Pada hari ini, tanggal 14 Agustus 2017 adalah Hari Pramuka. Pada pagi hari ini juga akan digelar pembukaan Raimuna Nasional XI yang diadakan di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur yang akan dibuka Presiden RI, Joko Widodo. Satu hal yang menarik, Kontingen Kota Depok akan memimpin pembukaan Raimuna Nasional. Yang lebih menarik lagi, dari Kontingen Kota Depok yang memimpin upacara pembukaan, Anna Balqish adalah warga Kecamatan Tapos, kecamatan yang langsung bersentuhan dengan Kecamatan Ciracas. Ini berarti rumah dari pemimpin upacara, Anna Balqish tidak jauh dari tempat upacara pembukaan Raimuna Nasional XI/2017 diselenggarakan.
Ketua (topi) dan Sekretaris DKC TS (1982) |
Selain itu saya akan kontribusi sedikit tentang sejarah kepanduan/pramuka di Indonesia. Sejarah pramuka, sejatinya, memiliki sejarah
yang panjang, bahkan jauh sebelum tahun 1961. Garis patah sejarah pramuka Indonesia bermula ketika tahun 1961 Presiden RI, Soekarno coba mengubah ‘mindset’
pramuka Indonesia dengan ‘mindset’ yang baru sebagaimana terus diikuti hingga
ini hari. Lantas kapan pramuka di Indonesia dimulai sebelum Soekarno
mengubahnya? Ini pertanyaannya. Mari kita telusuri sejarah pramuka sejak era
Hindia Belanda.
Untuk sekadar catatan awal, sumber rujukan sejarah pramuka di Indonesia sudah seharusnya yang ditulis oleh Kwarnas. Namun di dalam situs Kwarnas sejarah kepramukaan di Indonesia tidak mencerminkan fakta kronologis yang sebenarnya. Anehnya, penulisan sejarah kepramukaan dunia yang ditampilkan tampak ‘lebih mengena’ jika dibandingkan penulisan sejarah kepramukaan Indonesia sendiri. Satu hal yang penting yang tidak dideskripsikan adalah kepanduan di era Hindia Belanda, padahal era ini adalah mata rantai terpenting antara sejarah kepanduan dunia dengan sejarah kepramukaan Indonesia. Sebab di era Hindia Belanda sendiri kepanduan di kalangan pribumi sudah tumbuh dan berkembang. Oleh karenanya, sejarah kepramukaan Indonesia di dalam situs Kwarnas seakan ingin menulis sejarah kepramukaan Indonesia yang disajikan justru sejarah kepanduan pihak lain saja dan lupa dengan sejarah kepanduan sendiri. Dengan kata lain penulisan sejarah kepramukaan Indonesia lebih bersifar asesoris daripada hal yang bersifat esensial yang justru ini sangat diperlukan sebagai latar belakang dalam membangun karakter anak-anak dan generasi muda dalam dunia kepramukaan Indonesia.
Soekarno Ubah Kepanduan Menjadi
Pramuka, 1961
Sejarah kepanduan di Indonesia sudah sejak lama ada. Sebagaimana diketahui
kegiatan kepanduan adalah kegiatan siswa-siswi/pemuda yang diimpor yang berkembang
di Eropa/Inggris yang awalnya bermula dari pengalaman Mr. Baden Powell.
Organisasi kepanduan kemudian muncul di berbagai tempat dan terus berkembang
hingga di Hindia Belanda (baca: Indonesia), tidak hanya orang-orang
Eropa/Belanda tetapi juga di kalangan pribumi. Presiden Soekarno tampaknya mengetahui
persis apa itu kepanduan (scouting atau padvinders) dan apa yang dilakukan oleh
organisasi kepanduan.
Leeuwarder courant, 10-03-1961 |
Sejak perubahan kepanduan tersebut menjadi gerakan pramuka, organisasi kepramukaan
yang dibagi ke dalam kelompok (umur) berlaku hingga ini hari. Meski demikian,
kegiatan tali temali dan gerak jalan (hiking) masih tetap dipertahankan sebagai
bagian dari kurikulum pada tingkat organisasi terkecil (gugus depan atau Gudep). Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) yang pertama adalah Sri Sultan
Hamengkubuwono IX.
