Rabu, 08 Juni 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (640): Monarki di Indonesia dan di Malaysia; Kerajaan di Nusantara hingga Akhir Era Kolonial

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Lain lubuk lain pula belalangnya. Suatu pepatah yang tidak sempurna. Pun halnya dengan Indonesia dan Malaysia. Wilayah kedua negara ini dulu berangkat dari nama Nusantara, Hindia Timur, Indien Archipel kemudian Melayunesia atau Indonesia. Diantara Belanda dan Inggris yang bersaing kemudian satu wilayah ini menjadi berbeda (politik, bahasa, budaya dan sebagainya). Perbedaan ini semakin kontras dari waktu ke waktu hingga ini hari. Dalam hal ini perbedaan politik termasuk soal kerajaan-kerajaan yang ada.

Ketuanan Melayu adalah konsep politik yang menekankan keunggulan Melayu di Malaysia saat ini. Konsep ini tertuang dalam Pasal 153 Konstitusi Malaysia yang memberikan jaminan hak-hak khusus kepada etnis Melayu di Malaysia. Institusi politik tertua di Malaysia adalah sistem penguasa Melayu di sembilan negara bagian Melayu. Pemerintahan kolonial Inggris mengubah sistem ini dan menggantikannya terlebih dahulu menjadi sistem pemerintahan tidak langsung, kemudian pada tahun 1948, dengan menggunakan lembaga berdasarkan budaya ini, mereka memasukkan monarki Melayu ke dalam cetak biru bagi Federasi Malaya yang sudah merdeka. Istilah Tanah Melayu menganggap kepemilikan negara bagian Melayu. Dalam metode ini, pemerintah kolonial memperkuat etnonasionalisme Melayu, etnis dan budaya Melayu, serta kedaulatan Melayu dalam negara-bangsa baru. Meskipun budaya lain akan terus berkembang, identitas komunitas politik yang muncul akan dibentuk oleh budaya politik "bersejarah" dari kelompok etnis Melayu yang dominan. Imigran Tionghoa dan India yang merupakan minoritas signifikan di Malaysia dianggap berutang budi kepada orang Melayu karena memberi mereka kewarganegaraan dengan imbalan hak istimewa sebagaimana diatur dalam Pasal 153 Konstitusi Malaysia. Pengaturan quid pro quo ini biasanya disebut sebagai kontrak sosial. Ketuanan Melayu biasa disebut oleh para politikus, khususnya yang tergabung dalam Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO). (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah monarki di Indonesia dan Malaysia? Seperti disebut di atas, sejak masa lampau di wilayah Indonesia dan Malaysia sekarang terdapat kerajaan-kerajaan. Namun pengaruh Belanda dan Inggris menyebabkan perbedaan yang dihadapi oleh kerajaan-kerajaan. Lalu bagaimana sejarah monarki di Indonesia dan Malaysia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah Menjadi Indonesia (639): Nama Indonesia di Malaysia, Malayonesia; Indien Archipel Indian Archipelago MalayArchipel

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Nama Malayonesia muncul satu dasawarsa yang lalu di Malaysia. Nama ini sebenarnya adalah nama lama, Malayunesia yang diperkenalkan George Samuel Windsor Earl pada tahun 1850. Malayunesia dimaksudkan untuk menggantikan Indien Archipel (Belanda) dan Indian Archiepelago (Inggris). Namun Earl juga memeperkenalkan nama lain Indunesia. Rekannya, James Richardson Logan tampknya tidak puas dengan nama Indunesia lalu diubah dengan nama Indonesia. Logan secara konsisten menggunakannya.,  

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah jurnal Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia yang dikelola oleh James Richardson Logan. Kemudian pada tahun 1849George Samuel Windsor Earl bergabug. Dalam volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations yang mana Earl menegaskan sudah saatnya Kepulauan Hindia untuk memiliki nama khas, sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua nama: Indunesia atau Malayunesia ("nesos" dalam bahasa Yunani berarti "pulau"). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis: "... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia"". Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu. Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia. Dalam volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago yang menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan yang sekarang dikenal sebagai Indonesia, sebab istilah Indian Archipelago terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia..Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia): Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. (Wikipedia).  

