Minggu, 17 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (717): Lahad Datu di Teluk Darvel; Sejarah Awal hingga Peristiwa Serangan Sulu di Lahad Datu 2013


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada beberapa kota di pantai timur laut pulau Kalimantan yang kini masuk wilayah (negara) Sabah yakni Kudat, Sandakan, Lahad Datu dan Tawau. Nama Lahad Datu kini menjadi penting karena pernah terjadi peristiwa berdarah pada tahun 2013. Wilayah Lahad Datu ini termasuk bagian wilayah yang diberikan Kerajaan Sulu sebagai konsesi kepada Maskapai Borbneo Utara milik pedagang Inggris.


Lahad Datu (Malay: Bandar Lahad Datu) is the capital of the Lahad Datu District in the Dent Peninsula on Tawau Division of Sabah, Malaysia. Its population was estimated to be around 27,887 in 2010. The town is surrounded by stretches of cocoa and palm oil plantations. It is also an important timber exporting port. The town has an airport for domestic flights. A settlement is believed to have existed here in the 15th century, as excavations have unearthed Ming dynasty Chinese ceramics. Just east of Lahad Datu is the village of Tunku, a notorious base for pirates and slave traders in the 19th century. Based on a Jawi manuscript in the Ida'an language dated 1408 A.D, it is believed to be the first site in northern Borneo where Islam was first introduced. The Jawi manuscript gives an account of an Ida'an man named Abdullah in Darvel Bay who embraced Islam. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Lahad Datu di Teluk Darvel? Seperti disebut di atas, kota Lahad Datu terbentuk di teluk Darvel. Lalu bagaimana sejarah Lahad Datu di Teluk Darvel? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. Peta Ptolomeus abad ke-2

Lahad Datu di Teluk Darvel; Sejarah Awal hingga Peristiwa Serangan Sulu di Lahad Datu 2013

Dari masa ke masa wilayah rupa bumi Lahad Datu relatif tidak berubah. Wilayah Lahad Batu sejak lama dikenal sebagai teluk Darvel. Ini berbeda dengan wilayah teluk lainnya dimana kemudian terbentuk kota Sandakan dan kota Tawau. Kawasan Lahad Datu dapat dikatakan mirip dengan kawasan teluk Marudu (Kudat). Secara geomorfologi diduga kawasan teluk Marvel, yang mirip teluk Marudu, diduga menjadi kawasan strategis navigasi pelayaran perdagangan sejak zaman kuno (lihat peta Ptolomeus abad ke-2)..


Wilayah kawasan teluk Marudu diduga kuat telah menjadi pusat perdagangan sejak zaman kuno, dimana terbentuk kota perdagangan Maludu atau Marudu. Kawasan teluk Marudu ini berada diantara dua perbukitan yang membentuk setelah lingkaran. Pada bagian dalam teluk terbentuk sejak awal kampong/kota Maludu. Kota Maludu ini ke pedalaman terhubung dengan lereng gunung Kinabalu dan ke wilayah pesisir di teluk Maludu terhubungan dengan dunia luar (manca negara). Posisi Maludu dengan teluk yang tenang dapat dikatakan sebagai perlindungan kapal yang baik saat terjadi badai. Aktivitas manusia yang intens di pedalaman (perladangan dan pertambangan) Maludu di lereng gunung Kinabalu menyerbabkan terjadi sedimentasi jangka panjang di bagian dalam kawasan teluk yang membentuk daratan baru. Hal itulah mengapa kota Marudu kini seakan berada di pedalaman jauh di belakang pantai di kawasan teluk. Kota Kudat adalah kota yang terbentuk baru sejak era Inggris. Peta 1657

Teluk Marvel telah diidentifikasi dalam peta-peta Portugis. Pada Peta 1601 belum diidentifikasi dengan nama dan baru diidentifikasi dengan nama Dwael pada Peta 1657. Pada dua peta Portugis ini geomorfologi kawasan teluk Dwaal wujudnya tidak banyak berubah dengan kondisi yang sekarang. Satu abad kemudian (lihat Peta 1724) ada perubahan bentuk bagian dalam teluk, dimana terbentuk daratan tempat dimana kini kota Lahad Datu. 


Dalam hal ini ada celah kecil ke dalam (lihat Peta 1657) dari kawasan pesisir yang sekarang ke arah pedalaman yang diduga masuk wilayah kawasan Segama yang sekarang (daerah aliran sungai Malamba dan sungai Danum). Hanya itu yang terlihat secara geomorfologis dalam perubahan teluk sepanjang masa. Besar dugaan kawasan dimana terbentuk kota Lahad Datu merupakan pemukiman baru diwilayah lereng bukit. Peta 1724

Sungai Danum tempo doeloe disebut sungai Segama (sungai terpanjang kedua di pantai timnur laut setelah sungai Kinabatangan). Untuk mencapai wilayah Segama di pedalaman harus dilalui melalui sungai Segama yang bermuara di Litang. Sehubungan dengan memanjangnya sungai Segama ke hilir (proses sedimentasi), dan di sisi lain terbentuknya kampong Lahad Datu, maka untuk memotong jalan arus perdagangan dari pedalaman terbentuk jalan dari Lahad Datu ke sungai Segama di kampong Segama (kampong yanfg lebih tua dari Lahad Datu).


Secara geomorfologis, teluk Lahad Datu (Marvel/Dwaal) bukanlah tempat-tempat strategis dalam perdagangan di masa lampau. Sebab kota-kota perdagangan utama biasanya terbentuk di muara-muara sungai. Besar dugaan bahwa teluk Dwael/Marvel awalnya adalah teluk yang bersifat marjinal.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Awal hingga Peristiwa Serangan Sulu di Lahad Datu 2013: Sabah (Federasi Malaysia) dan Sulu (Filipina)

Sejak Baron van Overdeck (Maskapai Borneo Utara) mendapat konsesi di wilayah pantai timur laut Borneo Utara (Sabah dan Sandakan), pada tahun 1878, mulai dibentuk berbagai kampong menjadi kota-kota utama, seperti Kudat, Jesselton, Sandakan, Lahad Datu (plus Tawau). Kampong kecil Lahad Datu menjadi penting ketika perusahaan Belaanda yang berbasis di Artwep Belanda membuka perkebunan tembakau di Lahad Datu dengan nama Darvel Bay Tobacco Plantations Ltd di Lahad Datu, British North Borneo (lihat Deli courantm, 17-04-1889). Administraturnya seorang Belanda JT Voorwijk (lihat Deli courant, 09-04-1890).


Kapan perusahaan Darvel Bay Tobacco Plantations Ltd dibentuk dan kapan mulai melakukan land clearing di Lahad Datu tidak diketahui secara pasti. Yang jelas pada tahun 1891 plantation Lahad Datu telah menghasil ekspor (lihat De Maasbode, 01-07-1891). Pada tahun 1896 dilaporkan dari Lahad Datu 530 pikul dan 200 pikul dari dua kebun yang berbeda di Lahad Datu (lihat buku Afloopen Tabak, 1898). Dalam laporan tembakau ini juga perusahaan lagi telah menghasilkan yakni perusahaan NLBTC (New London Borneo Tobacco Company) yang memiliki kebun di Ranau dan Bandau (Marudu) serta Marian (Sandakan). Tampaknya hanya dua perusahaan ini yang beriperasi di Borneo Utara (Sabah) di bidang tembakau. hanya dua perusahaan ini yang beriperasi di Borneo Utara (Sabah) di bidang tembakau.

Perusahaan Lahad Batu cukup lama beroperasi dan masih eksis hingga tahun 1940 (lihat De Indische mercuur; orgaan gewijd aan den uitvoerhandel, jrg 63, 1940, no 49, 04-12-1940). Selain tembakau, hasil eskpor dari Lahad Datu yang merupakan hasil hutan adalah kayu mahoni. Kota pelabuhan lain di kawasan teluk adalah Kunak.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar