Selasa, 28 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (321): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Sultan Hamid II di Pontionak; Tentara KNIL atau Tetap KNIL

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Beberapa waktu lalu muncul pertanyaan apakah Sultan Hamid II seorang pahlawan atau seorang penghianat. Bagaimana seseorang disebut pahlawan Indonesia, apalagi Pahlawan Nasiional tidaklah mudah. Demikian juga bagaimana seseorang disebut penghianat bangsa tidak pula mudah. Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) hanya menentukan dan menetapkan pahlawan Indonesia menjadi Pahlawan Nasional, TP2GP tidak menetapkan seseorang sebagai penghianat bangsa.

Syarif Abdul Hamid Alkadrie gelar Sultan Hamid II (12 Juli 1913 – 30 Maret 1978) adalah putra sulung Sultan Pontianak ke-6 berdarah Arab-Indonesia. Sultan Hamid II beristrikan wanita Belanda kelahiran Surabaya. Sultan Hamid II lahir di Pontianak dari pasangan Syarif Muhammad al-Qadri dan Syecha Jamilah Syarwani. Sampai usia 12 tahun, Hamid dibesarkan oleh ibu angkat asal Skotlandia Salome Catherine Fox dan rekan ekspatriatnya asal Inggris Edith Maud Curteis. Salome Fox adalah adik dari kepala sebuah firma perdagangan Inggris yang berbasis di Singapura. Di bawah asuhan mereka, Hamid menjadi fasih berbahasa Inggris. Pada tahun 1933, Salome Fox meninggal namun Hamid masih tetap berhubungan dengan rekannya Curteis. Sultan Hamid II menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, lulus dengan pangkat letnan (1937) dan kemudian aingkat sebagai perwira KNIL dengan pangkat Letnan Dua. Dalam karier militernya, ia pernah bertugas di Malang, Bandung, Balikpapan, dan beberapa tempat lain di Pulau Jawa. Pada masa pendudukan Jepang diinternir dan pada era Belanda/NICA menjadi kolonel. Ayahnya mangkat pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi sultan Pontianak dengan gelar Sultan Hamid II. Sebagai anggota BFO, Sultan Hamid II adalah pendukung negara federalis dan penentang NKRI. Dalam konfresnsi KMB di Den Haag, 1949 Sultan Hamid II sebagai pimpinan delegasi BFO dan delegasi RI dipimpin Perdana Menteri Mohamad Hatta (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Syarif Abdul Hamid Alkadrie gelar Sultan Hamid II? Seperti disebut di atas, Syarif Abdul Hamid Alkadrie adalah seorang sultan dengan gelar Sultan Hamid II di Pontianak. Lalu bagaimana sejarah Sultan Hamin II? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (320): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Dewan Nasional; Kabinet Zaken, Kabinet Djoeanda (1957)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dewan Nasional adalah satu hal dan Kabinet Zaken adalah hal lain namun beririsan. Kedua konsepsi ini lahir pada tahun 1957. Konsepsi ini diajukan Presiden Soekarno sebagai respon banyaknya masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia seperti adanya pemberontkan di Jawa Barat (Kartosuwirjo) dan Sulawesi (Kahar Muzakkar) dan di Sumatra (dewan) ditambah lagi permasalahan parlemen. Dewan Nasional dalam hal ini untuk memberikan masukan yang secapat kepada kabinet. Sebelum terbentuk dewan ini sudah terbetuk kabinet zaken yang dipimpin oleh Ir Djoeanda (yang porsi orang-orang profesional ditingkatkan jumlahnya).

