Mohamad Sjafei dan Soetan Goenoeng Moelia dua tokoh pendidikan Indonesia satu generasi: lahir tahun 1896 dan meninggal 1966. Mohamad Sjafei lahir di Ketapang, Kalimantan Barat, Soetan Goenoeng Moelia lahir di Padang Sidempuan, Tapanuli. Masa hidup keduanya sama-sama 70 tahun. Mereka berdua sama-sama aktif di bidang pendidikan, sama-sama pernah studi di Belanda dan sama-sama bergelar Doktor. Keduanya juga sama-sama mantan Menteri Pendidikan.
Soetan Goenoeng Moelia dan Mohamad Sjafei (foto Wikipedia) |
Mohamad
Sjafei adalah pendiri INS (Indonesisch-Nederlandse School) Kajoetanam (1926). Mohamad
Sjafei mendapat gelar Doctor Honoris Causa dari IKIP Padang (1968). Soetan
Goenoeng Moelia adalah pendiri UKI (Universitas Kristen Indonesia) Jakarta
(1954). Soetan Goenoeng Moelia meraih gelar Doktor (Ph.D) dari Universiteit
Leiden tahun 1933.
Mohamad Sjafei
Mohamad
Sjafei adalah seorang guru. Pada tahun 1920 Mohamad Sjafei salah satu dari tujuh anggota
dewan kota Batavia dari non Eropa (Bataviaasch nieuwsblad, 20-07-1920). Tidak
lama sebagai anggota dewan Mohamad Sjafei mengundurkan diri (Bataviaasch
nieuwsblad, 19-07-1921). Pengunduran diri ini boleh jadi karena akan berangkat
studi ke Belanda. Setelah Mohamad Sjafei enam tahun tinggal di Batavia (empat tahun di
Kartini School), pada
tahun 1922 berangkat melanjutkan pendidikan ke Belanda.
Mohamad Sjafei berangkat ke Belanda dengan
kapal ‘Oranje’ pada tanggal 31 Mei pukul 12 dari Batavia menuju Amsterdam (Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 30-05-1922). Sebelum berangkat,
Mohamad Sjafei telah menulis buku bersama HP van der Laak dan Dr. GJ
Nieuwenhuis berjudul Nederlandsche Taalcursus voor Malelsch-sprekenden dengan
judul ‘Djalan ke Barat (weg tot het westen). Buku itu baru terbit tahun 1922
oleh Wolters Groningen (Bataviaasch nieuwsblad, 22-11-1922). Mohamad Sjafei lulus
di Rotterdam, Juni 14 (De Maasbode, 15-06-1924)
Setelah
mendapat akta guru bantu Mohamad Sjafei kembali ke tanah air pada tahun 1926. Bidang
keahlian Mohamad Sjafei adalah handen-arbeld. muziek en teekenen verwierf (prakarya,
myusik dan menggambar). Mohamad Sjafei tidak ke Batavia tetapi ke Kajoetanam
dan mendirikan Roeang Pendidik (Opvoeding lnstltuut).
Dalam Kongres
Guru di Sumatra’s Westkust dan Tapanoeli yang diadakan di Fort de Kock dihadiri
800 guru, Mohamad Sjafei hadir sebagai salah satu pembicara dengan materi
‘Handenarheid’ (De Sumatra post, 11-12-1928).
Mohamad
Sjafei dalam perkembangannya mengembangkan sekolah yang didirikannya dengan
menerima bantuan dari pemerintah. Roeang Pendidik kemudian berganti nama
menjadi Indonesisch-Nederlandsche School (INS). Sekolah semacam keguruan ini
kini memiliki sebelas guru dan lebih dari 300 murid (Het Vaderland: staat- en
letterkundig nieuwsblad, 16-03-1931).
Sekolah keguruan
ala Mohamad Sjefei ini kurikulumnya kombinasi teori dan praktek. Pelajaran
teori dilakukan sore hari. Siswa yang langsung praktek, hasil-hasilnya dapat
dijual yang dapat membantu biaya sekolah si murid. Metode pembelajaran dengan
metode sendiri dan siswa diarahkan untuk mandiri (prinsip self-help). Lama
studi empat tahun.