Ragam dan bobot kurikulum
kepramukaan Indonesia terus dikembangkan yang disesuaikan dengan tingkat
pengelompokan organisasi yang dibagi ke dalam kelompok usia 7-10 tahun (Siaga),
11-15 tahun (Penggalang), 16-20 tahun (Penegak), dan kelompok usia 21-25 tahun
(Pandega). Pengelompokkan ini adakalanya dipersepsikan salah bahwa Siaga (SD),
Penggalang (SMP), Penegak (SMA) dan Pandega (PT). Untuk jelasnya dapat dilihat
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Kepramukaan.
Setiap anggota pramuka diharapkan dapat mengikuti pertemuan pramuka.
Pertemuan pramuka nasional untuk Penggalang disebut Jambore dan untuk
Penegak/Pandega disebut Raimuna yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali.
Bagi anggota pramuka yang tidak memenuhi syarat ke tingkat nasional, Kwartir
Daerah (Provinsi) atau Kwartir Cabang (Kabupaten/Kota) dapat menyelenggarakan
Jambore/Raimuna untuk memfasilitasi anggota pramuka di daerah masing-masing.
Biasanya, setiap pertemuan pramuka nasional (Jambore/Raimuna) Kwartir Cabang
(Kwarcab) dapat mengirim satu regu putra dan satu regu putri. Saat ini, pada
tahun 2017 adalah penyelenggaraan Raimuna Nasional yang kesebelas dan diadakan
di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur.
Saya mengikuti
Raimuna pada tahun 1982 (Raimuna-IV) yang diadakan di Bumi Perkemahan Pramuka
Cibubur. Awalnya saya tidak dplot untuk peserta Raimuna Nasional, karena jatah
DKC (Dewan Kerja Cabang) hanya untuk Ketua (putra) dan Wakil Ketua (putri) yang
akan diplot untuk Ketua Regu Putra dan Ketua Regu Putri. Saya sendiri adalah
Sekretatis DKC (yang diplot untuk panitia Raimuna di Kwarcab. Anggota regu putra-putri
diseleksi berdasarkan ‘jatah’ satu anggota setiap Gudep SMA di seluruh
Kabupaten Tapnuli Selatan (sekarang menjadi lima kabupaten/kota). Namun
seminggu sebelum berangkat, Ketua DKC, Zulfan Effendi Harahap terpilih sebagai
siswa teladan Sumatera Utara dan akan menghadiri Upacara 17 Agustus di Istana
Negara di Jakarta. Ketua Kwarcab meminta saya untuk menggantikan posisi Ketua
Regu Putra ke Raimuna Nasional. Saya siap! Kami berangkat dari Kota Padang Sidempuan
dengan diantar mobil Pemerintah Daerah menuju Medan dan langsung ke pelabuhan
Belawan untuk bersama-sama dengan semua regu Kontingan Provinsi Sumatera Utara menuju Jakarta. Dari
pelabuhan Tanjung Priok kontingen diangkut truk militer ke Bumi Perkemahan
Cibubur. Setelah tamat SMA tahun 1983 saya berpisah dengan Zulham Effendi
Harahap: Saya diterima di IPB Bogor, Zulham Effendi Harahap diterima di ITB
Bandung. Saat meninggalkan kampung halaman (Padang Sidempuan) ini kami tidak
pernah bertemu muka hingga ini hari. Namun demikian, semasa kuliah masih sempat
kirim-kirim surat. Setelah lulus perguruan tinggi, saya ke Depok dan Zulham
Effendi Harahap ke Houston, Amerika Serikat. Pada tahun 2010 masih sempat
email-emailan. Sahabat saya itu di Houston menjadi Presiden IAMC, organisasi
yang membangun masjid Indonesia. Masjid Istiqlal di Houston.
Kepanduan di Era Hindia Belanda
Het nieuws van den dag voor NI, 31-01-1918 |
De Preanger-bode, 12-09-1912 |
Organisasi kepanduan yang ada di Hindia Belanda dapat dikatakan organisasi
kepanduan yang umurnya relatif sejaman dengan organisasi kepanduan yang ada di
Belanda, Amerika Serikat dan Inggris. Sebagai kegiatan yang menyenangkan bagi
anak-anak, apalagi dengan seragam yang khas, kegiatan ini mudah mengundang
minat termasuk di kalangan pribumi sendiri. Di Hindia Belanda sejak
diperkenalkan oleh Kapten Pouchez cepat menyebar karena eksebisi yang dilakukan
Kapten Pouchez di Batavia diberitakan surat kabar seperti di Soerabaja,
Bandoeng, dan Medan. Lalu kemudian dibentuk perhimpunan kepanduan yang disebut Ned.
Ind. Padvinders Organisatie (NOPI) yang diketuai oleh Mr. P. Joh. Smits (Bataviaasch
nieuwsblad, 18-01-1913).
Algemeen Handelsblad, 17-01-1914 |
Soekarno: Kepanduan di Kalangan Pribumi
Presiden Soekarno bukanlah awam soal kepanduan ketika organisasi kepanduan
Indonesia yang lama dibubarkan dan dibentuk organisasi kepanduan yang baru
dengan nama baru, Pramuka, pada tahun 1961. Kehadiran Soekarno di tengah
kepanduan diketahui di organisasi kepanduan cabang (afdeeling) Bandoeng pada
tahun 1929. Dalam suatu pertemuan kepanduan di tengah acara api unggun Soekarno
berpesan untuk memikirkan kembali pahlawan bangsa seperti Diponegoro. Kemudian
Soekarno memimpin untuk mengheningkan cipta. Acara api unggun tersebut diakhiri
dengan penghormatan terhadap bendera nasional. Peserta yang hadir dalam acara
kepanduan tersebut adalah siswa-siswa
Indonesia (pribumi) dengan mengenakan seragam sekolah (Aneta).
Pandu bangsa Indonesia, 1920 |
Kepanduan menjadi bagian dari perjuangan bangsa. Karena kepanduan tumbuh
dan berkembang di era kebangkitan bangsa. Boleh jadi Soekarno yang pertama
berbica kebangkitan bangsa di tengah kepanduan. Sebagaimana diketahui organisasi
kepanduan di kalangan pribumi sudah berkembang dimana-mana. Soekarno boleh jadi
merasa perlu memperkenalkan kebangkitan sejak awal dan menanamkannya bagi
generasi muda yang dimulai dari organisasi kepanduan.
Sinar Merdeka di Padang Sidempoean, 1919 |
Het nieuws van den dag voor NI, 02-09-1919
|
Trio revolusioner: Parada Harahap diapit Soekarno dan Hatta |
Di gedung PPPKI (yang situsnya masi ada hingga ini hari) inilah Soekarno
kerap bertandang di akhir pekan dari Bandoeng pasca Kongres PPPKI dan Kongres
Pemuda untuk berdiskusi dengan ‘De Pionier” revolusionir, Parada Harahap (yang menjadi
mentor politik praktis dari tiga tokoh muda: Soekarno, Hatta dan Amir). Parada
Harahap sejak 1919 sudah kenyang dengan delik pers dan penjara. Parada Harahap
sudah puluhan kali dimejahijaukan dan beberapa kali harus dibui.
Boleh jadi
foto-foto yang dipajang di dinding oleh Parada Harahap (kapala kantor) gedung
PPPKI ini seperti Soeltan Agoeng dan Diponegoro yang menjadi inspirasi Soekarno
untuk menggelitik agar anggota kepanduan di Bandoeng pada tahun 1929 selalu
mengingat para pahlawan terdahulu. Sebagaimana kita ketahui nanti, pada tahun
1931 foto-foto ini telah diturunkan oleh orang yang tidak dikenal dan
menyembunyikannya termasuk foto Soekarno dan Hatta (yang dipajang di dinding kemudian
oleh Parada Harahap). Kehilangan foto-foto ini terungkap dalam editorial
Bintang Timoer yang ditulis sendiri oleh Parada Harahap. De Indische courant, 27-11-1931: ’Di
antara pemimpin muda cemerlang, Hatta, seorang Sumatra, dianggap oleh banyak
kalangan, setelah Ir Soekarno sebagai yang paling sesuai sebagai pemimpin
Inlandsch baik saat ini maupun masa datang. Di dalam gedung pertemuan
permufakatan (PPPKI) di gang Kenari potret Ir. Soekarno dan Diponegoro telah
dipajang bertahun-tahun, telah diambil dari dinding dan disembunyikan di bawah.
Tindakan ini telah membawa banyak keributan di antara penduduk pribumi, bahkan
wartawan Parada Harahap di dalam surat kabarnya menulis dalam ‘Surat Terbuka’
(surat pembaca) telah menginformasikan bahwa, saat melihat tempat pajangan
telah kosong, air mata menangis dan pelaku diduga telah melakukan tindakan
kejahatan keji ini akan dicari. Dan sekarang bahkan potret Hatta telah berdebu
di bawah meja’.
Sejak PPPKI berdiri, organisasi supra kebangsaan Indonesia, semua
organisasi kebangsaan semakin menyatu, satu sama lain saling bahu membahu
mengobarkan semangat kebangkitan bangsa, semangat untuk mencapai cita-cita
seluruh bangsa, seperti nama surat kabar Parada Harahap di Padang Sidempuan:
Sinar Merdeka. PPPKI telah menyinari semua elemen bangsa. Tidak hanya Soekarno
yang bicara di tengah kepanduan, Dr. Soetomo juga bicara di tengah kepanduan.
Kepanduan sudah berkembang dimana-mana; PPPKI akan melakukan kongres kedua di
Solo tahun 1929. Kepanduan juga melakukan kongres pertama di Jogjakarta. Pada
tahun sebelumnya (1928) PPPKI berkongres, pemuda juga berkongres. Kini (1929)
PPPKI berkongres lagi dimana organisasi kepanduan yang akan melakukan kongres. Dengan kata lain pada tahun sebelumnya (1928) Kongres PPPKI (senior) diintegrasikan dengan Kongres Pemuda (junior) dan kini di tahun 1929 Kongres PPPKI (senior/orangtua) diintegrasikan dengan Kongres Kepanduan (pemuda/pelajar.anak). Ini mengindikasikan bahwa kepanduan juga telah rurut berjuang sejak awal pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Soerabaijasch
handelsblad, 04-07-1929: ‘"Kongres
kepanduan pribumi diadakan di Jogja dan memperdengarkan lagu Indonesia Raya. Harapannya
(dari kongres ini) bahwa pemuda akan membentuk gerakan nasional kepanduan yang
akan didukung terus orang tua dan mengambil jalan untuk kemerdekaan’.
Nieuwe Rotterdamsche Courant, 02-09-1929 |
Sindiran Dr. Soetomo ini besoknya
menjadi heboh di semua surat kabar di Hindia Belanda dan juga di Belanda.
Soetomo beralasan ini adalah acara yang terhormat dan beradab, semua orang
harus merespon dengan cara beradap dan karena itu semua tamu yang hadir harus
berdiri ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan (Nieuwe Rotterdamsche
Courant, 02-09-1929). Kehebohan ini
menjadi isu nasional kedua tahun ini setelah yang pertama di Bandoeng meminta
anggota kepanduan mengingat kembali (hening cipta) untuk para pahlawan dan mengajak untuk mengheningkan cipta untuk para pahlawan yang telah gugur.
Lagu Indonesia Raya kali pertama dikumandangkan di publik adalah ketika berlangsung Kongres Pemuda (28 Oktober 1928). Lagu ini digubah oleh Wage Rudolf Supratman. Seperti diketahui, Kongres PPPKI dan Kongres Pemuda berlangsung di bulan yang sama. Ketua Pembina Kongres PPPKI adalah Parada Harahap, sedangkan Bendahara Panitia Kongres Pemuda adalah Amir Sjarifoeddin. Parada Harahap yang juga ketua Kadin pribumi Batavia adalah Pembina Panitia Kongres Pemuda. Sokongan dana Kongres Pemuda bersumber dari Parada Harahap dan Kadin Batavia. WR Supratman adalah 'anak buah' kesayangan Parada Harahap karena bisa bermain musik. WR Supratman awalnya adalah koresponden surat kabar Bintang Hindia (pemilik Parada Hatahap) di Bandoeng. Ketika Parada Harahap mendirikan kantor berita pribumi (pertama) Alpena tahun 1925, WR Supratman direkrut Parada Harahap untuk menjadi wartawan sekaligus editor. WR Supratman yang masih lajang tinggal di rumah Parada Harahap. Koneksi Parada Harahap, Amir Sjarifoeddin dan WR Supratman bukan serba kebetulan, tetapi by design.
Fusi Kepanduan Indonesia
Organisasi adalah mesin. Mengorganisasikan orang-orang pribumi di era kolonial
Belanda adalah membangkitkan energi yakni energi kebangkitan bangsa. Pada tahun
1908 didirikan Boedi Oetomo untuk mengorganisasikan penduduk dengan salah satu misi
untuk meningkatkan pendidikan di (pulau Jawa). Masih pada tahun yang sama mahasiswa
di Leiden mendirikan organisasi mahasiswa Indisch Vereeniging. Pengusaha, guru,
wartawan dan sebagainya juga membentuk organisasi sendiri-sendiri. Itu syarat
perlunya, tetapi belum cukup. Supra organisasi masih diperlukan untuk menggalang
energi yang lebih besar. Supra organisasi pertama adalah PPPKI (Permoefakatan
Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia) dan supra organisasi pemuda
yang tahun 1928 melakukan Kongres Pemuda yang menghasilkan Sumpah Pemuda: Satu
Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa.
Saat Medan masih kampung, Padang Sidempoean sudah kota |
Kini gilirannya organisasi-organisasi kepanduan yang telah dididirikan begitu
banyak mulai diinisiasi untuk bersatu (fusi). Organisasi kepanduan dalam hal ini
terbilang awal yang menyatukan diri jika dibandingkan dengan organisasi di
bidang lainnya, seperti pendidikan/guru, jurnalistik/wartawan, sepakbola/klub. Fusi
organisasi kepanduan ini pada saat
kongres kepanduan pertama tahun 1929 sepakat memberi nama dengan memilih identitas
Indonesia (Indonesiasche) daripada nasional (nationale).
Het nieuws van den dag voor NI, 17-12-1929 |
Pandu bangsa Indonesia, 1930 |
Kepanduan di Era Pergerakan Politik Indonesia
Sejak Indonesia
bersatu (sejak organisasi-organisasi kebangsaan Indonesia) bersatu, energi
bangsa Indonesia semakin menguat. Setiap orang berjuang (melawan kolonialisme)
menjadi atas nama kesatuan dan persatuan. Dengan demikian setiap orang
memainkan peran masing-masing menjadi lebih percaya diri. Setiap orang tidak
sendirian lagi, tetapi telah terjalin rangkaian yang saling bahu membahu baik
antar individu maupun antar kelompok (organisasi). Itulah fungsi organisasi
yang menjadi kekuatan bangsa (melawan organisasi Pemerintah Kolonial Belanda).
Organisasi kepanduan Indonesia yang sudah lahir mulai merapatkan barisan dalam kongres
(konferensi) kedua yang akan diselenggarakan di Bandoeng.
De Indische courant, 30-05-1930 |
Organisasi terus
tumbuh dan berkembang. Kegiatan kepanduan Indonesia juga termasuk didalamnya. Parada
Harahap terus memanaskan mesin perjuangan melalui media. Parada Harahap sudah
memiliki enam media tidak termasuk surat kabar Bintang Timoer edisi Jawa Tengah
dan edisi Jawa Timur (internal untuk ke pelosok). Parada Harahap juga kini
telah memiliki surat kabar berbahasa Belanda. Mungkin biar pesan-pesan perjuangan
dapat dibaca kalangan elite pribumi yang terbiasa dengan bahasa Belanda dan
tentu saja biar bisa dibaca sendiri oleh intel dan polisi Belanda.
De Indische courant, 25-09-1930: ‘Volkscourant di
Batavia, seperti yang kita baca di AID dijual kepada Mr. Parada Harahap.
Sehubungan dengan ini maka Java Express (edisi Belanda Bintang Timoer) berhenti
beroperasi. Volkscourant sekarang berpindah ke Krekot. Aneta, 25 September
melaporkan bahwa kemitraan baru Volkscourant di Weltevreden akan terbit 1
Oktober dalam format yang lebih besar’. [Volkscourant adalah nama baru dari De
Courant yang sebelumnya kepala redakturnya adalah A. Weeber].
Bataviaasch nieuwsblad, 26-11-1930 (persdelict): ‘Mr.
Parada Harahap dan Kontjo Soengkono masing-masing CEO dan editor Bintang Timoer
kontra Mr. CW Wormser, directeur editor Alg. Ind. Dagblad di pengadilan
kemarin. Koran edisi Belanda, Bintang Timoer digugat yang dalam hal ini
Koentjosoengkono, asisten editor karena dianggap menghina Mr Wormser. Mr.
Kontjosoengkono didenda f 20 dan penjara kurungan selama 10 hari’.
Setelah insan
sepakbola pribumi bersatu dengan membentuk PSSI (1930), lalu giliran para
jurnalis bersatu. Peran Parada Harahap cukup besar dalam pendirian sarikat
wartawan yang baru-baru ini melangsungkan kongres pertama (Het nieuws van den
dag voor Nederlandsch-Indië, 18-07-1931) Sementara itu, sosok pahlawan terus
diapungkan sebagai suatu referensi dalam memupuk semangat perjuangan bagi
organisasi-organisasi yang terus bertambah. Pahlawan-pahlawan itu antara lain
Soeltan Agoeng dan Diponegoro. Nama-nama pahlawan ini sejak 1927 sudah
diabadikan Parada Harahap di kantor PPPKI, yang juga menjadi rujukan Soekarno
ketika membawakan hening cipta pada pertemuan kepanduan di Bandoeng tahun 1929.
Anggota pandu Indonesia mulai menyebarkan semangat bahwa penduduk Indonesia
juga memiliki pahlawan sendiri.
Bataviaasch nieuwsblad, 09-02-1933 |
Semangat pemuda
terus meningkat, termasuk semangat pada anggota pandu Indonesia. Pers juga
semakin mengebu-gebu. Di mata Pemerintah Hindia Belanda pers di satu sisi
sebagai alat pemersatu dan di sisi lain sebagai penyebar provokasi. Karena itu
sejumlah media dibreidel termasuk Bintang Timoer (De Sumatra post, 13-06-1932).
Parada Harahap terus tanpa henti memprovokasi Belanda (sejak 1919 dengan surat
kabarnya yang sengaja diberi nama Sinar Merdeka). Akibat pembreidelan pers ini, lantas Parada Harahap melakukan manuver
politik dengan memimpin tujuh revoluisoner Indonesia pertama berangkat ke Jepang.
De Sumatra post, 16-10-1933: ‘Pada 16 Oct. (Aneta).
Pemimpin Bintang Timoer, Mr. Parada Harahap berangkat 7 November disertai
sejumlah guru pribumi dan pengusaha ke Jepang. Rombongan akan kembali melalui
Manila’.[Bataviaasch nieuwsblad, 24-10-1933: ‘Jumlah yang berangkat ke Jepang
sebanyak tujuh orang. Tiga wartawan, satu orang guru, satu orang kartunis dan dua pengusaha (Batavia da Solo).
Tiga orang diantaranya dari pulau-pulau luar (Jawa).
Berita rencana
keberangkatan masih dianggap dingin oleh pers Belanda dan pemerintah Hindia Belanda. Mungkin dianggap hanya
sekadar gertak sambal dari Parada Harahap. Yang justru isu bagi pers Belanda
adalah kedatangan komisi dari Mesir. Tokoh-tokoh pribumi mulai menjalin koneksi
dengan luar negeri, selain Mesir juga Jepang.
Volksraad 1935: Soangkoepon (kiri) dan SG Moelia (kanan) |
Parada Harahap
tidak punya hutang terhadap Belanda, maka pilihan Parada Harahap tidak ada
pilihan lain lagi dan harus bekerja sama dengan luar negeri. Soekarno masih terkait dengan
Belanda (sekolah teknik di Bandoeng) dan Hatta dengan sekolah ekonomi di
Belanda. Parada Harahap nol persen hubungannya dengan Belanda. Mungkin bagi
Parada Harahap, inilah saatnya politik luar negeri Indonesia dikembangkan dan bekerjasama
dengan Mesir dan Jepang. Selama ini gerakan politik anak-anak pribumi hanya
terbatas politik dalam negeri (di dalam lingkup Nederlansch Indie dan
Nederland). Ini ibarat anak-anak pribumi dipaksa harus memilih: blok barat
(Nederland/Europe) atau blok timur (Japan/Asia). Parada Harahap
(senior/jurnalistik) dan Mohamad Hatta (junior/mahasiswa) memainkan peran
penting. Kunjungan ke Jepang benar-benar terjadi.
Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië,
17-11-1933 (Gratis Reisje. Inlanders naar Japan): ‘Dua jurnalis, satu pedagang
dan satu guru telah meninggalkan [Tandjong] Priok dengan kapal Jepang, Nagoya Maru yang
dipimpin Mr. Parada Harahap, editor dari Bintang Timoer. Disamping itu, seorang
mahasiswa jurnalis akan tiba di Jepang secara terpisah untuk merekam situasi
politik dan ekonomi, di Jepang’. De Gooi- en Eemlander : nieuws- en
advertentieblad, 28-11-1933: ‘Hatta, yang dikenal sebagai Gandhi ‘Indonesia’
disambut di Jepang, pergi ke sana untuk mendapatkan hubungan Commerciale.