Lantas bagaimana sejarah Malayonesia, nama Indonesia di Malaysia? Seperti disebut di atas, nama Malayonesia belum lama diperkenalkan di Malaysia, tetapi nama Melayunesia untuk menyebut nama Indonesia sudah eksis sejak 1850. Lalu bagaimana sejarah Malayonesia, nama Indonesia di Malaysia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Selasa, 07 Juni 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (638): Melayu dan Sejarah Awal Malaysia; Malaijur dan Malayu Sumatra, Malaya Malaka Malaysia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti halnya sejarah Indonesia, sejarah Malaysia juga memiliki sejarahnya sendiri. Malaysia hari ini adalah negara Federasi Malaysia (Federasi Malaya, Sabah dan Sarawak minus Singapoera). Dalam hal ni, sejarah Malaysia berumpu pada sejarah yang terjadi di Semenanjung Malaya (Federasi Malaya). Dalam konteks Federasi Malaya (Semenanjung Malaya) inilah sejarah Malaysia selalu dibicarakan di Malaysia.

Narasi sejarah Malaysia dimulai dari era Ptolomeus tentang nama semennajung Aurea Chesonesus (Wikipedia). Akan tetapi peta Aurea itu dilalui oleh garis ekuator. Tentu saja itu tidak dimiliki Semenanjung Malaya yang sekarang. Nama semenanjung disebut aurea yang artinya emas, fakta masa kini tidak ditemukan emas melainkan timah dan besi di wilayah Semenanjung Malaya. Sejarah Malaysia awal juga mengacu pada Sriwijaya. Sementara Sriwijaya berada di pantai timur Sumatra. Nama Sriwijaya ditemukan pada prasasti Talang Tuo (684 M) yang ditemukan di Palembang. Ibu kota (pusat) Sriwijaya berada di Minanga (prasasti Kedoekan Boekit 682 M yang ditemukan di Palembang. Nama Minanga harus diartikan nama Binanga di Padang Lawas (Tapanuli). Pintu gerabang (kerajaan) Sriwijaya berada di wilayah Padang Lawas (lihat prasasti Tanjore 1030 M). Dalam prasasti Tanjorea baru ditemukan nama kerajaan di Semenanjung Malaya yakni Kadaram (yang diinterpretasi sebagai Kedah). Lantas mengapa armada Chola hanya sampai di Semenanjung dan Padang Lawas (tidak sampai ke Djambi dan Palembang)? Karena Sriwijaya yang ditaklukkan Chola  beribukota di Padang Lawas. Dalam hal ini wilayah yurisdiksi (kerajaan) Sriwijaya berada di pantai timur Sumatra dan pantai barat Semenanjung Malaya. Dalam hal ini wilayah Sumatra bagian selatan (Palembang, Djambi, Bangka dan Pasemah) adalh wilayah yurisdiksi Sriwija di selatan dan di utara (hingga Lamuri dan Andaman) dan di timur (Kadaram).

Lantas bagaimana sejarah awal Melayu dan sejarah awal Malaysia? Seperti disebut di atas, sejarah awal Melayu dimulai di Sumatra (Malaijur dan Malayu) dan sejarah awal Malaysia dihubungkan dengan Malaya dan Malaka. Lalu bagaimana sejarah awal Melayu dan sejarah awal Malaysia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah Menjadi Indonesia (637): Mengapa Ada Orang Malaysia Tidak Akui Sejarah Indonesia; Salah Narasi Sejarah Malaysia?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Tidak ada negara lain yang peduli sejarah Indonesia. Thailand dan Filipina tidak peduli sejarah Indonesia. Sebaliknya orang Indonesia tidak peduli sejarah negara lain, termasuk sejarah Malaysia. Namun mengapa sejumlah orang di Malaysia sangat peduli sejarah Indonesia, tetapi tidak berusaha untuk mengakuinya. Inilah yang disebut anomali dalam dunia sejarah dan sejarah antara Indonesia dan Malaysia.