.
NIS
Kajoetanam ala Mohamad Sjafei tidaklah sendiri. Abdul Azis Nasoetion gelar
Soetan Kenaikan beberapa tahun sebelumnya telah berinisiatif mendirikan sekolah
pertanian swasta di Loeboeksikaping, Pasaman. Uniknya, sekolah pertanian ini
kurikulumnya mengintegrasikan pendidikan pertanian, pendidikan agama dan
praktek dengan sistem asrama. Karena itu orang Belanda menyebutnya sebagai
Mohammedaansch Lyceum.
Abdul Azis
Nasution adalah alumni pertama Sekolah Menengah Pertanian Bogor (Middelbare
Landbouwschool) (Bataviaasch nieuwsblad, 06-08-1913. Abdul Azis Nasution,
sebelum masuk Sekolah Pertanian Bogor, adalah lulusan Sekolah Guru (kweekschool)
di Fort de Kock (Bukit Tinggi). Ini berarti Andoel Azis Nasution seorang guru
dengan tambahan keahlian di bidang pertanian. Setelah Abdul Azis Nasution lulus
Sekolah Menengah Pertanian (Middelbare Landbouwschool) di Bogor, diangkat
pemerintah sebagai advisor pertanian di berbagai tempat: Tapanoeli, Priaman,
Painan, Pajacombo, dan Atjeh. Tugas ini dilaksanakan Abdul Azis beberpa tahun
hingga akhirnya diangkat pemerintah menjadi kepala sekolah pertanian
(landbownormaalscholen) di Padang Panjang. Namun dalam perjalanannya, sekolah
ini macet karena kondisi keuangan pemerintah. Meskipun sekolah pertanian di
Padang Panjang macet, Abdul Azis Nasution tidak kehilangan akal. Guru tetaplah
guru, pertanian juga tetaplah pertanian. Anak-anak Padang Sidempuan,
sebagaimana alamiahnya, akan terus berkembang dan akan berkonsentrasi pada
bidangnya dimanapun mereka berada. Abdul Azis kemudian lalu berinisiatif
mendirikan sekolah pertanian swasta di Loeboeksikaping, Pasaman.
Guru-guru
pertanian direkrut dari Sekolah Pertanian Bogor sedangkan guru-guru agama
dari Universitas Al Azhar di Kairo
(lihat Bataviaasch nieuwsblad, 21-12-1925). Rincian mengenai sekolah ini dapat
dilihat dalam buku Parada Harahap berjudul Dari Pantai ke Pantai, penerbit
Bintang Hindia di Batavia, 1926. Siswa-siswa berasal dari Bengkulu, Palembang,
Aceh, Lampoengsche serta dari afdeeling-afdeeling pantai Sumatra bagian barat
dan bagian timur.
Disebutkan
kurikulum tidak berbeda dengan kurukulum Normaalschool. Beberapa pelajaran
seperti botani, zoologi, fisika, geografi, aritmatika, bahasa Melayu, sejarah
umum Hindia, geometri dan menggambar, diluar kimia, pengetahuan tentang
penyakit tanaman, pengetahuan tentang penyakit peternakan dan ternak, geologi,
ekonomi, survei, pertolongan kesehatan, pertanian teoritis dan praktis, dengan
budidaya tertentu seperti kopi, karet, kelapa, kakao, padi, kentang, vanili, jagong, dll. Untuk kelas pertama
diajarkan bahasa Arab dan sebagai dasar untuk pengetahuan Islam. Dalam
pendidikan agama kelas dua pendidikan agama sudah advance. Juga kurikulum
mencakup bahasa Inggris, bahasa Belanda dan pelajaran adat istiadat. Sekolah
ala Abdul Azis Nasution ini tidak hanya unik, tetapi juga mampu memberi manfaat
langsung bagi siswa-siswanya. Dalam praktek, sambil terus belajar, siswa-siswa
diminta kerjasama dengan masyarakat sekitar untuk menyediakan lahan dan para
siswa yang mengerjakan dengan ilmu yang dipelajari dengan cara bagi hasil.