Konsepsi Presiden Soekarno disampaikan Presiden Soekarno dalam pidatonya ‘Menyelamatkan Republik Indonesia’ yang diumumkan tanggal 21 Februari 1957. Konsepsi ini menghendaki dan mendorong penerapan sistem demokrasi yang baru yaitu Demokrasi Terpimpin. Konsepsi ini dianggap lebih sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia. Demokrasi Liberal ala barat digantikan Demokrasi Terpimpin, suatu demokrasi dengan pimpinan, suatu yang dipimpin tetap demokrasi. Dengan kata lain, pemerintahan yang dipimpin dan dijalankan oleh Presiden Soekarno (pada  Demokrasi Liberal, Presiden hanya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan dijalankan oleh seorang Perdana Menteri). Dewan Nasional terdiri dari golongan-golongan fungsional dalam masyarakat. Fungsi dari adanya Dewan Nasional ini adalah mendampingi, membantu, memberi kewibawaan kabinet, dan menjadi jembatan antara Pemerintah dan masyarakat. Selain itu tugasnya dewan nasional adalah memberi nasehat kepada kabinet, diminta atau tanpa diminta oleh Kabinet (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Dewan Nasional? Seperti disebut di atas, Dewan Nasional tidak terpisahkan dengan Kabinet Zaken sebagai keseluruhan konsepsi Presiden Soekarno untuk mengatasi banyaknya permasalahan bangsa terutama masalah pemberontakan yang juga memperlambat laju pembangunan nasional. Lalu Apakah Dewan Nasional akan efektif mendukung Kabinet Zaken? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 27 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (319): Pahlawan Indonesia HB Jasin, Kritikus; Ida Nasoetion, Ketua Perhimpunan Mahasiswa UI - 1947)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

HB Jasin lebih dikenal sebagai kritikus sastra. Sebelum HB Jasin intens dalam genre essais (kritik), sudah ada seorang wanita muda yang sangat aktif dalam urusan kritik (essai) yakni Ida Nasution, namun umurnya tidak panjang. Sebagai Ketua Perhimpunan Mahasiswa Universitas Indonesia 1947, dia menghilang selamanya (diduga diculik intel Belanda.NICA). Sejak itu muncul nama HB Jasin yang intens di bidang essai. Sejak inilah julukan itu melekat pada HB Jasin.

Hans Bague Jassin atau HB Jassin (31 Juli 1917 – 11 Maret 2000) adalah seorang pengarang, penyunting, cendekiawan muslim dan kritikus sastra berdarah Gorontalo. Tulisan-tulisannya digunakan sebagai sumber referensi bagi pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kalangan sekolah dan perguruan tinggi dengan menggolongkan angkatan sastra. Dia mendirikan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin yang kemudian mendapat bantuan gedung dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta di Taman Ismail Marzuki. Karena kiprahnya di bidang kritik dan dokumentasi sastra, dia dijuluki ‘Paus Sastra Indonesia’. Atas perjuangan dan bakti luhurnya pada bangsa dan juga tanah leluhurnya, HB Jassin pun akhirnya dianugerahi gelar adat Pulanga, ‘Ti Molotinepa Wulito’ (Sang Putra Terbaik Bangsa yang Menguasai Bahasa). HB Jassin lahir di Gorontalo. Ayahnya Bague Mantu Jassin, kerani di Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), dan ibu Habiba Jau. Setelah menamatkan Gouverments HIS Gorontalo pada tahun 1932, Jassin melanjutkan ke HBS-B 5 tahun di Medan dan tamat akhir 1938. Setelah sempat bekerja sukarela di kantor Asisten Residen Gorontalo selama beberapa waktu, ia menerima tawaran Sutan Takdir Alisjahbana untuk bekerja di badan penerbitan Balai Pustaka tahun 1940. Setelah periode awal tersebut, HB Jassin menjadi redaktur dan kritikus sastra pada berbagai majalah budaya dan sastra di Indonesia; antara lain Pandji Poestaka, Mimbar Indonesia, Zenith, Sastra, Bahasa dan Budaya, Horison, dan lain-lain. Tanggal 15 Agustus 1957, Jassin meraih gelar kesarjanaannya di Fakultas Sastra UI, dan kemudian memperdalam pengetahuan mengenai ilmu perbandingan sastra di Universitas Yale, Amerika Serikat 1958-59  (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah HB Jasin? Seperti disebut di atas, HB Jasin adalah seorang kritikus terkemuka di Indonesia pada jamannya. Tentu saja sejarahnya sudah banyak ditulis. Data sejarahnya cukup banyak kare HB Jasin berumur panjang (wafat 2000). Namun tentu saja masih narasi sejarahnya masih perlu dilengkapi sejauh data baru ditemukan. Lalu bagaimana sejarah HB Jasin? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.