Tidak ada pemahaman Melayu dalam sejarah Malaysia. Yang ada adalah Alam Minangkabau. Akan tetapi mengapa dalam narasi sejarah Malaysia masa kini begitu sentral arti dan tujuan Alam Melayu. Pada era kolonial, yang muncul adalah Malay Archipelago (kepulauan Melayu), tetapi itu hanya dimaksudkan untuk nama lain Indens Archpel dan Indian Archipelago. Hanya saja Malay Archipelago, kebetulan diinsisiasi oleh para peneliti Inggris di Singapoera. Orang Belanda di Hindia Belanda tidak keberatan dengan itu, karena maksud penulisan Malay Archipelago yoh juga sama dengan yang dimaknai orang Belanda pada nama Indens Archpel dan Indian Archipelago. Ketika nama ini secara parales eksis: Indens Archpel (Belanda) dan Indian Archipelago (Inggris) dan Malay Archipelago (Inggris). Lantas mengapa nama Malay Archipelago diartikan berbeda di Malaysia dengan yang dipahami di Indonesia? Nama Indonesia juga diinisiasi oleh orang Inggris di Singapoera. Nama yang diadopsi oleh orang Indonesia. Nama Indonesia saat itu masih memiliki arti sama dengan yang sekarang.   

Lantas bagaimana sejarah mengapa ada orang Malaysia tidak mengakui sejarah Indonesia? Seperti disebut di atas, sejarah Indonesia begitu terang-benderang, semuanya dapat ditelusuri melalui data tertulis. Lalu bagaimana sejarah gelar Pahlawan Belanda menurut pandangan AP Godon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Senin, 06 Juni 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (636): Alam Melayu-Klaim Malaysia Budaya Indonesia; Alam Minangkabau Tidak Klaim Suku Lain

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Mengapa klaim Malaysia terhadap warisan budaya Nusantara mendapat penolakan dari (rakyat dan pemerintah) Indonesia? Apa yang mendasari klaim tersebut dilakukan Malaysia? Mengapa pula Indonesia menganggap miliknya apa yang diklaim Malaysia? Semua itu bermula karena Malaysia membutuhknya, tetapi celakanya tidak memperhatikan konteksnya. Apakah itu terkait dengan konsep Malaysia tentang Alam Melayu? Sebaliknya, apakah ada klaim Indonesia yang ditolak orang dari negara laian? Yang jelas, Alam Minangkabau tidak pernah mengklaim budaya dari suku lain.

Deretan Warisan Budaya ini Pernah Diklaim Malaysia dari Reog hingga Rendang (TEMPO.CO): Malaysia berencana mengajukan Seni Reog Ponorogo sebagai warisan mereka ke UNESCO. Padahal sudah jelas ada embel-embel nama daerah yang menyertai kesenian tersebut, yaitu Ponorogo. Melansir dari berbagai sumber, berikut adalah budaya Indonesia yang pernah diklaim Malaysia. (1) Reog, Malaysia pernah akan mendaftarkan Reog sebagai warisan budaya UNESCO atas nama Malaysia. Kabar klaim atas Reog Ponorogo sudah ada sejak 2007, (2) Lagu Rasa Sayange. Lagu Rasa Sayange diciptakan oleh Paulus Pea dari Maluku yang tercatat pada tahun 1958 di Lokananta, Solo. Lagu tersebut pernah diklaim Malaysia dalam bentuk iklan pariwisata negeri Jiran tersebut dan menampilkan salah satunya lagu Rasa Sayange. (3) Batik. Malaysia mengklaim batik telah menjadi bagian dari kebudayaannya sejak lama. Mengetahui hal itu, Pemerintah Indonesia mengirimkan nota keberatan untuk Pemerintah Malaysia. Kemudian, Indonesia dengan segera mendaftarkan batik ke UNESCO pada 2 Oktober 2008. Setahun setelahnya, pada 2 Oktober 2008 UNESCO mengakui secara resmi batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia. (4) Rendang, Rendang adalah makanan khas Padang, Sumatera Barat. (5) Keris. Senjata tradisional Jawa yang telah digunakan sejak zaman Majapahit menjadi ciri khas Keris. Malaysia sempat mengklaim bahwa Keris adalah warisan nenek moyang mereka. Akan tetapi, pada 25 November 2005 UNESCO menetapkan Keris sebagai lambang budaya warisan milik Indonesia. (6). Songket.  Badan PBB untuk urusan budaya, UNESCO mengakui Songket sebagai warisan  budaya tak benda asal Malaysia pada 15 Desember 2021 lalu. Melalui keterangannya, UNESCO menyebut Songket adalah kain yang ditenun menggunakan tangan oleh perempuan di Semenanjung Malaysia dan Sarawak. (7) Angklung. Angklung dikenal sebagai alat musik khas Sunda. Setelah melalui perdebatan antara Indonesia dengan Malaysia, Angklung terdaftar sebagai budaya lisan dan non bendawi Indonesia di UNESCO pada November 2010.

Lantas bagaimana sejarah alam Melayu dan klaim Malaysia terhadap warisan budaya di Indonesia? Seperti disebut di atas, jumlah warisan budaya yang diklaim Malaysia sudah cukup banyak, tetapi klaim itu ditolak oleh rakyat dan pemerintah Indonesi. Lalu bagaimana sejarah alam Melayu dan klaim Malaysia terhadap warisan budaya di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah Menjadi Indonesia (635): Buku Pelajaran Sekolah Sejak Hindia Belanda; Pelajaran Sejarah - Budaya Indonesia Kini

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada artikel terdahulu telah dideskripsikan sejarah pendidikan di Indonesia maupun di Malaysia. Dalam artikel ini dideskripsikan sejarah buku pelajaran sekolah sejak era Hindia Belanda. Berbeda dengan buku umum, pembuatan buku pelajaran, selain materi, memiliki tujuan khusus dan bersifat unik. Pada masa kini sudah cukup tersedia dan lengkap berbagai buku pelajaran sekolah seperti matematikan, ilmu pengetahuan alam, bahasa, sejarah dan budaya. Buku-buku ini disusun mengikuti kurikulum yang telah digariskan oleh pemerintah (Kementerian Pendidikan). Bagaimana dengan tempo doeloe pada pada saat saat permulaan era Hindia Belanda.

Buku ajar (disebut juga buku pelajaran atau buku teks) adalah buku acuan yang berisi kumpulan materi dalam cabang ilmu tertentu yang disajikan secara komprehensif. Buku ajar diproduksi untuk memenuhi kebutuhan para pendidik dan biasanya digunakan di lembaga pendidikan. Dalam arti sempit, buku buku pelajaran adalah buku sekolah dan buku-buku lain yang digunakan di sekolah. Saat ini, banyak buku ajar diterbitkan dalam format cetak dan digital. Di Indonesia, buku pelajaran memuat materi pembelajaran dalam peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Dilihat dari isi dan penyajiannya, buku pelajaran berfungsi sebagai pedoman manual bagi siswa dalam belajar dan bagi guru dalam mengajarkan siswa untuk bidang studi atau ama pelajaran tertentu. Pedoman belajar bagi siswa berarti menggunakannya sebagai acuan utama dalam mempersiapkan diri secara individu atau kelompok sebelum kegiatan belajar di kelas, berinteraksi dalam proses pembelajaran di kelas, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, dan mempersiapkan diri untuk tes atau ujian formatif dan sumatif. Bagi guru,buku pelajaran dipergunakan untuk acuan dalam membuat desain pembelajaran, mempersiapkan sumber-sumber belajar lain, mengembangkan bahan ajar yang kontekstual, memberikan tugas, dan menyusun bahan evaluasi.  (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah buku pelajaran sekolah di Indonesia? Seperti disebut di atas, pembuatan buku pelajaran sekolah sudah sejak lama (sejak era Hindia Belanda). Kita hanya tahu kini sudah banyak tersedia buku pelajaran sekolah. Bagaimana dengan masa lampau pada era Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah buku pelajaran sekolah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..