Senin, 25 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (6): Kerajaan Aru dan Era Navigasi Pelayaran Perdagangan; Apa Sriwijaya Sulit Ditemukan Para Ahli?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Mengapa ibu kota kerajaan masa lampau sulit ditemukan. Yang jelas minim data yang dapat dibaca dan apa yang dibaca sulit dinterpretasi. Para ahli pada era Pemerintah Hindia Belanda mengalami kesulitan menemukan ibu kota Sriwijaya, kerajaan masa lampau karena banyaknya nama yang diyakini masing-masing peneliti. Tidak demikian dengan Kerajaan Aru, karena tarihnya masih terbilang muda. Apakah nama Aru sama dengan Haru? Yang jelas para ahli era Hindia Belanda ingin lekas menyelesaikan penyelidikan tetapi tidak buru membuat kesimpunan umum yang final. Bagaimana dengan para ahli sekarang?


Kerajaan Haru, kerajaan Batak Karo abad ke-13-16. Ibu kota Aru terletak dekat Kota Medan. Catatan sejarah terawal menyebut Kerajaan Haru dari catatan Tiongkok dinasti Yuan (akhir abad ke-13); Yingya Shenglan (1416) dari dinasti Ming. Nama Haru juga disebut dalam Nagarakretagama (1365) dan Pararaton (abad ke-15). Catatan Portugis dalam Suma Oriental awal abad ke-16 Masehi menyebut Aru sebagai kerajaan Makmur, kerajaan yang kuat Penguasa Terbesar di Sumatra memiliki wilayah kekuasaan luas dan pelabuhan ramai dikunjungi kapal asing. Peninggalan arkeologi yang dihubungkan dengan Kerajaan Haru juga ditemukan di Kota China dan Kota Rantang. Pada abad ke-15, pemimpin Kerajaan Haru dan penduduknya kemungkinan besar telah memeluk agama Islam (Yingyai Shenglan 1416 oleh Ma Huan, yang ikut dalam pelayaran Cheng Ho. Dalam Hikayat Raja-raja Pasai dan Sulalatus Salatin disebutkan bahwa kerajaan tersebut mengalami islamisasi (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Aru dan era navigasi pelayaran perdagangan? Seperti disebut di atas sejarah masa lampau sulit dipahami, semakin jauh ke masa lampau semakin sulit pula. Hal itulah mengapa Sriwijaya sulit ditemukan para ahli. Bagaimana dengan Kerajaan Aru yang lebih muda? Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Aru dan era navigasi pelayaran perdagangan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Kerajaan Aru dan Era Navigasi Pelayaran Perdagangan; Mengapa Sriwijaya Sulit Ditemukan Para Ahli?

Kapan nama Kerajaan Aru muncul? Yang jelas dalam teks Negarakertagama (1365) disebut nama Aru/Haru dengan nama Harw. Nama-nama yang disebut dalam Zang-13 adalah Malayu Jambi, Palembang, Karitang, Tëba, Dharmmacraya, Kandis Kahwas, Manangkabwa, Siyak, Rëkan, Kampar, Pane, Kampe, Harw athawe Mandahiling, Tumihang, Parllak, Barat, Lwas, Samudra, Lamuri, Batan, Lampung, Barus.


Ada satu nama dengan kata penghubung yakni Harw athawe Mandahiling. Mengapa? Nama Haru juga disebut Mandailing. Antara Pane dan Mandailing disebut Kampe. Dimana itu Kampe? Secara geografis urutannya sebagai berikut: Jambi (dan Palembang di pedalaman) dan Karitang (Tebo dan Darmasraya di pedalaman); Kandis (Kahwas dan Minangkabau di pedalaman); Siyak dan Rokan (Kampar di pedalaman); Pane dan Kampe (Mandailing di pedalaman); Tumiang dan Perlak (Barat dan Lwas di pedalaman); Samudra dan Lamuri; di pantai selatan Lambung dan di pantai barat Barus. Dimana itu Batan? Batan diduga adalah Batam di pulau. Kampe diduga di daerah aliran sungai Deli.

Nama Aru kemudian ditemukan dalam laporan Ma Huan dalam pelayaran Cheng Ho. Pelayaran ini terjadi tahun 1405 hingga 1407 (dalam Wikipedia tempat yang disinggahi: Champa, Jawa, Palembang, Malaka, Aru, Sumatra, Lambri, Ceylon, Kollam, Cochin, Calicut) dan tahun 1413 hingga 1415 (dalam Wikipedia tempat yang disinggahi: Champa, Java, Palembang, Malacca, Sumatra, Ceylon, Cochin, Calicut, Kayal, Pahang, Kelantan, Aru, Lambri, Hormuz, Maladewa, Mogadishu, Brawa, Malindi, Aden, Muscat, Dhufar). Nama-nama ini sebagian berbeda dengan hasil interpretasi para ahli pada era Pemerintah Hindia Belanda.


Ekspedisi Cheng Ho pelayaran ke-1   1405–1407: Champa, Jawa, Palembang, Malaka, Aru, Sumatra, Lambri, Ceylon, Kollam, Cochin, Calicut; Pelayaran ke-2    1407–1408: Champa, Jawa, Siam, Sumatra, Lambri, Calicut, Cochin, Ceylon; Pelayaran ke-3  1409–1411: Champa, Java, Malacca, Sumatra, Ceylon, Quilon, Cochin, Calicut, Siam, Lambri, Kaya, Coimbatore, Puttanpur; Pelayaran ke-4          1413–1415: Champa, Java, Palembang, Malacca, Sumatra, Ceylon, Cochin, Calicut, Kayal, Pahang, Kelantan, Aru, Lambri, Hormuz, Maladewa, Mogadishu, Brawa, Malindi, Aden, Muscat, Dhufar. (Wikipedia) 

Nama Jawa dalam laporan Ma Huan disebut Chao-wa dan Palembang disebut Chiu-chiang serta Malaka disebut Man-la-kia. Untuk Palembang disebut Chiu-chiang. Ada tiga nama lainnya yang dihubungkan dengan (pulau) Sumatra: A-lu, Su-men-ta-la dan Na-kur. Ketiga nama ini berada setelah nama Man-la-kia dan kemudian urutannya A-lu, Su-men-ta-la dan Na-kur. Apakah dalam hal ini A-lu adalah Aru?


Deskripsi Ma Huan tentang A-lu diterjemahkan oleh Rockhill: “Ada pelabuhan air tawar, di sebelah timur (negara) bergabung dengan alam liar (wild land); itu cocok untuk budidaya atau padi kering”. Groenevelt: “sebuah sungai yang disebut sungai Air Tawar”; baca: “sebuah pelabuhan, disebut pelabuhan air tawar”. Lebih jauh disebut “Sebagai barang dagangan yang mereka gunakan”...dll. “tidak bisa diekspor jauh jauh” kecuali “kamperd dan këmënyan); Su-men-ta-la: Kota (ibu kota) ini tidak ada temboknya”. “ke utara sampai ke laut sebagai batas”. “di sebelah barat sampai ke laut pegunungan sebagai batas batas”. “pernah diserang oleh raja Nakur”. ““raja wajah ditato”. “Dulu, negara Nakur oleh raja berwajah bertato menyerang, Raja (Su-men-ta-la) berbaris untuk berperang tetapi dikalahkan dan dibunuh oleh anak panah”. “ladang tidak terlalu subur”. “yang subur tanahnya tidak terlalu luas”. Na-kur: “with three pointed green figures”; “but”. “swine” add: “goats”.

Rockhill dan Groenevelt nama-sama mengidentifikasi 19 nama tempat yang mana yanh terakhir adalah “T’ien Fang ' yakni Mekah. Disebutkan oleh Ma Huan mengunjungi Mekah dan Madinah. Namun yang menjadi pertanyaan mengapa tiga nama disebut di Sumatra (Alu, Sumentarala dan Nakur dikunjungi. Bagaimana bisa?


Dari tiga nama yang disebut di Sumatra dalam hal ini diduga kuat berdekatan (dan juga dekat dengan Malaka). Dua nama lainnya di Sumatra adalaj Palembang dan Lambri. Dua nama ini sudah cukup jelas. Dimana itu Sumentala? Berada diantara Alu dan Nakur. Pada masa ini Nakur disebut Nagur di Simalungun. Alu berada di utara Palembang dan Sumentala berada diantara Alu danLambri. Nagur dalam catatan Ma Huan singkat dan mengindikasikan di pedalaman (di wilayah pedalaman Sumentala).

Nama Alu dan Sumentala diduga kuat adalah di dekat pantai (memiliki akses dekat ke laut). Alu ini diduga kuat di muara sungai Barumun. Mengapa? Memiliki sungai air tawar, dimana kapal Cheng Ho mengisi perbekalan air bersih. Dalam hal ini muara sungai Barumun setelah Palembang dan sebelum Najur dan Sumentala. Lantas dimana tepatnya Sumentala jika Nakur berada di Simalungin? Besar dugaan Su-men-ta-la adalah (muara) Sungai Karang (Su-ngai-ka-rang) di wilayah Galang yang sekarang.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Mengapa Sriwijaya Sulit Ditemukan Para Ahli? Apakah Juga Kerajaan Aru Silit Ditemukan?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar