Minggu, 28 Juni 2020

Sejarah Lombok (22): Sejarah Cakranegara; Tempo Doeloe Menjadi Pusat Kerajaan Bali Selaparang, Kini Hanya Menjadi Kecamatan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Cakranegara pada masa ini hanya dipandang sebagai suatu kecamatan di Kota Mataram. Awalnya hanya ada dua kota yang berdekatan yakni (pelabuhan) Ampenan dan Mataram (ibu kota kerajaan). Namun kemudian (puri) Tjakranegara yang berada di timur kota Matara menjadi pusat pemerintahan yang baru sehubungan dengan terbentuknya kerajaan tungggal di Lombok, Bali Selaparang. Sejak menunggalnya kerajaan, puri yang menjadi kota Tjakranegara berkembang pesat (dan bahkan menjadi lebih besar dari kota Mataram dan kota Ampenan).

Kota Tjakranegara (Peta 1895)
Kota Mataram pada masa ini pada dasarnya gabungan dari tiga kota: Ampenan, Mataram dan Tjakranegara. Tiga kota ini tempo doeloe berada di garis lurus jalur transportasi utama antara sisi timur (pelabuhan Lombok) dan sisi barat (pelabuhan Ampenan) di pulau Lombok pada era kerajaan Lombok Selaparang. Pergeseran pelabuhan utama di pulau Lombok dari teluk Lombok di timur ke teluk Ampenan di barat karena lebih baik (lebih strategis). Sehubungan dengan berkembangnya pelabuhan Ampenan lalu terbentuk kota Mataram. Kota Ampenan menjadi pemukiman para pendatang (seperti pedagang-pedagang Cina, Bugis dan Melayu), sementara kota Mataram menjadi cabang pemerintahan kerajaan Lombok Selaparang. Pada tahun 1740 kerajaan Karangasem Bali menganeksasi (pulau) Lombok dan mengalahkan kerajaan Lombok Selaparang. Sejak itulah muncul kerajaan Bali Selaparang dengan ibu kota di (kota) Mataram.

Lantas bagaimana sejarah kota Tjakranegara sendiri sebelum menjadi sebuah kecamatan di Kota Mataram? Yang jelas jika kita dari pusat kota Mataram menuju Selong, pusat kecamatan Cakranegara akan dilewati. Lanskap kecamatan ini tampak berbeda dengan pusat kota Mataram maupun pelabuhan Ampenan. Apa perbedaannya? Perbedaan inilah yang menjadi penting untuk mengetahui sejarah (kecamatan) Cakranegara. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 27 Juni 2020

Sejarah Lombok (21): Pecinan di Lombok, Bukan di Mataram Tetapi di Kota Ampenan; Sejarah Orang-Orang Tionghoa di Lombok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Di berbagai tempat biasa ditemukan area yang menjadi komunitas orang-orang Cina yang kini disebut Pecinan (China Town). Pecinan di Lombok terdapat di Ampenan, bukan di Mataram. Meski sekarang Ampenan masuk wilayah Kota Mataram tetapi secara historis pecinan di (pulau) Lombok haruslah dikatakan di Ampenan. Hal ini karena kota Ampenan dan kota Mataram terpisah dalam ruang dan waktu yang berbeda.

Lukisan para pedagang di pelabuhan Ampenan
Kehadiran orang-orang Cina di pulau Lombok sudah sejak lampau untuk berdagang di pelabuhan-pelabuhan seputar pulau Lombok (yang berbasis di Soerabaja, Semarang dan Makassar). Namun dalam perkembangannya, orang-orang Cina mulai ada yang menetap di kota Ampenan (pada era VOC). Konsentrasi mereka semakin meningkat pada era Pemerintah Hindia Belanda. Orang-orang China adalah partner dagang orang-orang Belanda.

Bagaimana terbentuknya perkampongan Cina di kota (pelabuhan) Ampenan adalah satu hal. Hal lain yang juga penting adalah bagaimana peran orang-orang Cina di pulau Lombok. Lantas apa pentingnya? Tentu saja penting karena kehadiran orang-orang Cina di Lombok khususnya di Ampenan adalah bagian dari perjalanan sejarah Lombok. Okelah. Untuk menambah pengetahuan dan meningkat wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 26 Juni 2020

Sejarah Lombok (20): Sejarah Pendidikan di Pulau Lombok; Teringat Willem Iskander & Martua Hamonangan Nasution di Selong


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Seperti halnya sejarah pembangunan pertanian dan sejarah pengembangan kesehatan, sejarah pendidikan di Lombok juga kurang terinformasikan. Padahal pertanian, kesehatan dan pendidikan adalah tiga bidang utama yang menjadi landasan sejarah suatu kota atau wilayah. Sejarah pertanian penduduk, kesehatan masyarakat dan peningkatan penduduk warga bersifat continuum yang dapat dirasakan (diperhatikan) hingga pada masa kini. Secara khusus, sejarah pendidikan dapat dikatakan sebagai sejarah pencerahan bangsa.

Saya teringat nama seorang teman lama, karena tempat yang berbedza jauh, sejak beliau lulus kuliah kami tidak pernah bersua lagi. Namun saya mengetahui setelah lulus kuliah beliau akan ditempatkan di Selong. Tentu saja saya lebih duluan ke Selong dari pada beliau. Saya ke Selong tahun 1991, cukup lama dari 100 hari di pulau Lombok, satu setengah bulan ‘ngepos’ di Selong dan berkeliling ke seluruh pelosok di kabupaten Lombok Timur. Pos saya di Selong di salah satu kamar di Hotel Erina yang berada di tengah kota. Tugas saya di Selong dalam rangka memimpin empat tim dalam rangka survei ekonomi kesehatan. Sebelum beliau berangkat ke Selong kami sempat berdiskusi tentang pulau Lombok, khususnya kabupaten Lombok Timur dan kota Selong. Nama teman seperjuangan tersebut adalah Martua Hamonangan Nasution yang memulai karir sebagai guru di Selong. Setahu saya, beliau adalah jago matematika. Martua Hamonangan Nasution saya anggap sebagai generasi lebih lanjut jago matematika Prof. Andi Hakim Nasution (rektor IPB 1978-1987).

Lantas bagaimana sejarah pendidikan di pulau Lombok, khususnya di Oost Lombok? Itu dimulai pada era Hindia Belanda. Namun sangat sulit menemukan informasinya pada masa kini. Mungkin saja belu ada penulis yang tertarik untuk menulisnya. Dalam hubungan inilah upaya pencarian data sejarah pendidikan di Lombok diperlukan. Sebelum menulis tema ini, saya teringat kawan lama: Martua Hamonangan Nasution. Okelah, untuk menambah pengetahuan dan untuk meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 25 Juni 2020

Sejarah Lombok (19): Dr RM Soedjono di Selong; Pengembangan Kesehatan dan Pembangunan Penduduk Sasak di Lombok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Ibu kota (onderafdeeling) Lombok Timur (Oost Lombok) di Selong pada dasarnya baru dimulai pada tahun 1897. Dalam permulaan pembangunan kota Selong ini berbagai bidang menjadi perhatian pemerintah seperti pembangunan infrastruktur, gedung pemerintah dan unit bangunan lainny seperti penjara. Garnisun militer sudah lebih dulu ada. Juga yang mendapat perhatian adalah layanan kesehatan dan pendidikan. Untuk memenuhi layanan kesehatan ditempatkan dokter pribumi (dokter Djawa) di Mataram, Praya dan Selong.

RSUD Dr. Soedjono, Selong (Now)
Pembentukan cabang Pemerintah Hindia Belanda di pulau Lombok pada tahun 1895 (Staatsblad No. 131 tahun 1895). Pulau Lombok menjadi satu afdeeling yang awalnya dua onderafdeeling enjadi tiga onderfadeeling, yakni: West Lombok, Oosr Lombok dan Midden Lombok. Ibu kota Onderafdeeling ditetapkan di Sisik (dekat Laboehan Hadji). Namun dalam perkembangannya Resident Bali en Lombok yang berkedudukan di Boeleleng pada tahun 1897 mengumumkan ibu kota Onderafdeeling Oost Lombok dipindahkan dari Sisik ke (kampong) Selong—jarak 3 atau 4 pal dari (pelabuhan) Laboehan Hadji (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 30-08-1897). Sambungan relepon ke Selong dibangun pada awal tahun 1898 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 22-02-1898).

Salah satu dokter Djawa yang ditempatkan di Selong adalah Dr. Raden Mas Soedjono pada tahun 1910 untuk menggantikan koleganya. Diantara dokter-dokter pribumi di Selong, Dr. RM Soedjono yang terbilang cukup lama. Peran Dr. RM Soedjono sebagai dokter di Oost Lombok, tidak hanya di bidang kesehatan, tetapi juga menginisiasi siswa-siswa lulusan sekolah di Selong untuk melanjutkan sekolah pamong praja (OSVIA) dan sekolah guru (kweekschool). Kini, namanya ditabalkan sebagai nama rumah sakit umum daerah (RSUD) di Selong. Lantas bagaiana kisah Dr. RM Soedjono di Selong? Nah, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 24 Juni 2020

Sejarah Lombok (18): Sejarah Pertanian di Lombok, Tanah Sasak Nan Subur di Tengah Pulau; Bagai 'Ayam Mati di Lumbung Padi'


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini 

Sejarah Lombok tidak hanya sejarah kerajaan-kerajaan dan sejarah perang serta sejarah kehadiran penduduk Bali di (pulau) Lombok. Sejarah Lombok juga tidak terpisahkan dari sejarah pertanian, Apa pasal? Pulau Lombok adalah pulau yang subur. Mengapa? Terdapat sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun. Sebab apa? Danau Sagara di gunung Rinjani turut menambah debit air sungai-sungai. Ada lagi? Letusan gunung Rinjani menyebabkan penimbunan humus.

Banyak danau di atas gunung, tetapi danau Sagara di gunung Rinjani mampu memberi perbedaan terhadap sungai-sungai di Lombok. Danau Toba yang maha luas nyaris tak berkontribusi pada pengairan sawah. Namun sungai Asahan yang berasal dari danau Toba dapat dibendung untuk mebangkitkan turbin. Sungai dari danau Segara tidak membangkitkan turbin, karena ke hilir enjadi sungai-sungai kecil. Meski demikian tipologi sungai danau gunung di Lombok tetapi mampu membangkitkan pertanian Lombok sangat luar biasa. Heinrich Zollinger yang pernah melakukan ekspedisi botani dan geologi ke Lombok tahun 1847 terkejut karena banyak sawah yang tidak kekurangan air di musim kemarau, karena sungai-sungainya terus mengalir. Mengapa? Danau Sagara turut memberi kontribusi. Atas dasar itu membuat Heinrich Zollinger memicunya untuk mendaki gunung Rinjani untuk membuktikannya.

Kearifan lokal juga turut melestarikan pertanian di pulau Lombok. Kebiasaan menyimpan hasil panen di lumbung, ketika terjadi letusan gunung Tambora tahun 1815, memang korban langsung tidak banyak (seperti di Sumbawa) tetapi pertanian yang lumpuh hampir enam tahun di Lombok, lumbung telah berkontribusi meminimalkan kematian dari bahaya kelaparan. Setelah humus letusan gunung Tambora selama enam tahun menjadi pupuk, pertanian Lombok bangkit kembali (hingga sekarang). Untuk menyiasati iklim, daerah-daerah yang rentan musim kemarau, penduduk meningkatkan ketersediaan air dengan membangun embung. Lumbung dan embung adalah istrumen survive penduduk Lombok yang pernah mengalami stagnasi pertanian selama enam tahun tempo doeloe. Lumbung dan embung adalah suatu kearifan lokal penduduk Lombok dari hasil belajar dari kesulitan yang pernah ditimbulkan oleh alam.

Selasa, 23 Juni 2020

Sejarah Lombok (17): Sejarah Taliwang Tempo Doeloe di Sumbawa Barat; Selat Alas, Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini
 

Taliwang pada masa ini adalah ibu kota kabupaten Sumbawa Barat (kabupaten pemekaran dari kabupaten Sumbawa). Nama Taliwang menjadi penting karena dijadikan nama ibu kota kabupaten. Dalam hubungan inilah, sejarah Taliwang tempo doeloe diperlukan perhatian. Namun nama (kerajaan) Taliwang tidak sehebat kerajaan-kerajaan lainnya di pulau Sumbawa (Bima, Dompu, Sumbawa dan Tambora). Kerajaan Taliwang masuk dalam kategori kerajaan-kerajaan kecil seperti Sanggar, Sape dan Pekat.

Nama Sumbawa dan nama Alas tentulah sangat penting pada masa lampau. Nama Sumbawa telah diidentifikasi sebagai nama pulau dan nama Alas diidentifikasi sebagai nama selat. Selat Alas adalah perairan yang memisahkan pulau Lombok dan pulau Sumbawa. Pulau Lombok sendiri sudah pernah dikunjungi oleh ekspedisi Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman pada tahun 1597. Pada ekspedisi kedua Belanda tahun 1599 nama Sumbawa sudah diidentifikasi sebagai nama pulau. Pada peta-peta Portugis (sebelum kehadiran Belanda), sejumlah kerajaan yang terdapat di pulau Lombok adalah Tambora, Bima, Dompu, Sumbawa, Sape dan Sanggar. Nam pulau disebut pulau Sumbawa. Lalu, bagaimana dengan Alas? Dalam peta-peta Portugis nama Alas belum diidentifikasi. Yang telah diidentifikasi adalah teluk Aram. Nama Aram juga sudah diidentifikasi pada ekspedisi kedua Belanda. Mengapa nama selat belum diidentifikasi? Tampaknya belum begitu penting. Nama (tempat) Alas paling tidak baru diidentifikasi pada peta tahun 1675.

Kerajaan Taliwang adalah salah satu vassal dari kerajaan Soembawa. Sebagai kerajaan kecil, namanya baru muncul belakangan. Nama Taliwang baru dicatat ketika VOC mulai membina perdagangan di pantai barat pulau Sumbawa (lihat Verhandelingen van het Bataviaasch genootschap, der konsten en weetenschappen, 1786). Okelah, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.