Minggu, 10 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (703): Warna Khas Budaya Etnik, Merah Putih Hitam Kuning; Ragam Budaya - Warna Bendera


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Warna khas budaya adalah elemen budaya yang diwariskan. Namun sangat sulit mengetahui sejak kapan plihan warna muncul pada budaya etnik tertentu. Warna budaya ini tidak hanya muncul dalam ragam budaya (seperti seni) juga menjadi lambang warna kerajaan dan (kombinasdi) warna yang digunakan dalam bendera. Bagaimana dengan warna bendera Indonesia sendiri?

Tiga warna Melayu. Tiga warna yang memaparkan warna hijau, kuning dan merah, merupakan kombinasi warna yang biasanya terdapat dalam pelbagai reka bentuk simbol yang digunakan oleh sesetengah organisasi utama untuk melambangkan orang-orang Melayu. Tiga warna ini diperoleh daripada tiga nilai penting Kemelayuan; Islam, Majlis Raja-Raja dan Etnik Melayu. Hijau adalah warna tradisional Islam, iman yang menjadi bahagian penting budaya Melayu. Warna kuning adalah warna diraja yang biasanya dikaitkan dengan sultan-sultan Melayu, dan digunakan untuk menegaskan kesetiaan orang Melayu kepada Raja-raja mereka. Warna ketiga, merah, adalah warna tradisional dalam budaya Melayu, digunakan untuk menunjukkan keberanian, kepahlawanan dan kesetiaan. Warna merah jambu yang dikatakan merah kesumba merah yang sama dengan kain merah dan biasanya dikaitkan dengan darah, adalah warna eksistensi orang Melayu dan merupakan warna yang paling sering disebut dalam kesusasteraan. Di seberang Selat Melaka, iaitu di provinsi Riau dan Kepulauan Riau yang mempunyai ikatan sejarah dan kebudayaan yang kental dengan kawasan Semenanjung, warna-warna ini memegang falsafah yang sama dengan saudara Melayu mereka di Tanah Besar Asia. Dikenali dan diwarnakan sebagai Kuning Keemasan, Hijau Lumut dan Merah Darah Burung, warna-warna ini digunakan secara meluas sebagai simbol adat dan perayaan di kota-kota dan desa wilayah-wilayah tersebut, 3 warna ini juga turut menjadi pilihan utama pasangan pengantin Melayu di daerah-daerah berkenaan bagi meraikan majlis pernikahan mereka.(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah warna budaya etnik di nusantara? Seperti disebut di atas, warna budaya umumnya diwarisikan dalam berbagai ragam budaya seperti seni dan bahkan plihan warna bendera. Namun warna khas budaya sulit diketahui sejak kapan bermula. Lalu bagaimana sejarah warna khas budaya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.  Warna (khas) tradisi di Nusantara

Warna Khas Budaya Etnik, Merah Putih Hitam Kuning Hijau; Ragam Budaya hingga Warna Bendera

Tunggu deskripsi lengkapnya

Ragam Budaya hingga Warna Bendera: Merah Putih Hitam Etnik Batak

Tunggu deskripsi lengkapnya


 

 *Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar