Jumat, 29 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (10): Apakah Bahasa Melayu Merujuk BahasaBatak?AksaraBatak di Tanah Batak dan Aksara Jawi di Melayu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Padang Lawas adalah salah sau wilayah di pulau Sumatra yang sudah dikenal sejak lama. Dalam peta Ptolomeus abad ke-2 diidentifikasi nama Tacola yang diduga adalah nama Angkola. Nama Minanga yang diduga nama Binanga di Padang Lawas terdapat pada prasasti abad ke-7. Besar dugaan masyarakat pendukung peradaban di Padang Lawas adalah orang Batak yang membanngun candi-candi.  Apakah dalam hal ini terbentuknya bahasa Melayu merujuk pada bahasa Batak?

 

Bahasa rujak adalah suatu jenis tata bahasa di berbagai negara (khususnya di Malaysia dan Singapura) yang mencampurkan berbagai bahasa dalam satu kalimat atau percakapan, seperti halnya dengan bahasa pijin, Manglish/Inggris Malaysia dan Singlish/Inggris Singapura. Namun, bahasa dasarnya tetap saja merupakan bahasa ibu dari negara bersangkutan. Di Indonesia, bahasa yang demikian biasa disebut bahasa gado-gado. Bahasa ini dinamakan dengan Bahasa rujak karena bahasa ini memcampurkan bahasa lokal dengan bahasa-bahasa lain dalam satu percakapan, sehingga terlihat bercampur-aduk tak beraturan layaknya makanan rujak. Bahasa rujak menjadi kontroversi karena dianggap sebagai bahasa yang tidak baku dan merusak kemurnian bahasa dan dapat menimbulkan krisis dalam pembelajaran bahasa. Contoh kosakata bahasa rujak dalam bahasa Indonesia: Lihat bonekaku yang cute (lucu) ini; Love you sayang, good nite! Overall semuanya saya suka, I like it! (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah apakah bahasa Melayu merujuk bahasa Batak? Seperti disebut di atas sejarah peradaban awal yang terinformasikan di pantai timur Sumatra salah satunya di wilayah Padang Lawas. Apakah dalam hal ini terbentuknya bahasa Melyu di pantai timur Sumatra merujuk bahasa Batak? Aksara Batak di Tanah Batak, aksara Jawi di wilayah Melayu. Lalu bagaimana sejarah apakah bahasa Melayu merujuk bahasa Batak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Kamis, 28 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (9): Padang Bolak dan Padang Lawas; Geomorfologi Padang Lawas dan Geomorfologis Pulau Sumatra


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Padang Bolak dan Padang Lawas adalah dua nama wilayah untuk wilayah yang sama. Padang adalah wilayah yang cenderung datar dengan vegetasi ilalang yang diselingi pepohanan rendah (seperti balakka dan aramotting). Bolak adalah bahasa Batak yang artinya luas dan demikian juga dengan lawas yang berarti luas. Padang yang sama menurut orang pedalaman disebut bolak, orang yang berasal dari lautan disebut lawas. Di wilayah bentang alam yang luas ini mengalir sungai-sungai berhulu di pegunungan. Sungai-sungai ni menjadi jalur transfortasi dari dan ke luar (laut) dan ke dalam (pedalaman).

 

Geomorfologi ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan proses yang membentuknya. Para ahli geomorfologi mencoba untuk memahami kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang alam. Geomorfologi dipelajari di geografi, geologi, geodesi, arkeologi, dan teknik kebumian. Lingkup kajian dari geomorfologi adalah bentuk permukaan bumi. Dalam pembahasan ilmiah, bentuk permukaan bumi ini meliputi penemuan dan pengenalan bentuk lahan dan faktor-faktor pembentuknya. Geomorfologi juga membahas tentang sejarah dan asal-usul bentuk lahan. Proses pembentuk utama yang bertanggung jawab terhadap pembentukan topografi adalah angin, ombak, cuaca, pergerakan tanah, aliran air, tektonik, dan vulkanik. Geomorfologi memiliki keterkaitan dengan geografi disebut geomorfologi geografi. Keduanya saling membutuhkan. Kajian geomorfologi geografi menghasilkan pengetahuan bentang lahan, bentang alam dan bentang geografi (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Padang Bolak dan Padang Lawas? Seperti disebut di atas wilayah Padang Lawas dan Padang Bolak adalah wilayah datar dimana kini ditemukan banyak candi-candi yang berasal dari masa lampau. Geomorfologi wilayah Padang Lawas dan Geomorfologis pulau Sumatra. Lantas bagaimana sejarah Padang Bolak dan Padang Lawas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Rabu, 27 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (8): Wilayah Padang Lawas Era VOC/Belanda, Orang Pedalaman Terisolasi; Dunia Lama versus Dunia Baru


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Wilayah sejarah adalah ibarat layout rumah/istana, banyak sisi (utara, timur, barat dan selatan) tetapi pada setiap masa hanya ada satu utama dimana terdapat gerbang utama. Demikianlah sejarah di wilayah Padang Lawas, awalnya pintu belakang (sisi barat di Angkola/Barus) lalu berubah menjadi pintu depan (sisi timur di Padang Lawas). Setelah sempat sejarah Padang Lawas gelap gulita (selama era VOC/Belanda), lalu seperti kita lihat nanti, sejarah wilayah Padang Lawas terbuka kembali, tetapi dari sisi selatan (Mandailing) pada era Pemerintah Hindia Belanda.

 

Setelah kejatuhan Kerajaan Aru dalam perang dengan Kerajaan Aceh, dalam perkembangannya Kerajaan Aru mulai memudar. Pada era Ma Huan (1403-1415) ibu kota Kerajaan Aru berada di daerah aliran sungai Barumun. Pada masa ini disebut Kerajaan Nakur pernah menyerang kerajaan di Sungai Karang dan rajanya terbunuh. Dalam laporan Mendes Pinto (1537) disebut tiga anak Radja Aru terbunuh di Lingau dan Nakur. Dalam hal ini wilayah Kerajaan Aru yang (tersisa) di wilayah pesisir mulai dari batas sungai Rokan hingga batas sungai Ambuaru plus wilayah pedalaman mulau dari batas Minangkabau hingga batas Kerajaan Aceh). Dalam laporan Mendes Pinto ibu kota Kerajaan Aru berada di Panaju di daerah aliran sungai Panatiao. Wilayah Nakur (Simalungun) dan wilayah Gajo berpusat di Lingau/Lingga (kini masuk Karo) dipimpin oleh para pangeran Kerajaan Aru (anak dari Radja Aru).

Lantas bagaimana sejarah wilayah Padang Lawas era VOC/Belanda dan penduduk di pedalaman terisolasi? Seperti disebut di atas, Keraajaan Aru memudar setelah mengalami kekalahan dalam perang melawan Kerajaan Aceh. Situasi dan kondisi menjadi dunia lama versus dunia baru dan semmua tergantung pada supremasi kerajaan-kerajaan. Lalu bagaimana sejarah wilayah Padang Lawas era VOC/Belanda dan penduduk di pedalaman terisolasi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Padang Lawas (7): Kerajaan Aru di Pantai Timur Sumatra Era Portugis; Mendes Pinto dan Kerajaan Malaka di Semenanjung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Sejarah adalah narasi fakta dan data, fakta yang benar-benar ada atau terjadi dengan didukung bukti. Bukti-bukti sejarah masa lampau di Indonesia, sangat terbatas, hanya berupa teks prasasti atau bentuk lainnya. Dukungan teks dari asing sangat diperlukan untuk menambah pemahaman, terutama yang berasal dari Tiongkok dan dari Eropa. Salah satu sumber sejarah tentang keberadaan Kerajaan Aru yang jarang dicermati laporan seorang Portugis, Mendes Pinto.

 

Fernão Mendes Pinto (c.1509-8 Juli 1583) seorang penjelajah Portugis. Pelayarannya dicatat dalam Peregrinação;1614), memoar otobiografinya. Banyak aspek dari karya ini yang dapat diverifikasi. Pinto meninggalkan Lisbon 1537 menuju India melalui Mozambik. Lalu berlayar dengan kapal kargo Portugis ke Goa. Sejak tahun 1539, Pinto tetap berada di Malaka di bawah Pedro de Faria, kapten Malaka yang baru diangkat. Pinto diutus menjalin kontak diplomatic dengan kerajaan-kerajaan kecil yang bersekutu Portugis melawan umat Islam di Sumatera bagian utara. Pada tahun 1569, ia menemukan armada Ottoman yang dipimpin oleh Kurtoğlu Hızır Reis di Aceh. Setelah misi Pinto ke Sumatra, dia dikirim ke Patani, di pantai timur Semenanjung Malaya. Pinto melanjutkan operasi perdagangan di di Teluk Tonkin. Pinto memasuki Tiongkok dari Laut Kuning. Pinto memfasilitasi perdagangan antara Portugis dan Jepang. Pinto kembali ke Malaka lalu ke Goa. Sekembalinya Pinto ke Goa, Faria mengirimnya ke Banten, Jawa, untuk membeli lada untuk dijual ke Cina. Pada tahun 1558, Pinto kembali ke Portugal. Pinto memulai memoarnya pada tahun 1569 (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Aru di Pantai Timur Sumatra era Portugis? Seperti disebut di atas, sumber sejarah Kerajaan Aru di era Portugis berasal dari penulis-penulis Portugis. Mendes Pinto dan Kerajaan Malaka di Semenanjung. Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Aru di Pantai Timur Sumatra era Portugis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Senin, 25 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (6): Kerajaan Aru dan Era Navigasi Pelayaran Perdagangan; Apa Sriwijaya Sulit Ditemukan Para Ahli?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Mengapa ibu kota kerajaan masa lampau sulit ditemukan. Yang jelas minim data yang dapat dibaca dan apa yang dibaca sulit dinterpretasi. Para ahli pada era Pemerintah Hindia Belanda mengalami kesulitan menemukan ibu kota Sriwijaya, kerajaan masa lampau karena banyaknya nama yang diyakini masing-masing peneliti. Tidak demikian dengan Kerajaan Aru, karena tarihnya masih terbilang muda. Apakah nama Aru sama dengan Haru? Yang jelas para ahli era Hindia Belanda ingin lekas menyelesaikan penyelidikan tetapi tidak buru membuat kesimpunan umum yang final. Bagaimana dengan para ahli sekarang?


Kerajaan Haru, kerajaan Batak Karo abad ke-13-16. Ibu kota Aru terletak dekat Kota Medan. Catatan sejarah terawal menyebut Kerajaan Haru dari catatan Tiongkok dinasti Yuan (akhir abad ke-13); Yingya Shenglan (1416) dari dinasti Ming. Nama Haru juga disebut dalam Nagarakretagama (1365) dan Pararaton (abad ke-15). Catatan Portugis dalam Suma Oriental awal abad ke-16 Masehi menyebut Aru sebagai kerajaan Makmur, kerajaan yang kuat Penguasa Terbesar di Sumatra memiliki wilayah kekuasaan luas dan pelabuhan ramai dikunjungi kapal asing. Peninggalan arkeologi yang dihubungkan dengan Kerajaan Haru juga ditemukan di Kota China dan Kota Rantang. Pada abad ke-15, pemimpin Kerajaan Haru dan penduduknya kemungkinan besar telah memeluk agama Islam (Yingyai Shenglan 1416 oleh Ma Huan, yang ikut dalam pelayaran Cheng Ho. Dalam Hikayat Raja-raja Pasai dan Sulalatus Salatin disebutkan bahwa kerajaan tersebut mengalami islamisasi (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Aru dan era navigasi pelayaran perdagangan? Seperti disebut di atas sejarah masa lampau sulit dipahami, semakin jauh ke masa lampau semakin sulit pula. Hal itulah mengapa Sriwijaya sulit ditemukan para ahli. Bagaimana dengan Kerajaan Aru yang lebih muda? Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Aru dan era navigasi pelayaran perdagangan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Minggu, 24 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (5): Kerajaan Panai di Sumatra, Utusan Moor Ibnu Batutah dan Penjelajah Nicolo Conti;Kerajaan Majapahit


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Sejarah adalah soal timeline yang berkesinambungan. Kerajaan-kerajaan di Padang Lawas tetap eksis sementara kerajaan kuat di Jawa berada di Kerajaan Majapahit. Pada masa Kerajaan Singhasari terdapat hubungan dengan Kerajaan Panai di Padang Lawas. Apakah kemudian kemudian hubungan tersebut masih berlaku pada era Kerajaan Majapahit. Pada masa inilah utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti berkunjung ke pantai timur Sumatra.

 

Niccolò de' Conti seorang penjelajah berangkat dari Venesia tahun 1419. Serelah menetap di Damaskus, belajar bahasa Arab. Conti melintasi gurun ke Bagdad dan berlayar menyusuri sungai Tigris ke Basra. Masa ini juga ekspedisi Tiongkok dipimpin Zheng He. Conti kemudian berlayar melalui Teluk Persia ke Iran. Setekag belajar bahasa Persia, Conti kemudian menyeberangi laut Arab hungga di Gujarat dan mencapai Vijayanagar, ibu kota Deccan sebelum 1420 dan Maliapur di pantai timur India. Tahun 1421 Conti menyeberang ke Pedir di Sumatera bagian utara. Setelah satu tahun, Conti kemudian melanjutkan ke Tenasserim di Semenanjung Malaya. Lalu dari Burma berangkat ke Jawa dimana Conti menghabiskan sembilan bulan, sebelum lanjut ke Champa. Conti pulang melalui laut pada tahun 1439. Conti menggambarkan Asia Tenggara sebagai "yang melampaui semua kawasan lain dalam hal kekayaan, budaya dan kemegahan, serta berada di depan Italia dalam hal peradaban". Catatan perjalanan Conti konsisten dengan catatan penulis di kapal Cheng Ho, seperti Ma Huan (1433) dan Fei Xin (1436) (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Panai di Sumatra semasa utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti? Seperti disebut di atas penting untuk memahami timeline sejarah Padang Lawas dengan menggunakan data sebanyak mungkin dari berbagai sumber. Perjalanan utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti menjadi penting. Sementara itu di Jawa Kerajaan Majapahit tengah Berjaya. Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Panai di Sumatra semasa utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982