*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini
Seperti
suku Asmat, suku Dani di Papua juga dikenal luas. Penduduk suku Dani mendiami
lembah terkenal, Lembah Baliem di pedalaman Papua. Seperti suku Amungme di masa
lampau seakan terisolasi di pedalaman, suku Dani juga terisolasi dan tidak
memiliki akses ke pantai (dunia luar). Oleh karena itu penduduk suku Dani untuk
waktu yang lama memiliki cara hidup yang tetap orisinil. Gambaran itu masih
terlihat hingga kini.

Penduduk suku Dani mendiami wilayah Pegunungan
Tengah di pedalaman Papua, di wilayah Kabupaten Jayawijaya dengan ibu kota di Wamena
(di lembah Baliem). Kabupaten Jayawijaya sendiri dibentuk pada tahun 1965
dengan bupati pertama M Harahap (1965-1968). Pada tahun 2002 Kabupaten
Jayawijaya dimekarkan dengan membentuk tiga kabupaten baru yaitu Kabupaten
Tolikara dengan ibu kota Karubaga, Kabupaten Pegunungan Bintang dengan ibu kota
Oksibil dan Kabupaten Yahukimo dengan ibu kota Dekai. Dalam perkembangannya
dilakukan pemekaran pada tahun 2008 yaitu pemekaran dari wilayah Kabupaten
Jayawijaya dan sebagian wilayah kabupaten pemekaran pertama dengan membentuk
empat kabupaten baru, yakni Kabupaten Mamberamo Tengah dengan ibu kota Kobakma;
Kabupaten Yalimo, dengan ibu kota Elelim; Kabupaten Lanny Jaya, dengan ibu kota
Tiom; Kabupaten Nduga. dengan ibu kota Kenyam. Dengan pemekaran-pemekaran
tersebut, penduduk suku Dani sendiri kini hanya berada di wilayah Kabupaten
Jayawijaya dan sebagian yang lain berada di Kabupaten Puncak Jaya.
Lantas
bagaimana suku Dani? Sudah barang tentu
sudah ada yang menulisnya. Namun sejarah tetaplah sejarah. Sejauh data baru
ditemukan, penulisan narasi sejarah suku Dani di Lembah Baliem (kini Kabupaten
Jayawijaya) tidak pernah berhenti. Lalu apa pentingnya sejarah suku Dani? Tidak hanya karena nama suku Dani sudah dikenal
luas, juga penduduk suku Dani pemilik portofolio terpenting dari kabupaten
Jayawijaya yang sekarang. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.