*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sibolga dalam blog ini Klik Disini
Nama Ferdinand Lumban Tobing dan Bandara
Pinangsori tidak terpisahkan. Peran FL Tobing pada awal pembangunan bandara di
Pinangsori begitu penting. Itu terjadi pada era perang kemerdekaan. Celakanya,
sebelum bisa difungsikan yang pertama menggunakan adalah NICA/Belanda. Pasca
pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, tepatnya pada saat hangat-hangatnya
perlawanan Sumatra Tengah terhadap pusat (Djakarta), kembali FL Tobing mengurus
perbaikan bandara di Pinang Sori. Sejak itulah bandara di Pinangsori secara
bertahap dioperasikan. Kelak nama FL Tobing ditabalkan menjadi nama bandara di
Pinangsori.
|
De Sumatra post,
04-11-1935 |
Pesawat pertamakali mendarat di Indonesia adalah di
Medan. Dari Medan ke Singapura dan dari Singapura ke Batavia. Itu terjadi pada
tahun 1924. Penerbangan pertama ini merupakan langkah radikal dalam
transportasi Belanda (Nederland) dengan Indonesia (baca: Hindia Belanda). Jalur
perdana Medan-Singapoera-Batavia ini kemudian menjadi jalur internasional dari
Batavia ke Eropa/Belanda. Namun demikian, penerbangan domestik justru dimulai
di Jawa baru kemudian menyusul di Sumatra. Rencana baru dimulai tahun 1926
yakni membangun jalur baru: Batavia, Telok Betong, Moeara Bliti, Pajacombo,
Padang Sidempoean dan Medan terus ke Kota Radja. Namun dalam perkembangan
rencana berubah dengan membuat dua rute (timur dan barat Sumatra). Pada tahun
1934 jalur Batavia-Padang akan diteruskan ke Medan melalui Padang Sidempoean
dan (sekitar danau) Toba. Rencana pembangunan bandara Padang Sidempuan ini
ternyata mendapat penolakan dari sebagian penduduk sebagaimana dilaporkan oleh
De tribune: soc. dem. Weekblad, 16-12-1935. Alasannya jika ada bandara diPadang
Sidempoean (yang hanya terbatas untuk orang Eropa/Belnada) akan mempromosikan
penerbangan militer di wilayah, sementara di sisi lain penduduk banyak yang
lapar dan kesusahan.
Menjelang selesainya bandara di Padang, pada
tahun 1938 kembali muncul gagasan membuat bandara penghubung untuk jalur
Batavia, Padang dan Medan, tidak lagi di Padang Sidempoean tetapi dipilih di
Sibolga (lihat De Sumatra post, 23-04-1938). Namun sebelum rencana baru
benar-benar dilaksanakan mulai terjadi pendudukan militer. Di Sibolga terjadi pemboman
militer Jepang pada tanggal 20 Janari (lihat De Sumatra post, 21-01-1942).
Rencana bandara kembali masuk laci (selama pendudukan militer Jepang). Untuk
lebih memhami secara keseluruhan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.