Hasil pendapatan siswa lalu ditabung di kantor pos agar nantinya ketika mereka
lulus para lulusan sudah memiliki modal sendiri.
NIS
Kajoetanam seakan copy paste dari Mohammedaansch Lyceum ala Abdoel Azis
Nasoetion di Loeboeksikaping. Pada waktu, banyak pribumi yang melakukan
inisiatif sendiri di bidang pendidikan untuk memajukan penduduk. Pada tahun
1895 Dja Endar Moeda mantan guru alumni Kweekschool Padang Sidempuan mendirikan
sekolah swasta di Kota Padang. Di Jawa kemudian muncul perguruan Taman Siswa
(Ki Hadjar Dewantara). Di Medan juga muncul kemudian perguruan swasta yang didirikan
oleh GB Josua.
Gading Batubara
Josua lahir di Hoetapadang, Sipirok 10 Oktober 1901 (10-10-01) ini mengikuti
jejak seniornya Radja Goenoeng untuk sekolah guru di Fort de Kock. Setelah
lulus Kweekschool Fort de Kock, Gading Batoebara melanjutkan sekolah ke Hogere
Kweekschool di Poeworedjo dan lulus 1923. Setelah lulus, Gading Batoebara
pulang kampung dan menjadi guru sementara di HIS swasta Sipirok (kampung
halamannya). Kemudian Gading Batoebara
merantau dan menjadi guru di Tandjoengpoera (Langkat). Tidak lama di
Tandjongpoera, GB Josua tertarik atas tawaran untuk memajukan sekolah HIS
swasta di Doloksanggoel. Kehadirannya membuat sekolah HIS Doloksanggoel maju
pesat hingga akhirnya diakuisisi oleh pemerintah menjadi HIS negeri. Sukses GB
Josua merancang HIS di Doloksanggoel membuat namanya diperhitungkan oleh
pemerintah Nederlansch Indie. Dalam perkembangannya, Gading Batoebara Josua (GB
Josua) diangkat menjadi guru pemerintah dan ditempatkan di Medan. Pada tahun
1929 GB Josua melanjutkan pendidikannya ke Negeri Belanda di Groningen. Setelah
mendapat akte Lager Onderwijs GB Josua kembali ke tanah air dengan menumpang kapal ss. Patria dari Rotterdam 4 November 1931 (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 01-12-1931). Dalam perkembangan berkutnya GB Josua merencanakan untuk mendirikan sekolah
menengah pertama (HIS) swasta (pribumi) di Medan. Peresmian sekolah ini
dilakukan tanggal 16 Juli 1934. De Sumatra post, 27-04-1933 melaporkan daftar
perolehan masing-masing sekolah yang siswanya diterima di MULO: Taman Siswa
lulus 50 persen, HIS pemerintah nol persen dan Institute Josua lulus 80 persen.
Josua Instituut atau Perguruan Josua
masih eksis hingga ini hari di Kota Medan.
Mohamad
Sjafei dan Gading Batubara Josua adalah sama-sama alumni Belanda. Mohamad
Sjafei berangkat tahun 1922 dan pulang tahun 1926 mendapat akte guru bantu
(sarjana muda); Gading Batubara Josua berangkat studi tahun 1929 dan pulang
tahun 1931 mendapat guru penuh (sarjana lengkap). Sedangkan Abdoel Azis
Nasoetion studi di dalam negeri dengan kombinasi pendidikan guru dan pendidikan
pertanian. Sekolah yang didirikan Mohamad Sjafei NIS Kajoetanam dan sekolah yang didirikan Abdoel Azis
Nasoetion Mohammedaansch Lyceum sama-sama mengusung pendidikan praktis dan
lulusannya langsung bekerja. Sedangkan Gading Batubara Josua yang mendirikan
Josua Instituut lebih diarahkan untuk menghasilkan siswa untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi (sebagaimana Taman Siswa).
