Selasa, 07 Juli 2020

Sejarah Lombok (31): Sejarah Sepak Bola di Lombok Awal Mula di Ampenan; Riwayat Stadion Malomba, Pacuan Kuda di Selong


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada sejarah sepak bola di Lombok? Tentu saja ada, tetapi mungkin sulit dicari. Sepak bola adalah olah raga yang populer untuk semua lapisan masyarakat dimanapun berada, baik di kota-kota maupun di wilayah pedesaan. Di Lombok, permainan sepak bola juga populer. Oleh karena itu sejarah sepak bola di Lombok haruslah tetap dicari. Sejarah sepak bola jangan sampai hilang selamanya. Selagi kita ingin terus mencarinya, sejarah sepak bola tidak akan hilang.

Sejarah sepak bola di Lombok tidak hanya merujuk pada Perslobar Lombok Barat, Perslotim Lombok Timur, PS Mataram, PSLT atau Loteng Raya FC dan lainnya. Sejarah sepak bola tentu saja tidak hanya soal klub, tetapi juga setiap pertandingan sepak bola yang pernah dimaainkan oleh penduduk. Sejarah sepak bola di Indonesia secara khusus diperkenalkan oleh orang-orang Belanda. Mereka juga yang menginisiasi terbentuknya klub, perserikatan (bond) dan penyelenggaraan kompetisi (turnamen), Tentu saja sepak bola di Lombok awalnya diperkenalkan oleh orang-orang Belanda. Lalu pertanyaannya dimana kali pertama diadakan dan tahun berapa dimulai? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi penting, karena itulah awal sejarah sepak bola di Lombok hingga kini kita kenal Persilotim, Perselobar dan klub-klub lainnya.

Lantas bagaimana kita memulainya dan dimulai darimana? Yang jelas jangan tanya PSSI. Sebab sejarah PSSI lahir dari sejarah sepak bola rakyat, sejarah klub dan sejarah orang-orang yang bergiat mempopulerkan sepak bola. Kalau begitu, kita harus susun sendiri. Sebab sejarah sepak bola Lombok akan mendampingi klub-klub dari Lombok ke tangga prestasi regional dan nasional. Syukur-syukur PSSI mau membantu Lombok untuk membangun stadion bertaraf internasional. Tidak hanya sirkuat MotoGP, toh. Okelah. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Lapangan sepak bola, stadion Malomba (Now)
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Awal Sepak Bola di Lombok

Usia sepak bola di pulau Lombok sudah tua. Itu bermula ketika terjadi Perang Lombok (antara Pemerintah Hindia Belanda dan penduduk Sasak di satu pihak dan kerajaan Bali Selaparang di pihak lain). Perang Lombok sendiri dimulai tahun 1894. Pelabuhan Ampenan dijadikan sebagai tempat kapal berlabuh yang membawa pasukan untuk mendarat lalu memasuki pedalaman. Kota Ampenan menjadi tempat garnisun militer dan juga tempat dimana pemerintahan sipil (Controleur) berkedudukan. Sementara itu, pasukan juga memasuki pedalaman Lombok dari timur pulau di Labohan Hadji.

Pasca perang, Pemerintah Hindia Belanda menata kembali cabang pemerintahan di Afdeeeling (pulau) Lombok. Awalnya terdiri dari dua onderafdeeling kemudian menjadi tiga onderafdeeeling: Onderafdeeling West Lombok ibu kota di Mataram; Onderafdeeling Oost Lombok ibu kota di Sisik; dan Onderafdeeling Midden Lombok dengan ibu kota di Praja. Pada tahun 1897 ibu kota Oost Lombok dipindahkan dari Sisik ke Selong. Kota Ampenan sendiri kembali menjadi ke kondisi semula sebagai pelabuhan laut.

Pasca perang Lombok, jumlah pasukan di Lombok secara bertahap dikurangi sehubungan dengan situasi dan kondusi yang makin kondusif. Di kota Ampenan, meski wilayah selatan sungai Djangkok tetap menjadi area orang Eropa-Belanda. keberadaan garnisun militer tetap dipertahankan. Garnisun ini dipimpin oleh seorang perwira militer dan pasukan terdiri dari gabungan tentara Belanda dan pribumi (yang berasal dari luar Jawa).

Wilayah selatan sungai Djangkok adalah area orang Eropa-Belanda. Sementara utara sungai Djangkok adalah area perkampongan pribumi. Kota Ampenan sudah sejak lama (bahkan sejak era VOC) terdiri dari empat perkampongan yang namanya sesuai dengan asal-usul penghuninya: Melajoe, Boegis, Sasak dan Bali. Pelabuhan berada di wilayah perkampongan Melajoe. Dalam perkembangannya, barak militer eks Perang Lombok di kota Apenan dirobohkan dan dijadikan sebagai lapangan rumput. Sedangkan rumah perwira militer juga dirobohkan karena akan dibangun sekolah. Lapangan rumput inilah yang diduga kuat yang kini menjadi stadion sepak bola Malomba. Sekolah yang dibangun tersebut diduga kuat kini dikenal sebagai sekolah dasar (SD) negeri 1 Ampenan.

Dalam perkembangannya, barak militer eks Perang Lombok di kota Ampenan dirobohkan dan dijadikan sebagai lapangan rumput. Sedangkan rumah bangunan kayu perwira militer juga dirobohkan karena akan dibangun sekolah. Lapangan rumput inilah yang diduga kuat yang kini menjadi stadion sepak bola Malomba. Sekolah yang dibangun tersebut diduga kuat kini dikenal sebagai sekolah dasar (SD) negeri 1 Ampenan. Garnisun dan barak yang dipertahankan hanya yang berada di Mataram (angakatan darat). Pelabuhan Ampenan setiap tahun dijadikan angkatan laut sebagai area latihan perang (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 04-10-1910). Para militer angkatan laut inilah yang kerap bermain sepak bola di lapangan Ampenan tersebut.

Bataviaasch nieuwsblad, 04-10-1910: ‘Setiap tahun dari awal Mei hingga akhir Juli, kapal-kapal skuadron Belanda untuk Ampenan di Lombok berkumpul untuk mengadakan latihan bersama. Situs ini sangat cocok untuk kegiatan seperti itu. Selat Lombok, yang memisahkan Bali dan Lombok sangat dalam dan bersih yaitu tidak ada terumbu di dalamnya. Bagian jalan tersempit masih ada 8 mil laut lebarnya, sementara Ampenan berada di teluk sehingga medannya jauh lebih luas disana. Pada musim timur, angin sepoi-sepoi sampai siang atau ada angin sepoi-sepoi dari selatan yang agal lebih keras di malam hari, tetapi dimana seseorang benar-benar terlindung di pelabuhan....Orang-orang asing Lombok sedikit menarik celana mereka dan berpikir bahwa kaki mereka basah dianggap segar, yang mana mereka berjalan lebih jauh dengan sepatu basah, stocking, celana panjang dan pelindung kaki menjadi kenikmatan imajiner. Sementara penduduk pribumi begitu terbiasa dengan latihan perang utama itu, bahkan ketika baku tembak disimulasikan dengan menembak dengan kartrid longgar, mereka tidak akan kehilangan satu inci pun pandangan mata. Kemudian sekali lagi orang melihat di kejauhan dari pelabuhan mengepul salah satu kapal dengan bendera merah ditanda atas yang ditembak dengan meriam...Ini adalah kegiatan yang menyenangkan yang sangat bermanfaat bagi keterampilan staf angkatan laut. Mereka itu sibuk sepanjang hari dan siapa pun yang berpikir bahwa seluruh kru selalu dapat beristirahat selama waktu luang yakni dengan sepak bola dimainkan, bermain tenis, sepatu roda, jogging, berlayar, dll. Dan pada pukul delapan malam semua kru kembali ke kapal untuk mengumpulkan pasukan untuk hari berikutnya. Hanya hari Minggu yang dihabiskan untuk kesenangan masing-masing, ada yang melakukan perjalanan indah di pedalaman dan juga adakalanya pesta piknik atau berburu dirancang tidak jauh dari teluk. Ada rusa, babi hutan dan merpati sehingga para pemburu dapat melakukan pekerjaan mereka baik pada permainan kasar maupun kecil.Kompetisi diselenggarakan pada akhir musim. Menembak dengan pistol, berlayar, mendayung adalah urutan hari itu...Selama lima belas tahun hingga sekarang, angkatan laut secara teratur datang ke Ampenan, dan tidak ada yang dilakukan untuk membuatnya sedikit lebih menyenangkan bagi orang-orang di Ampenan’.

Para kru angkatan laut diduga adalah orang-orang yang pertama memperkenalkan sepak bola di pulau Lombok. Itu dimulai di lapangan kota Ampenan. Di Kota Mataram, tidak terdeteksi adanya kegiatan olah raga. Yang ada adalah monumen Perang Lombok tidak jauh dari kantor Asisten Residen dan garnisun militer. Lapangan Mataram hanya digunakan untuk parade. Bagi orang Belanda suasana di kota Mataram masih diliputi rasa trauma perang (Perang Lombok 1894-1895). Kota Mataram tidak seaman di Ampenan dan di Selong. Di dua kota inilah orang-orang Eropa terutama militer terlibat dalam kegiatan olahraga, di Ampenan kegiatan sepak bola dan tennis, di Selong kegiatan tennis dan pacuan kuda. Sementara itu diantara kota Matara dan kota Selong tedapat suatu pesanggrahan di Narmada (eks puri Radja Bali Selaparang). Kolam renang yang terdapat di dekat pesanggrahan Narmada ini dijadikan untuk tempat berenang bahkan untuk pelancong yang belum bisa berenang sama sekali. Hal ini karena airnya dapat diatur sesuai kedalaman kolam yang dibutuhkan (lihat De Indische courant, 08-11-1922).

‘Tidak ada pasanggrahan di Laboean Hadji. Namun, tempat berlindung yang sangat baik menawari kami pasanggrahan darat 6 Kmdi Selong. Kami juga melihat disini bahwa pacuan kuda di Lombok adalah olahraga yang populer dan asli. Sampai sekarang pacuan kuda di Selong telah direlokasi dari jalan raya. Oleh pasukan zeni, arena balap besar telah dibuat yang dibantu oleh dua ribu orang dalam tiga hari yang akan diresmikan segera’ (lihat buku eksiklopedia pariwisata berjudul Met de camera door Nederlandsch-Indie yang diterbitkan tahun 1923).

Kegiatan sepak bola, berburu, pacuan kuda dan renang menjadi jenis olah raga yang sering muncul bagi orang-orang Eropa-Belanda baik sebagai pejabat di Lombok maupun kru kapal laut dan para wisatawan. Namun kegiatan yang kerap dilakukan oleh penduduk pribumi adalah kegiatan sepak bola dan pacuan kuda.

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar