Selasa, 19 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (722): Tenaga Kerja Indonesia di Mata Malaysia; Sejarah Awal Tenaga Kerja dan Migrasi di Malaya

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Mengapa soal tenaga kerja asing, terutama yang berasal dari Indonesia kerap menjadi isu tidak sedap diantara dua negara. Tenaga kerja Indonesia bekerja di Malaysia. Pangkal perkara isu bermula karena tenaga kerja Indonesia menjadi korban yang lalu kemudian beberapa hari terakhir ini berujuang pada soal baru tentang MOU antara Indonesia dan Malaysia.


Penduduk Malaysia terdiri dari berbagai kelompok suku, dengan suku Melayu sejumlah 50,4% menjadi ras terbesar dan bumiputra atau suku indigenos (aborigin) di Sabah dan Sarawak sejumlah 11% keseluruhan penduduk. Menurut definisi konstitusi Malaysia, orang Melayu adalah Muslim, menggunakan bahasa Melayu, yang menjalankan adat dan budaya Melayu. Oleh karena itu, secara teknis, seorang Muslim dari ras mana pun yang menjalankan kebiasaan dan budaya Melayu dapat dipandang sebagai Melayu dan memiliki hak yang sama ketika berhadapan dengan hak-hak istimewa Melayu seperti yang dinyatakan di dalam konstitusi. Lebih dari separuh bagian dari keseluruhan penduduk, bumiputra non-Melayu menjadi kelompok dominan di negara bagian Sarawak (30%-nya adalah Iban), dan mendekati 60% penduduk Sabah (18%-nya adalah Kadazan-Dusun, dan 17%-nya adalah Bajaus). Bumiputra non-Melayu itu terbagi atas puluhan kumpulan ras tetapi memiliki budaya umum yang sama. Hingga abad ke-20, kebanyakan dari mereka mengamalkan kepercayaan tradisional tetapi kini telah banyak yang sudah memeluk Kristen atau Islam. Masuknya ras lain sedikit banyak mengurangi persentase penduduk pribumi di kedua negara bagian itu. Juga terdapat kelompok aborigin dengan jumlah sedikit di Semenanjung, mereka biasa disebut Orang Asli.  Sebanyak 22,6% penduduk adalah Tionghoa-Malaysia, sedangkan India-Malaysia sebanyak 6,8% penduduk. Sebagian besar komunitas India adalah Tamil (85%), tetapi berbagai kelompok lainnya juga ada, termasuk Malayalam, Punjab, dan Gujarat. Sebagian lagi penduduk Malaysia berdarah campuran Timur Tengah, Thailand, dan Indonesia. Keturunan Eropa dan Eurasia termasuk Britania yang menetap di Malaysia sejak zaman kolonial, dan komunitas Kristang yang kuat di Melaka. Sejumlah kecil orang Khmer dan Vietnam menetap di Malaysia sebagai pengungsi Perang Vietnam. Sebaran penduduk sangat tidak merata, dengan lebih dari 17 juta penduduk menetap di Malaysia Barat, sedangkan tidak lebih dari 7 juta menetap di Malaysia Timur. Karena tumbuhnya industri padat tenaga kerja, Malaysia memiliki 10% sampai 20% pekerja imigran dengan besarnya ketidakpastian jumlah pekerja ilegal, terutama asal Indonesia. Terdapat sejuta pekerja imigran yang legal dan mungkin orang asing ilegal lainnya. Negara bagian Sabah sendiri memiliki hampir 25% dari 2,7 juta penduduknya terdaftar sebagai pekerja imigran ilegal menurut sensus terakhir. Tetapi, gambaran 25% ini diduga kurang dari setengah gambaran yang diperkirakan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Sebagai tambahan, menurut World Refugee Survey 2008, yang diterbitkan oleh Komisi Pengungsi dan Imigran Amerika Serikat, Malaysia menampung pengungsi dan pencari suaka mendekati angka 155.700. Dari jumlah ini, hampir 70.500 pengungsi dan pencari suaka berasal dari Filipina, 69.700 dari Myanmar, dan 21.800 dari Indonesia. Komisi Pengungsi dan Imigran Amerika Serikat menamai Malaysia sebagai salah satu dari sepuluh tempat terburuk bagi pengungsi karena adanya praktik diskriminasi negara kepada pengungsi. Petugas Malaysia dilaporkan memulangkan pendatang secara langsung kepada penyelundup manusia pada 2007, dan Malaysia menugaskan RELA, milisi sukarelawan, untuk menegakkan undang-undang imigrasi negara itu. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah tenaga kerja Indonesia di mata Malaysia? Seperti disebut di atas,masalah ketenagakerjaan pada dasawarsa terakhir ini semakin memuncak dan kini isunya semakin pelik. Apakah sejarah awal tenaga kerja dan migrasi di Malaya berkaitan dengan masalah tenaga kerja asing di Malaysia masa ini. Lalu bagaimana sejarah tenaga kerja Indonesia di mata Malaysia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (721): Politik Rasial Era Kolonial, Benarkah? Federasi Malaysia Mewariskan Isu Politik Rasial?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Politik rasial adalah isu internasional sejak masa lampau. Terutama sejak era kolonial. Bagaimana politik rasial itu terjadi. Itu satu hal. Apakah politik rasial benar-benar ada pada era kolonial di Asia Tenggara. Jika ada apakah di negara Federasi Malaysia masih mewariskan politik rasial?


Politik rasial adalah praktik para aktor politik yang mengeksplotasi masalah ras untuk memajukan sebuah agenda. Di Malaysia, politikus Malaysia, Chang Ko Youn berkata "Malaysia telah mempraktikkan politik rasial selama 51 tahun dan kami tahu itu bersifat memecah belah karena setiap partai hanya berbicara atas nama kelompok rasial yang diwakili... Saat seluruh ras berada dalam sebuah partai tunggal, tak ada seorangpun yang akan berupaya untuk menjadi pahlawan partai.... Lebih mudah untuk menjadi pahlawan Melayu, pahlawan Tionghoa Malaysia atau pahlawan India Malaysia, sulit menjadi pahlawan Malaysia.... Negara ini sekarang menghadapi masalah-masalah ekonomi dan kini penting bagi pemerintah dan partai-partai politik untuk merumuskan sebuah agenda Malaysia tentang bagaimana cara menyatukan rakyat dan menghadapi tantangan-tantangan tersebut. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah politik rasial di Asia Tenggara era kolonial, benarkah? Seperti disebut di atas, banyak orang berasumsi bahwa di negara Malaysia masih ada politik rasial. Politik rasial ini disebutkan terjadi pada era kolonial. Lalu bagaimana sejarah politik rasial di Asia Tenggara era kolonial, benarkah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 18 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (720): Mengapa Ada Akademisi di Malaysia Kritik Negara Sendiri; Perbandingan Indonesia Malaysia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Akhir-akhir di Malaysia semakin kerap muncul kritik terhadap bernegara, bahkan tidak sedikit guru besar yang melontarkan kritik. Kritik itu tidak hanya soal ekonomi, juga aspek-aspek lain seperti bahasa, pendidikan, budaya hingga permasalahan politik. Kritik terdapat di semua negara, termasuk Indonesia, tetapi kritik di Malaysia banyak hal yang sangat mendasar seperti bahasa, pendidikan dan politik. Mengapa? Di Indonesia permasalahannya sudah selesai, meski ada kritik tetapi sifatnya minor (hanya soal kebijakan dan program).


Malaysia mengadopsi sistem demokrasi parlementer di bawah pemerintahan monarki konstitusional. Malaysia dipimpin oleh Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong yang dipilih dari sembilan sultan negeri Melayu untuk menjabat selama lima tahun sebagai Kepala Negara dan Pemerintah Tertinggi Angkatan Bersenjata. Sistem ini adalah berdasarkan sistem Westminster karena Malaysia merupakan bekas koloni Inggris. Kekuasaan eksekutif ditentukan oleh kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri. Berdasarkan konstitusi Malaysia, Perdana Menteri haruslah seorang anggota Dewan Rakyat, yang menurut Yang di-Pertuan Agong, memimpin kelompok mayoritas dalam parlemen. Sedangkan kabinet merupakan anggota parlemen yang dipilih dari Dewan Rakyat atau Dewan Negara. Malaysia mengamalkan sistem parlemen dua kamar: Dewan Rakyat dan Dewan Negara. Dewan Negara memiliki 70 orang yang terpilih selama 3 tahun. Pemilihan anggotanya bisa dibagi dua: 26 anggota dipilih oleh Dewan Undangan Negeri sebagai perwakilan 13 negara bagian, 44 anggota lagi ditunjuk oleh Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong atas nasihat Perdana Menteri, termasuk dua anggota dari Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, dan satu anggota masing-masing dari Labuan dan Putrajaya. Dewan Rakyat itu memiliki sebanyak 222 anggota, dan setiap anggota mewakili satu daerah pemilihan. Anggota dipilih atas dasar dukungan banyak pihak melalui pemilu. Setiap anggota Dewan Rakyat menjabat selama 5 tahun, dan setelah itu pemilu yang baru akan diadakan. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah mengapa ada akademisi Malaysia kritik negara Sendiri? Seperti disebut di atas, ada perbedaan domain antara Indonesia dan Malaysia dalam hal kritik bernegara. . Lalu bagaimana sejarah mengapa ada akademisi Malaysia kritik negara Sendiri? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (719): Malaysia Sangat Kecil di Sejarah Indonesia; Bahasa, Budaya, Pendidikan dan Ekonomi Keuangan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Malaysia pada dasarnya sangat kecil diantara Indonesia. Ibarat Hongkong atau Taiwan tidak ada artinya dibanding Cina. Demikian juga Sri Lanka diantara India. Dalam perspektif Indonesia, Singapoera dan Malaysia, yang tergolong negara makmur, sesungguhnya sangat kecil dalam berbagai aspek (populasi dan ekonomi serta aspek lainnya termasuk budaya). Pada era kolonial, di Strait Settlement, Inggris merasa lebih kecil dari Hindia Belanda, namun dalam perspektif Malaysia masa kini merasa lebih besar dan hebat dibandingkan Indonesia. Mengapa berbeda persepsi?


Semenanjung Malaya dan pastinya Asia Tenggara menjadi pusat perdagangan di kawasan selama berabad-abad. Berbagai komoditas seperti keramik dan rempah aktif diperdagangkan bahkan sebelum Kesultanan Melaka dan Singapura mengemuka. Pada abad ke-17, mereka didirikan di beberapa negara bagian. Kemudian, sejak Britania Raya mulai mengambil alih sebagai administrator Malaya Britania, pohon karet dan kelapa sawit diperkenalkan untuk tujuan komersial. Di dalam waktu lama, Malaya menjadi penghasil timah, karet, dan minyak sawit terbesar di dunia. Tiga komoditas ini, beserta bahan mentah lainnya, mengatur tempo ekonomi Malaysia lebih baik sampai abad ke-20. Pada 1970-an, Malaysia mulai meniru ekonomi Empat Macan Asia (Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, dan Singapura) dan berkomitmen kepada transformasi dari ekonomi yang bergantung pada pertambangan dan pertanian ke ekonomi berbasis manufaktur. Dengan investasi Jepang, industri-industri berat mulai dibuka dan beberapa tahun kemudian, ekspor Malaysia menjadi mesin pertumbuhan primer negara ini. Malaysia secara konsisten menerima lebih dari 7% pertumbuhan PDB disertai dengan inflasi yang rendah pada 1980-an dan 1990-an. Pada dasarnya, pertumbuhan Malaysia bergantung pada ekspor bahan elektronik seperti chip komputer dan sebagainya. Akibatnya, Malaysia merasakan tekanan hebat semasa krisis ekonomi pada tahun 1998 dan kemerosotan dalam sektor teknologi informasi pada tahun 2001. Pada September 2005, Howard J. Davies, direktur London School of Economics, di dalam sebuah pertemuan di Kuala Lumpur, memperingatkan para pejabat Malaysia bahwa jika mereka ingin pasar modal fleksibel kembali, mereka harus mencabut larangan penjualan singkat. Pada Maret 2006, Malaysia mencabut larangan penjualan singkat. Kini, Malaysia dipandang sebagai negara industri baru.  (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Malaysia sangat kecil diantara Indonesia? Seperti disebut di atas, dalam banyak aspek Malaysia sejak dari dulu hingga ini hari hanyalah negara kecil jika dibandingkan dengan Indonesia. Namun dalam perspektif Malaysia merasa besar. Mengapa? Lalu bagaimana sejarah Malaysia sangat kecil diantara Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 17 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (718): Tawau dan Batu Tinagat, Batas Yurisdiksi Belanda dan Inggris1824;Mengapa Sebatik Dibelah Dua?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada artikel sebelum ini telah dideskripsikan sejarah kota-kota di pantai timur laut Sabah yakni Kudat, Sandakan dan Lahad Datu. Bagaimana dengan sejarah kota Tawau. Awalnya Tawau adalah sebuah kampong kecil, lalu berkembang menjadi kota. Bagaimana bisa? Kampong ini berada di wilayah Kesultanan Sulu. Kota ini berkembang sejak kehadiran pedagang Inggris (Maskapai Borneo Utara) di Borneo Utara, tetapi yang mulai membangun kampong Tawau ini menjadi kota adalah orang-orang (Hindia) Belanda. Satu yang penting dalam sejarah awal kampong Tawau dan Batu Tinagat masuk wilayah Indonesia (baca: Hindia Belanda).


Sejarah Tawau tidak diketahui dengan jelas terutama sebelum tahun-tahun 1890-an. Bagaimanapun Tawau telah memiliki penduduk dengan sebuah perkampungan kecil nelayan dengan 200 orang penduduk pada tahun 1898. Pada saat itu Tawau berada di bawah kekuasaan Kesultanan Sulu. Dalam satu perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 22 Januari ??, Kesultanan Sulu menyerahkan kawasan di sekitar Tawau yang ada sekarang kepada pihak Inggris. Tawau menjadi sebagian kawasan jajahan orang-orang Inggris melalui Perusahaan Borneo Utara. Menurut catatan The North Borneo Annual Volume (1955-1965) menyatakan sistem administrasi bermula pada tahun 1898, menuruti langkah-langkah pihak Perusahaan Borneo Utara membuka sebuah pos di Tawau dan seterusnya mengadakan dasar-dasar administrasi pemerintahan setempat di situ. Untuk menghindarkan salah paham dengan pihak Belanda yang memerintah Hindia Belanda pada masa tersebut tidak, disebabkan Tawau berbagi perbatasan dengan Indonesia, pihak pemerintahan Inggris telah mengambil langkah-langkah untuk menetapkan perbatasan. Ini disebabkan perbatasan asal bagi kawasan yang telah diserahkan kepada pihak Inggris oleh kedua Sultan Brunei dan Sultan Sulu ialah di bawah Sungai Sibuco/Sungai Sebuku berdekatan dengan Tarakan (Indonesia) yang mana kawasan tersebut termasuk di bawah pemerintahan Belanda yang saat itu telah menghuni kawasan tersebut. Menyusul hal itu suatu komite perbatasan telah didirikan pada tahun 1912 yang terdiri dari pegawai-pegawai dari Britania Raya dan Belanda. Sebuah Laporan Bersama telah disediakan beserta dengan peta dan ditandatangani oleh komite masing-masing di Tawau pada tanggal 17 Februari 1913. Kemudian menurut protokol di antara Britania Raya dan Belanda yang telah ditandatangani di London pada tanggal 28 September 1915, kedua pemerintahan tersebut mengesahkan laporan bersama dan peta tersebut. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Tawau dan Batu Tinagat, batas Yurisdiksi Belanda dan Inggris 1824? Seperti disebut di atas, Tawau adalah kota besar di pantai timur Sabah yang relatif dekat ke wilayah Indonesia. Lalu bagaimana sejarah Tawau dan Batu Tinagat, batas Yurisdiksi Belanda dan Inggris 1824? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (717): Lahad Datu di Teluk Darvel; Sejarah Awal hingga Peristiwa Serangan Sulu di Lahad Datu 2013


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada beberapa kota di pantai timur laut pulau Kalimantan yang kini masuk wilayah (negara) Sabah yakni Kudat, Sandakan, Lahad Datu dan Tawau. Nama Lahad Datu kini menjadi penting karena pernah terjadi peristiwa berdarah pada tahun 2013. Wilayah Lahad Datu ini termasuk bagian wilayah yang diberikan Kerajaan Sulu sebagai konsesi kepada Maskapai Borbneo Utara milik pedagang Inggris.


Lahad Datu (Malay: Bandar Lahad Datu) is the capital of the Lahad Datu District in the Dent Peninsula on Tawau Division of Sabah, Malaysia. Its population was estimated to be around 27,887 in 2010. The town is surrounded by stretches of cocoa and palm oil plantations. It is also an important timber exporting port. The town has an airport for domestic flights. A settlement is believed to have existed here in the 15th century, as excavations have unearthed Ming dynasty Chinese ceramics. Just east of Lahad Datu is the village of Tunku, a notorious base for pirates and slave traders in the 19th century. Based on a Jawi manuscript in the Ida'an language dated 1408 A.D, it is believed to be the first site in northern Borneo where Islam was first introduced. The Jawi manuscript gives an account of an Ida'an man named Abdullah in Darvel Bay who embraced Islam. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Lahad Datu di Teluk Darvel? Seperti disebut di atas, kota Lahad Datu terbentuk di teluk Darvel. Lalu bagaimana sejarah Lahad Datu di Teluk Darvel? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.