NIS
Kajoetanam yang didirikan Mohamad Shefei harus ditutup karena kesulitan financial
(Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 22-02-1934). Mohamad Sjafei
yang beberapa waktu sebelumnya telah menulis buku dengan Dr. Nieuwenhuis
berjudul ‘Djalan ke Barat’ mulai kebingungan sendiri. Banyak siswa yang
menunggak uang sekolah. Subsidi yang dari pemerintah tidak seberapa apalagi
sebagian diambil untuk gajianya memperburuk keadaan.
Het nieuws van den dag voor NI, 22-02-1934 |
‘(sebelumnya)
pada saat pembukaan sekolahnya (sepulang dari Belanda) di Kajoe Tanam, Mohamad
Shefei coba pergi ke Fort de Kock untuk meminta bantuan, baik secara finansial
dan moral, karena Mohamad Sjafei (merasa) keturunan Minangkabausche sendiri, uang
yang berharap bantuan itu tidak diberikan. Ketika ia mulai sekolah dikatakan
hanya risiko anda sendiri. Dari semua tempat di sekitar (Kajoetanam) lalu berbondong-bondong
menjadi murid. Bahkan dari Padang banyak siswa sukarela yang bercita-cita.
Selama tiga tahun Mohamad Sjefei telah mengajar sesuai dengan sistem-Montesori
(het stelsel-Montesori). Tapi sekarang sekolah harus ditutup karena kekurangan
dana’ (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 22-02-1934).
Demikianlah
nasib NIS Kajoetanam di awal keberadaannya di Sumatra’s Westkust. Sementara
sekolah sejenis tetap eksis Mohammedaansch Lyceum ala Abdoel Azis Nasoetion di
Loeboeksikaping, Perguruan Taman Siswa terus berkembang. Josua Instituut yang
belum lama didirikan di Kota Medan sudah menunjukkan kualitasnya dan bahkan lulusannya
sudah lebih banyak yang diterima di MULO dibanding mengalahkan Taman Siswa.
Sebagaimana diketahui Perguruan Taman
Siswa dan Perguruan Josua hingga ini hari masih tetap eksis.
Pada masa
pendudukan Jepang, kabar berita Mohamad Sjafei tidak diketahui, sebagaimana GB
Josua di Medan. Berita dari Belanda melaporkan Mohamad Sjafei di era pendudukan
Jepang diangkat sebagai ketua dewan rakyat Sumatra (Het dagblad : uitgave van
de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 30-10-1945). Komplek NIS Kajoetanam
dijadikan militer Jepang sebagai basecamp. SEmentara di Medan, komplek Josua
Instituut disita militer Jepang, karena tidak mau bekerjasama dan dijadikan
basecamp militer Jepang. Pendidikan pribumi di Kajoetanam dan di Medan lumpuh
(bubar). Kota Padang secara resmi menyerah tanggal 20
Oktober (Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia,
30-10-1945).
Di Kota Padang, situasi pendudukan tampak
lebih tenang jika dibandingkan di Jawa dan di Sumatra Timur. Apa yang
menyebabkan demikian sulit diketahui. Sjafei muncul kembali dan bergabung
dengan RI di Batavia.
Sebagaimana diketahui
Mohamad Sjafei terhitung sejak tangal 12 Maret 1946 diangkat menjadi Menteri
Pendidikan (menggantikan Mr. Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D). Mohamad Sjafei
sebagai menteri hingga 2 Oktober 1946 (selama cabinet Sjahrir II).
Sejak tidak menjabat menteri, Mohamad Sjafei
terdeteksi berada di Indonesia Timur. Di dalam cabinet koalisi antara Belanda
dan pribumi Mohamad Sjafei duduk sebagai Wakil Menteri Social (lihat Algemeen
Handelsblad, 15-12-1947). Namun tidak lama kemudian, Mohamad Sjafei kembali
berada di Batavia.
Nieuwe courant, 14-03-1948 melaporkan Dr. Danoedirdjo,
Setiaboedi dan Mohamad Sjafei menjadi anggota baru Dewan Pertimbangan Agoeng RI
(diketuai Mr. Soerjo).
Di Sunmatra khususnya di Padangsche dan
Tapanoeli Republik terus berjuang melawan Belanda. Mohamad Sjafei dalam situasi
ini Belanda sempat ditawari untuk jabatan Wali Negara atau Menteri Negara di
Sumatra Barat. Hal ini boleh jadi karena Mohamad Sjafei sebelum pendudukan
Jepang begitu dekat dengan Belanda. Sekolah yang didirikan Mohamad Sjafei di
Kajoetanam sebagaimana diketahui NIS adalah singkatan dari
Nederlandsch-Indonesie School.
Sebagaimana diketahui di berbagai tempat sudah didirikan
negara-negara boneka Belanda, seperti Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera
Selatan, Negara Pasoendan, Negara Madoera, Negara Jawa Timur, Indonesia Timur
dan sebagainya. Sisa Republik Indonesia hanya tinggal sedikit lagi:
Djogjakarta, Tapanoeli, Lampong, Atjeh dan Padangsch Bovenlanden. Tawaran
Belanda untuk Mohamad Sjafei tampaknya ditujukan untuk membentuk Negara
Padangsche Benelanden.
Mohamad Sjafei dengan mempertimbangkan
situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan di Tapanoeli dan Sumatera Barat
menolaknya. Ketika, Mohamad Hatta kembali ke Jogjakarta, Mohamad Sjefei juga
tampak di Jokjakarta yang baru dari Bukittinggi (Nieuwe courant, 13-04-1948). Selanjutnya bagaimana
Mohamad Sjafei di Jokjakarta tidak diketahui dengan jelas.
Het nieuwsblad voor Sumatra, 19-01-1950 |
Het nieuwsblad voor Sumatra, 19-01-1950: ‘Moh. Sjafei dan
sekolahnya. Majalah Indonesia, Kunang-Kunang, baru-baru ini mengatakan tentang
penulis Mohammad Sjafei dan sekolah Kajutanam, sebuah desa sekitar 55 km dari
Padang, Kami mengutip dari Indonesia Cultureel, daripadanya berikut: Ini I(ndonesisch)
N(ederlandse) S(chool) adalah sepanjang garis nasional dan didirikan pada
tanggal 31 Oktober 1926 dengan partisipasi VBPSS. Vereniging Bumi Putera
Personeel S.S), setelah Sjafei kembali dari Belanda. Bangunan sekolah asli
pinjaman dari St. Mansur…. Pada tahun 1937 mereka pindah ke gedung
dimana sekolah sekarang berada… Firma Wolters memberikan beberapa buku
pelajaran.. Mohd. Sjafei juga merupakan desainer yang
berjasa (dia adalah kakak tua dari pelukis dan grafis Baharudin’.
Setelah sekian lama, pasca pengakuan kedaulatan RI (1949) nama Mohamad Sjafei muncul kembali di Sumatra Tengah. Sumatra sendiri saat itu (masih) terdiri dari tiga provinsi (Utara, Tengah dan Selatan). Sebagai gubernur Sumatra Tengah diangkat Ruslan Moeljahardjo. Saat gubernur mulai membentuk dewan Sumatra Tengah dibentuk lebih dahulu dewan eksekutif (sementara) yang terdiri dari Mr. Abubakar Djaar, Mohamad Sjafei, Sarnubi (PSI), Dr. Darwis (Masyumi), St. Mangkuto (Masyumi) dan Hadji Mohamad (PNK) (De nieuwsgier, 14-02-1951).
De nieuwsgier, 15-02-1951 |
Namun Mohamad
Sjafei kurang respek. Mohamad Sjafei yang diwawancarai oleh koresponden khusus
Aneta yang dikutip De nieuwsgier, 15-02-1951 mengatakan parlemen hanya terlalu
banyak bicara. Karena itu jarang mengikuti sesi parlemen. Sementara hanya ada
66 guru di seluruh Sumatra Tengah.Sebagai seorang mantan Menteri Pendidikan. Mohamad
Sjafei tampak ingin membangun sekolah yang pernah didirikannya NIS Kajoetanam. Sejak
pendudukan Jepang dan semasa perang (dengan Belanda) infrastruktur pendidikan
hancur dan dibutuhkan biaya rekonstruksi sekitar 2 juta rupiah dan itu
tergantung kemauan pemerintah.. Demikian dikatakan de directeur van het
Indonesische Onderi wijsinstituut te Kajoetanam, Mohamad Sjafei’.
Dalam
kegelisahan, Mohamad Sjafei terus melakukan rekonstruksi sekolah yang pernah
dibangunnya secara mendiri sebagaimana semboyan pengajaran di sekolah tersebut.
Mohamad Sjafei secara perlahan-lahan dan tertatih-tatih berhasil menghidupkan
kembali semangat NIS Kajoetanam. Pada tahun 1953 NIS Kajoetanam genap berusia
27 tahun.
De nieuwsgier, 07-11-1953: ‘Kajoetanam 27 tahun. Pendidikan
INS Kajpetanam merayakan ulang tahun ke-27. Gubernur Sumatera Tengah, Residen Mr.
Abubakar Djaar, Wali Kota Padang, Dr. Rasjidin, Komandan Resimen Keempat, Mayor
Ahmad Hosen dan banyak otoritas lainnya diperingati dengan Moh. Sjafei sekolah
yang didirikan Moh. Sjafei Sekolah Belanda Indonesisch sebagai mitra untuk
Sekolah Belanda-Pribumi. Prinsip INS dapat disimpulkan sebagai: Anda ingin tahu
sesuatu, Anda pertama kali apa yang harus dilakukan; Mereka bisa, siswa dan
guru telah menunjukkan ketika mereka secara pribadi sekolah mereka, yang
merupakan kompleks tentara selama operasi militer. Banyak di Jakarta saat ini alumni
sekolah ini yang berhasil, masih ingat kembali dan mereka bersyukur sebagai
siswa atau guru dari Pak Sjafei’.
Dalam
situasi sepi tapi gelisah dan situasi yang mulai tidak menentu di Sumatra
Tengah akhirnya muncul pengambilalihan kekuasaan pemerintah (pusat) di Sumatra
Tengah yang di dalamnya membentuk Bentengraad yang diketuai Letnan Kolonel
Achmad Husein. Dalam dewan yang baru dibentuk Mohamad Sjafei bersama sujumlah
individu duduk sebagai penasehat (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 24-12-1956). Dewan ini kemudian yang menjadi cikal
bakal dibentuknya PRRI. Mohamad Sjafei mendukung PRRI di (daerah) Sumatra
Tengah dan melawan pemerintah pusat (RI) di Jakarta. Mohamad Sjafei tamat.
Last but no
least: Mohamad Sjafei yang di era colonial, NIS Kajoetanam yang mendapat
subsidi pemerintah, di era perang lain kisahnya. Hij wordt daarna van
Nederlandse zijde benaderd, als de pre-federale regering in de maak is, om zich
beschikbaar te stellen voor de functie van wali-negara (staatshoofd) van een op
te richten staat Sumatra's Westkust. Of als staatssecretaris van onderwijs in
de regering, dat wil zeggen dus minister, want staatssecretaris is dan
departementshoofd. Sjafei weigert beide functies. Als in 1948 de tweede
politionele actie wordt ingezet gaat Kajutanam, in vlammen op — de brand met
brekend hart door eigen hand gesticht (Algemeen Handelsblad, 03-04-1958).
Soetan Goenoeng
Moelia
Soetan
Goenoeng Moelia pada tahun 1911 melanjutkan pendidikan ke Belanda dan kembali
ke tanah air pada tahun 1918. Setelah menjadi guru di Kotanopan berangkat lagi
studi untuk melanjutkan studi tingkat doctoral ke Belanda.
Tunggu
deskripsi lengkapany
*Dikompilasi oleh
Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang
digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi
karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan
atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di
artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar