sasak di Lombok, namun sulit diketahui seberapa tua. Aksara dan literatur adalah perkembangan lebih lanjut dari penggunaan bahasa itu sendiri. Dalam interaksi sosial di luar penutur bahasa, penulisan kamus dimaksudkan untuk mempermudah proses komunikasi orang asing dengan penduduk penutur bahasa.

Bahasa adalah elemen budaya yang paling mendasar dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Seperti kata pepatah ‘bahasa menunjukkan bangsa’. Sementara aksara adalah sistem tulisan yang karakternya diimpor dari luar yang tetap dipertahankan atau dilakukan modifikasi. Tulisan dengan menggunakan aksara adalah cara mengkoding ucapan (berbahasa). Sedangkan tulisan dalam hal ini adalah wujud perkembangan sosial-budaya yang direkam ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa tersebut (dalam hal ini bahasa Sasak). Perekaman itu dapat ditulis pada batu (prasasti), daun lontar, bambu, kulit kayu dan tentu saja kertas yang umumnya digunakan oleh orang-orang Eropa-Belanda apakah berisi tentang sejarah, sastra dan lainnya.

Lantas bagaimana sejarah bahasa, aksara dan sastra penduduk Sasak di Lombok? Kurang terinformasikan karena jarang ditulis dalam bahasa Sasak. Literatur yang ada saat ini selalu dikaitkan dengan Babad Lombok yang disebutkan ditulis pada abad ke-18. Namun dalam artikel ini, sumber yang digunakan dari berbagai sumber (bahasa dan aksara) yang ditulis di kertas pada era VOC dan Pemerintah Hindia Belanda. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 12 Juli 2020

Sejarah Lombok (36): Lingsar, Pura, Puri, Kolam Ikan Ratusan Tahun; Kepercayaan (Islam) Waktoe Teloe di Lombok Utara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Lingsar, nama yang unik, yang mungkin hanya ada di pulau Lombok. Yang mirip dengannya adalah nama Langsar di Atjeh [kini, Langsa]. Tempo doeloe, di (kampong) Lingsar juga ada yang unik. Penduduknya terdiri dari tiga kelompok yang memiliki kepercayaan yang berbeda: penduduk Bali beragama Hindu dan penduduk Sasak yang  beragama Islam waktoe lima dan yang memiliki kepercayaan (Islam) waktoe teloe. Hal yang unik lainnya pura di Lingsar sama-sama digunakan oleh penduduk Bali beragama Hindu dan penduduk Sasak berkepercayaan (Islam) waktoe teloe. Mengapa?

Kolam besar Lingsar (1894)
Tempo doeloe juga di Lingsar terdapat puri. Puri ini adalah tempat peristirahatan dari (pangeran) kerajaan Bali Selaparang. Kampong Lingsar tidak jauh dari Narmada (puri yang lain dari kerajaan Bali Selaparang). Selain pura dan puri, di Lingsar juga terdapat kolam besar yang panjangnya 150 meter dan lebarnya 25 meter. Satu yang unik lagi, di Lingsar terdapat ikan yang berumur ratusan tahun. Di kolam ikan ini banyak ditemukan koin yang dikorbankan oleh para pengunjung untuk menarik perhatian tiga ikan (semacam belut) tersebut keluar dari liangnya. Para penjaga memberi makan ikan tersebut dengan telur rebus.

Sejarah Lingsar tentu sangat menarik, tetapi bagaimana terbentuk sejarah Lingsar kurang terinformasikan. Lingsar hanya dilihat dari sudut masa kini yakni pura dan taman Lingsar dan kolam ikan berumur ratusan tahun serta adanya agama dan kepercayaan yang berbeda. Nah, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 11 Juli 2020

Sejarah Lombok (35): Wisatawan Tempo Doeloe di Pulau Lombok; Rute Perjalanan, Pesanggrahan dan Tujuan Tempat Wisata


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini, pulau Lombok telah menjadi destinasi wisata yang sudah dikenal luas dan mendunia. Bagaimana suasana maraknya wisatawan dan para pegiat pariwisata di Lombok sudah diketahui apakah dengan membaca tulisan di berbagai media atau Youtube. Tempat-tempat destinasi wisata juga sudah diketahui misalnya di Senggidi, pulau Trawangan dan atau pantai eksotik di selatan Lombok di Kuta. Namun bagaimana wisatawan di Lombok pada tempo doeloe tentu saja tidak ada yang peduli dan tidak ada tulisan mengenai itu.

Beberapa daerah sudah ada yang memulai mengkreasi wisata sejarah. Destinasi wisata yang dikembangkan selain pengembangan museum, juga tempat-tempat wisata yang memiliki riwayat masa lampau diintegrasikan antara panorama dengan diorama. Banyak sekarang bangunan-bangunan baru di dalam kota dengan yang mengusung tema masa lampau untuk membangkitkan kenangan atau kisah masa lalu seperti patung, tugu atau menghadirkan kembali benda-benda masa lalu. Lantas bagaimana dengan kisah-kisah para wisatawan tempo doeloe? Tentu saja belum masuk dalam daftar tema.

Wisatawan dan tempat-tempat destinasi pariwisata tempo doeloe tentu saja sudah berbeda dengan yang sekarang. Namun apa pentingnya perihal tempo doeloe pada masa kini? Mungkin tidak relevan, tetapi juga masih dapat dianggap berguna. Paling tidak dapat menjadi bahan bagi pegiat pariwisata maupun para pemandu wisatawan. Bagi pemerintah daerah bisa menjadi stimuli untuk mengkreasi pengembangan wisata lama dalam suasana baru di Lombok. Kalau begitu seperti apa para wisatawan dan tempat-tempat destinasi pariwisata tempo doeloe. Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 10 Juli 2020

Sejarah Lombok (34): Pemberontakan Praya 1896; Terbentuknya Cabang Pemerintahan Baru di Midden Lombok (Lombok Tengah)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini
 

Segera Perang Lombok berakhir (1894) Pemerintah Hindia Belanda membentuk cabang pemerintahan di Lombok yang dibagi dua wilayah Oost Lombok dan West Lombok. Reklamasi penduduk Bali, pemulangan penduduk Sasak dari pengungsian dan pemberian bantuan ternak dan peralatan pertanian serta penataan pemerintahan lokal menjadi tugas-tugas awal Asisten Residen di Ampenan dan Controleur Oost Lombok di Sisik. Pada fase inilah muncul beberapa pemberontakan di bagian tengah Lombok.

Awal mula intervensi Pemerintah Hindia Belanda di Lombok adanya pemberontakan yang dilancarkan penduduk Sasak terhadap (pangeran-radja) Bali Selaparang yang ber ibu kota di Mataram. Penderitaan penduduk Sasak dan bahaya kelaparan dan perintaan para pemipin Sasak untuk intervensi Peerintah Hindia Belanda menyebabkan kerajaan Bali Selaparang dalam dilema. Populasi penduduk Sasak yang besar dan kehadiran Peerintah Hindia Belanda tidak begitu saja kerajaan Bali Selaparang menyerah. Akhirnya terjadilah ekspedisi militer Belanda yang kemudian pasukan kerajaan Bali Selaparang dapat ditaklukkan. Penduduk Sasak sedikit bernapas lega dan mulai membangun kembali.

Lantas seperti apa pemberontakan yang terjadi, khususnya di sekitar Praya? Kurang terinformasikan. Yang jelas Pemerintah Hindia Belanda baru membentuk cabang Pemerintah Hindia Belanda di Lombok dan mempromosikan tingkat kesejahteraan penduduk apakah penduduk Sasak maupun penduduk Bali. Apa yang menyebabkan munculnya pemberontakan dan siapa-siapa yang memimpin pemeberontakan dan kejadiannya dimana saja? Semua itu dapat dijadikan satu judul saja: Pemberontakan di Praya. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional Indonesia, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 09 Juli 2020

Sejarah Lombok (33): Monumen Lombok di Kota Mataram (1900-1942); Perang Lombok Dikenang Karena Tragedi dan Kemenangan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Tempo doeloe, di Mataram ada Monumen Lombok. Sekarang sudah tentu tidak ada lagi, sudah dilupakan, tidak ada lagi yang ingat. Monumen Lombok pernah ada dan benar-benar adanya. Karena ada, Monumen Lombok tersebut tetap menjadi bagian sejarah Lombok, khususnya sejarah Kota Mataram. Ketika masih ada, Monumen Lombok sangat dikenang orang-orang Belanda. Pada monumen tersebut dicatat nama-nama yang tewas dalam Perang Lombok 1894-1895.

Nieuwsblad van het Noorden, 25-08-1937
Monumen di era Hindia Belanda dijadikan sebagai tugu peringatan, yakni untuk memperingati para pahlawan Pemerintah Hindia Belanda yang gugur dala perang. Namun tugu peringatan (monuen) hanya dibangun untuk peristiwa yang dianggap hebat dan memberi kesan mendalam bagi banyak orang. Di Batavia ada tugu yang dibangun yang disebut Monumen Michiels untuk mengenang para pahlawan yang gugur dalam Perang Padri di pantai barat Sumata dan Monumen Atjeh untuk meperingati kemenangan dala Perang Atjeh. Monuen lainnya Monummen Tamiang dibangun di Medan untuk mengenang kemenangan dalam Perang Tamiang dan Monumen Lombok dibangun di Mataram untuk mengenang tragedi dan kemenangan Pemerintah Hindia Belanda di Lombok dalam melawang kerajaan Bali Selaparang.

Bagaimana kisah Monumen Lombok? Nah, itu dia. Sulit ditemukan tulisan tentang riwayatnya. Monumen Lombok ini awalnya kurang berterima di Lombok, namun karena terus didesak oleh berbagai pihak termasuk keluarga pahlawan yang gugur akhirnya monumen diberdirikan. Selama monumen ini tetap berdiri banyak dikunjungi oleh orang-orang Belanda. Ketika terjadi pendudukan militer Jepang, monumen tersebut dihilangkan karena monumen tersebut tidak disukai oleh orang Bali di Lombok. Nah, untuk menambah pengetahuan tentang keberadaan Monumen Lombok dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 08 Juli 2020

Sejarah Lombok (32): Sejarah Awal Moda Transportasi di Pulau Lombok; Pelabuhan, Jalan, Kereta Api dan Lapangan Terbang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Satu hal yang penting dalam sejarah kota-kota atau tempat-tempat penting di Indonesia adalah soal moda transportasi. Pertumbuhan dan perkembangan transportasi mengiringi sejarah itu sendiri. Namun sangat jarang sejarawan memperhatikan dan menulis moda transpoertasi tersebut. Tentu saja sejarah moda transportasi di pulau Lombok luput dari perhatian. Padahal liputan sejarah akan membantu secara kontekstual bagi pengambil kebijakan sehubungan dengan usulan-usulan perencanaan pembangunan pada masa kini.

Moda transportasi kereta Api di Lombok (Peta 1940)
Moda transportasi kuno, pelabuhan dan jalan raya di pulau Lombok seumur dengan sejarah (pulau) Lombok. Cornelis de Houtman, pimpinan ekspedisi Belanda pertama tahun 1597 telah mencatat keberadaan pelabuhan Lombok di teluk yang berada di timur pulaunya penduduk Sasak. Tentu saja Cornelis de Houtman tidak memmbayangkan suatu jenis moda transportasi lainnya di pulau Lombok di masa yang akan datang akan muncul. Setelah populernya moda transportasi kereta api di Eropa, cabang Pemerintah Hindia Belanda di Lombok mengusulkan pentingnya moda transportasi dibangun di Lombok. Demikian juga ketika pesawat sudah meretas udara Hindia Belanda, pendaratan pesawat di Lombok juga dilakukan, tidak di daratan, tetapi dilakukan di perairan pantai Ampenan.

Lantas mengapa rencana pembangunan kereta api di pulau Lombok tidak terwujud? Demikian juga mengapa tidak pernah muncul gagasan pembangunan lapangan terbang di Lombok? Yang jelas, pada masa kini pembangunan bandara di Lombok sudah terwujud, tetapi tidak dengan pembangunan jalur kereta api. Usulan yang mengemuka belakangan ini adalah pengadaan moda transpoertasi kereta api di pulau Sumbawa. Apakah usulan kereta api di pulau Lombok dan pulau Sumbawa akan terwujud? Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 07 Juli 2020

Sejarah Lombok (31): Sejarah Sepak Bola di Lombok Awal Mula di Ampenan; Riwayat Stadion Malomba, Pacuan Kuda di Selong


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada sejarah sepak bola di Lombok? Tentu saja ada, tetapi mungkin sulit dicari. Sepak bola adalah olah raga yang populer untuk semua lapisan masyarakat dimanapun berada, baik di kota-kota maupun di wilayah pedesaan. Di Lombok, permainan sepak bola juga populer. Oleh karena itu sejarah sepak bola di Lombok haruslah tetap dicari. Sejarah sepak bola jangan sampai hilang selamanya. Selagi kita ingin terus mencarinya, sejarah sepak bola tidak akan hilang.

Sejarah sepak bola di Lombok tidak hanya merujuk pada Perslobar Lombok Barat, Perslotim Lombok Timur, PS Mataram, PSLT atau Loteng Raya FC dan lainnya. Sejarah sepak bola tentu saja tidak hanya soal klub, tetapi juga setiap pertandingan sepak bola yang pernah dimaainkan oleh penduduk. Sejarah sepak bola di Indonesia secara khusus diperkenalkan oleh orang-orang Belanda. Mereka juga yang menginisiasi terbentuknya klub, perserikatan (bond) dan penyelenggaraan kompetisi (turnamen), Tentu saja sepak bola di Lombok awalnya diperkenalkan oleh orang-orang Belanda. Lalu pertanyaannya dimana kali pertama diadakan dan tahun berapa dimulai? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi penting, karena itulah awal sejarah sepak bola di Lombok hingga kini kita kenal Persilotim, Perselobar dan klub-klub lainnya.

Lantas bagaimana kita memulainya dan dimulai darimana? Yang jelas jangan tanya PSSI. Sebab sejarah PSSI lahir dari sejarah sepak bola rakyat, sejarah klub dan sejarah orang-orang yang bergiat mempopulerkan sepak bola. Kalau begitu, kita harus susun sendiri. Sebab sejarah sepak bola Lombok akan mendampingi klub-klub dari Lombok ke tangga prestasi regional dan nasional. Syukur-syukur PSSI mau membantu Lombok untuk membangun stadion bertaraf internasional. Tidak hanya sirkuat MotoGP, toh. Okelah. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 06 Juli 2020

Sejarah Lombok (30): Orang Sasak Lombok Naik Haji Sejak Tempo Doeloe; Embarkasi Pelabuhan Ampenan Atau Laboehan Hadji?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Ada buku berjudul Orang Jawa Naik Haji. Juga ada buku berjudul Orang Batak Naik Haji. Tentu saja ada tulisan-tulisan lainnya seperti Orang Sunda Naik Haji dan Orang Bugis Naik Haji. Okelah, sekarang kita tambahkan Orang Sasak Naik Haji. Lantas apa pentingnya? Yang jelas belum ada judul seperti itu. Namun tentu saja tidak hanya karena itu. Orang Sasak sejatinya sudah sejak dari doeloe melakukan perjalanan haji ke Mekkah.

Di pulau Lombok ada nama tempat yang menggunakan nama haji, yakni pelabuhan Labuhan Haji. Lepas dari apakah orang Sasak sudah pernah naik haji, yang jelas nama tempat Laboehan Hadji sudah lama namanya ada. Tidak ada nama tempat yang disebut (Laboehan) Hadji kecuali hanya di pulau Lombok. Pelabuhan berarti tempat datang dan perginya orang-orang melalui laut (pelayaran). Lantas apakah asal-usul nama Laboehan Hadji karena pedagang-pedagang dari Timur Tengah datang dan berlabuh di Lombok? Atau apakah nama Laboehan Hadji berasal-usul karena banyak penduduk Sasak yang melakukan perjalanan haji melalui pelabuhan di pantai timur Lombok tersebut?

Bagaimana sejarah perjalanan haji orang Sasak dari pulau Lombok? Nah, itu yang menjadi inti pertanyaannya yang merujuk pada judul tulisan ini. Lalu, apakah sudah ada tulisan yang menarasikan sejarah (perjalanan) haji penduduk Sasaka? Tampaknya belum. Itulah mengapa judul tulisan di atas penting dinarasikan. Okelah, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.