Minggu, 10 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (704): Kemiripan Warna Budaya Tanda Hubungan Budaya? Igorot di Filipina, Etnik Batak di Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Penyebaran populasi manusia adakalanya terkesan misteri, lebih-lebih jika persebaran itu terjadi di masa lampau. Catatan sejarah orang Jawa di Suriname cukup tersedia yang berasal dari sumber era Hindia Belanda. Bagaimana dengan era sebelum kehadiran orang Eropa. Semakin jauh ke masa lampau semakin samar. Namun apakah data masa kini dapat dijadikan untuk proksi memahami masa lalu? Dalam hal ini apakah ada relasi sejarah antara etnik Igorot di Luzon, Filipina dan etnik Batak di Sumatra, Indonesia? MO Parlindingan (1964) menyatakan ada kemiripan ernik Batak dengan Igorot dan Toraja.


The indigenous peoples of the Cordillera Mountain Range of northern Luzon, Philippines are often referred to using the exonym Igorot people, or more recently, as the Cordilleran peoples. There are nine main ethnolinguistic groups whose domains are in the Cordillera Mountain Range, altogether numbering about 1.5 million people in the early 21st century. Their languages belong to the northern Luzon subgroup of Philippine languages, which in turn belongs to the Austronesian (Malayo-Polynesian) family. These ethnic groups keep or have kept until recently their traditional religion and way of life. Some live in the tropical forests of the foothills, but most live in rugged grassland and pine forest zones higher up. From the root word golot, which means "mountain," Igolot means "people from the mountains", a reference to any of various ethnic groups in the mountains of northern Luzon. During the Spanish colonial era, the term was variously recorded as Igolot, Ygolot, and Igorrote, compliant to Spanish orthography. The endonyms Ifugao or Ipugaw (also meaning "mountain people") are used more frequently by the Igorots themselves, as igorot is viewed by some as slightly pejorative, except by the Ibaloys. The Spanish borrowed the term Ifugao from the lowland Gaddang and Ibanag groups. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kemiripan warna budaya tanda hubungan budaya? Apakah ada hubungan sejarah etnik Igorot di Filipina dan etnik Batak di Sumatra? Seperti disebut di atas, hubungan bangsa (etnik) antara satu tempat dengan tempat lain ada data yang tersedia. Akan  tetapi ada juga yang sulit diperoleh, dalam hal ini digunakan data masa kini. Lalu bagaimana sejarah kemiripan warna budaya tanda hubungan budaya dan apakah ada hubungan sejarah etnik Igorot di Filipina dan etnik Batak di Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.\

Sejarah Menjadi Indonesia (703): Warna Khas Budaya Etnik, Merah Putih Hitam Kuning; Ragam Budaya - Warna Bendera


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Warna khas budaya adalah elemen budaya yang diwariskan. Namun sangat sulit mengetahui sejak kapan plihan warna muncul pada budaya etnik tertentu. Warna budaya ini tidak hanya muncul dalam ragam budaya (seperti seni) juga menjadi lambang warna kerajaan dan (kombinasdi) warna yang digunakan dalam bendera. Bagaimana dengan warna bendera Indonesia sendiri?

Tiga warna Melayu. Tiga warna yang memaparkan warna hijau, kuning dan merah, merupakan kombinasi warna yang biasanya terdapat dalam pelbagai reka bentuk simbol yang digunakan oleh sesetengah organisasi utama untuk melambangkan orang-orang Melayu. Tiga warna ini diperoleh daripada tiga nilai penting Kemelayuan; Islam, Majlis Raja-Raja dan Etnik Melayu. Hijau adalah warna tradisional Islam, iman yang menjadi bahagian penting budaya Melayu. Warna kuning adalah warna diraja yang biasanya dikaitkan dengan sultan-sultan Melayu, dan digunakan untuk menegaskan kesetiaan orang Melayu kepada Raja-raja mereka. Warna ketiga, merah, adalah warna tradisional dalam budaya Melayu, digunakan untuk menunjukkan keberanian, kepahlawanan dan kesetiaan. Warna merah jambu yang dikatakan merah kesumba merah yang sama dengan kain merah dan biasanya dikaitkan dengan darah, adalah warna eksistensi orang Melayu dan merupakan warna yang paling sering disebut dalam kesusasteraan. Di seberang Selat Melaka, iaitu di provinsi Riau dan Kepulauan Riau yang mempunyai ikatan sejarah dan kebudayaan yang kental dengan kawasan Semenanjung, warna-warna ini memegang falsafah yang sama dengan saudara Melayu mereka di Tanah Besar Asia. Dikenali dan diwarnakan sebagai Kuning Keemasan, Hijau Lumut dan Merah Darah Burung, warna-warna ini digunakan secara meluas sebagai simbol adat dan perayaan di kota-kota dan desa wilayah-wilayah tersebut, 3 warna ini juga turut menjadi pilihan utama pasangan pengantin Melayu di daerah-daerah berkenaan bagi meraikan majlis pernikahan mereka.(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah warna budaya etnik di nusantara? Seperti disebut di atas, warna budaya umumnya diwarisikan dalam berbagai ragam budaya seperti seni dan bahkan plihan warna bendera. Namun warna khas budaya sulit diketahui sejak kapan bermula. Lalu bagaimana sejarah warna khas budaya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 09 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (702): Sisa Kota Inggris di Sabah, Victoria, Weston, Beaufort; James Brooke hingga Baron von Overdeck


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di Indonesia pada era Hindia Belanda adan sejumlah kota dengan (pemberian) nama Belanda seperti Batavia, Buitenzorg, Fort de Kock, Fort van der Capellen dan Fort Hollandia. Namun semua itu telah dikembalikan namanya tahun 1950 dengan nama lama Jakarta, Bogor, Bukittinggi dan Batusangkar serta nama baru diberikan untuk Fort Hollandia sebagai Jayapura. Di Malaysia ada beberapa nama kota yang diberikan Inggris dengan tetap apa adanya yakni antara lain Georgetown di Penang. Tiga nama kota di Borneo Utara yakni Victoria di Labuan dan dua nama kota di Sabah yakni Weston dan Beaufort.


Nama tempat adalah salah satu penanda navigasi pelayaran pada masa lalu. Kota-kota dimana orang Eropa bermukim adakalanya kota yang dibangun dengan memberikan nama sendiri seperti di Indonesia dan di Malaysia. Namun yang menarik dalam hal ini adalah nama-nama kota berbau Eropa di Indonesia telah digantikan, tetapi tidak demikian di Malaysia. Apakah yang menghambat Malaysia mengubah nama kota? Atau apakah yang mendorong Malaysia untuk tetap melestarikan nama-nama kota bernama Eropa? Dengan tetap mempertahankan nama kota seperti Gerogetown di Panang, Victoria di Labuan, serta Weston dan Beufort di Sabah seakan ingin mengingatkan bahwa di Malaysia masih tersisa sejarah Inggris.

Lantas bagaimana sejarah sisa nama kota Inggris di Sabah yakni Victoria, Weston dan Beaufort? Seperti disebut di atas, pada era Inggris di Malaysia, orang-orang Inggris mendirikan kota dengan memberikan nama sendiri. Dua orang Inggris yang digubungkan dalam hal ini adalah James Brooke dan Baron v Overdeck. Lalu bagaimana sejarah sisa nama kota Inggris di Sabah yakni Victoria, Weston dan Beufort? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (701): Negeri-Negeri Tanah Melayu di Semenanjung dan Negeri-Negeri di Borneo Utara; Federasi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Negara (federasi) Malaysia kini dari Perlis hingga Sabah dimana terdapat negeri-negeri. Negara Indonesia dari Sabang hingga Merauke dimana terdapat negeri-negeri. Dua negara ini berbeda sejarah: Indonesia oleh Belanda dan Malaysia oleh Inggris. Dalam pembentukan negara Federasi Malaysia tahun 1863 dalam perjanjian Malaysia Agreement disebut empat negara (Malaya, Singapoera, Sabah dan Serawak). Namun kini isi perjanjian itu Sabah dan Serawak disebut negeri-negeri Melayu. Oranng Sabah dan Serawak meradang.   

Bagi orang-orang di Serawak dan Sabah yang disebut negeri-negeri adalah Selangor, Perak, Pahang dan Johor serta lainnya yang membentuk Federasi Malaya dan telah mendapat kemerdekaan (sebagai suatu negara) pada tahun 1957. Sabah dan Serawak serta Brunai masih berstatus wilayah protektorat Inggris. Dalam pembentukan Federasi Malaysia 1963 Brunai tidak bersedia bergabung dan tetap apa adanya sebagai kesultanan di bawah perjanjian protektorat (yang kemudian menjadi negara). Pada tahun 1965 Singapoera keluar dari Federasi Malaysia dan kemudian membentuk (negara) Republik. Bagaimana dengan Sabah dan Serawak? Tetap sebagai dua negara yang terpisah, tetapi masih tergabung dalam Federasi Malaysia (minus Singapoera). Sebelum wilayah Sabah dikuasai Inggris pada tahun 1878 terdiri dari dua negeri yakni Sabah (eks Kesultanan Brunai) dan Sandakan (eks Kesultanan Sulu).

Lantas bagaimana sejarah negeri-negeri Tanah Melayu di Semenanjung dan negeri-negeri di Borneo Utara? Seperti disebut di atas, Wilayah Semenanjung dan Wilayah Borneo Utara adalah dua wilayah yang berbeda sejarah. Wilayah Borneo Utara yang awalnya satu kesatuan Borneo kemudian terpecah menjadi dua wilayah baru (Serawak dan Sabah). Lalu bagaimana sejarah negeri-negeri Tanah Melayu di Semenanjung dan negeri-negeri di Borneo Utara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 08 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (700): Mat Kilau, Pahlawan Malaysia dari Pahang; Mengapa Tidak Ada Makam Pahlawan di Malaysia?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di Malaysia tidak ada taman makam pahlawan (TMP). Bandingkan dengan di Indonesia. Di kota kecil padalaman di Padang Sidempuan saja sangat luas taman makamnya.  Apakah tidak ada pahlawan (kemerdekaan) di Malaysia? Yang jelas ada pahlawan terkenal dari Pahang, Mat Kilau namanya. Namun kilauan kepahlawanan Mat Kilau tidak dianggap pahlawan Malaysia? Apakah kepahlawanan Mat Kilau hanya ada di film layar lebar, yang premiere dalam minggu ini?


Ketika Malaka (kini bagian dari Federasi Malaysia) diserang Portugis dan diduduki tahun 1511, apakah tidak ada perlawanan orang Malaka? Jika ada, lalu siapa pahlawannya? Di Indonesia begitu banyak perlawanan terhadap orang asing (dari Eropa), nama mereka hanya sebagian yang tercatat dalam sejarah, dari yang sebagian yang tercatat hanya sedikit (sekitar 200an) yang mendapat gelar Pahlawan Nasional, tetapi banyak yang diakui sebagai pahlawan daerah (pahlawan provinsi, pahlawan kabupaten/kota dan pahlawan kecamatan). Bagaimana dengan di Malaysia? Sebenarnya banyak pejuang yang melawan kehadiran Inggris di Semenanjung, Singapoera, dan Sabah. Ada tercatat datanya. Namun sengaja atau tidak sengaja tidak pernah dikutip, lalu dilupakan dan kini terlupakan..

Lantas bagaimana sejarah Mat Kilau, pahlawan Malaysia di Pahang? Seperti disebut di atas, di Malaysia terdapat catatan pejuang melawan Inggris di Semenanjung, Singapoera dan Sabah. Salah satu yang memiliki catatan sejarah adalah Mat Kilau di Pahang. Lalu bagaimana sejarah sejarah Mat Kilau, pahlawan Malaysia di Pahang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (699): Malaysia Tidak Pernah Dijajah? So, Mengapa Begitu Lama Inggris Memberikan Kemerdekaan?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Lain lubuk lain belalang. Lain Inggris lain pula Belanda. Inggris bukan tandingannya Belanda. Inggris begitu kuat, Inggris kerap mengganggu Belanda dan bahkan Inggris secara defakto mengusir Belanda dari India, Arab, Australia, Bengkulu, Semenanjung dan Kalimantan Utara. Inggris begitu kuat, hanya warga Amerika (Serikat) yang mampu mengusir Inggris (dengan memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 4 Juli 1774). Secara internasional, kekuatan Inggris terletak pada kekuatan mesin angkatan lautnya saja (namun untuk di kawasan Hindia infantri militer Belanda terkesan lebih kuat). Hal itulah mengapa Inggris hanya mampu membuat koloni di wilayah/area atau pulau-pulau kecil seperti di Penang, Singapoera dan Labuan (dekat Brunai).

Penjajahan ada ragamnya diantara penjajah. Ada yang disebut koloni dan ada pula yang disebut proteksi. Ibarat suatu penjara. Inggris berkantor di luar batas penjara tetapi melakukan patroli, urusan di dalam penjara adalah urusan para penghuni penjara. Belanda tidak hanya berkantor di luar juga ikut berada di dalam penjara mengatur dengan bekerjasama dengan para pemimpin orang yang terpenjara. Belanda menyusun pemerintahan, mengunisiasi pembangunan dan juga melatih dan menyediakan sekolah bagi para penghuni agar bisa sedikit ditingkatkan produktivitasya. Seperti halnya Inggris, Belanda juga mengatur urusan luar seperti pertahanan penjara dan perdagangan luar negeri (keluar masuk barang melalui pintu penjara). Singkat kata pada tahun 1860an sudah ada pribumi Indonesia (orang terpenjara) yang lulus sekolah guru dengan akta guru di Belanda dan yang lulus perguruan tinggi di Belanda, yang mana sang guru diizinkan membuka sekolah guru di dalam penjara dan sang sarjana ikut dipekerjakan sebagai pejabat pemerintahan, Praktis pribumi Indonesia tahun 1928 sudah puluhan pribumi sarjana dan sebagian diantaranya telah bergelar doktor (Ph.D). Orang terdidik di dalam penjara maupun yang berada di luar penjara sadar meningkatkan patriotisme orang-orang terpenjara. Di Malaysia, pada tahun 1928 belum ada sarjana dan sekolah pun bagi pribumi terbatas untuk hanya sekolah dasar. Pada saat kemerdekaan Indoneisa 1945 sudah ribuan pribumi memiliki pendidikan tinggi, berbeda dengan di Malaya pada tahun 1957 tak satupun bergelar sarjana. Itulah dua bentuk penjajahan ala Inggris dan ala Belanda. Orang Indonesia menyebut dirinya dijajah, sedangkan di Malaysia tidak menyebut dijajah, hanya diproteksi, Inggris hanya berkoloni di Penang, Malaka, Singapoera dan Laboean serta Serawak dan Sabah.

Lantas bagaimana sejarah Malaysia tidak pernah dijajah? Seperti disebut di atas, penjajahan itu ibarat penjara; diawasi dari luar atau juga ikut diawasi di dalam. Akhir dari penjajahan adalah kemerdekaan. Malaysia di Semenanjung mendapat kemerdekaan tahun 1957. So, sejak kapan Semenanjung dijajah. Lalu bagaimana sejarah Malaysia tidak pernah dijajah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.