Sekarang pergi ke Jepang sebagai tokoh politik muda’. Het nieuws van den dag
voor Nederlandsch-Indië, 05-12-1933: ‘Inlanders ke Jepang. Aneta-Iwaki
mentransmisikan tanggal 4 kelompok yang dipimpin oleh direktur BintangTimoer,
Mr. Parada Harahap, telah tiba di Kobe’
Pamdu di stadion Jogjakarta, 1938 |
Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië,
28-12-1933: ‘Unsur-unsur eksentrik revolusioner Indonesia ke Jepang dengan
dalih kunjungan komersial’. Bataviaasch nieuwsblad, 29-12-1933 (Java in Japan:
The King of the Java Press): ‘The King of the Java Press’ telah tiba di Jepang.
Dan ada resepsi diberikan, dia dijamu layaknya seorang raja, Mr Parada Harahap
dari Bintang Timoer dan rombongannya’. De Indische courant, 29-12-1933 (Harahap in
Japan: The King of the Java Press): ‘Sebagai salah satu di kalangan luas di
negeri ini, Parada Harahap dengan perusahaan dari editor kepala Bintang Timur
telah pergi yang membuat perjalanan ke Jepang. Menurut surat kabar Jepang
mereka diterima dengan kehangatan dan kehormatan, yang jauh melebihi pentingnya tamu-tamu sebelumnya. The Osaka Mainichi, sebuah koran yang memiliki
sirkulasi tetap terhadap jutaan, Parada Harahap menggambarkan sebagai ‘Raja
pers Java’. Dia adalah kepala dari lima surat kabar pribumi, termasuk Bintang
Timur, mengatakan: 'Kami ingin membangun antara masyarakat Jepang dan penduduk Indonesia hubungan
baik’. Catatan: saat tujuh revolusioner ini di Jepang, Ir. Soekarno sedang di tahanan dan Gubernur Jenderal telah menyetujui untuk diasingkan. Selain Parada Harahap dan Mohamad Hatta dalam tujuh revolusioner ke Jepang ini adalah Abdullah Lubis (pemimpin surat kabar Pewarta Deli di Medan) dan Dr. Samsi Sastrawidagda (guru di Bandoeng, salah satu pendiri PNI bersama dengan Ir. Soekarno). Saya masih terus mencari siapa yang tiga revolusioner lainnya. Saat itu Amir Sjarofoedin tengah menjalani mejahijau di pengadilan.
Dimana Soekarno? Tokoh muda yang
telah menanamkan politik dan kebangkitan bangsa di kalangan kepanduan. Awalnya,
Soekarno yang diminta Parada Harahap untuk ke Jepang, namun sebelum rencana ke
Jepang terealisasi Soekarno telah ditangkap dan diadili menyusul pembreidelan
pers pribumi. Untuk menggantikan Soekarno, Parada Harahap meminta M. Hatta yang
memang sedang bersiap-siap pulang ke tanah air setelah lulus studi di Belanda.
Lantas dimana Amir? Masih tengah sibuk kuliah di sekolah hukum Recht School di
Batavia dan pada waktu-waktu yang dijadwalkan harus hadir di pengadilan dalam kasus yang sama dengan yang dituduhkan kepada Ir. Soekarno. Dakwaan terhadap Ir. Soekarno sudah diputuskan pengadilan..
Mengapa melihat timur ke Jepang? Dan mengapa Parada
Harahap begitu baik diterima di Jepang? Tunggu deskripsi lengkapnya (Bagaimana
kiprah kepanduan Indonesia menjelang berakhirnya kolonial Belanda, selama masa
pendudukan Jepang, seputar kemerdekaan dan semasa perang kemerdekaan. Tentu
saja di dalamnya termasuk kiprah putra-putra terbaik Padang Sidempoean, yang
menjadi pembina pramuka: Abdul Hakim Nasution (Wali Kota pertama Kota Padang),
Radjamin Nasution (Wali Kota pertama Kota Surabaya dan Loeat Siregar, Wali Kota
Pertama Kota Medan. Tokoh-tokoh lainnya yang lahir dari kepanduan seperti Adam
Malik (kelak menjadi Menteri Luar Negeri dan Wakil Presiden), Mochtar Lubis
(pendiri dan pemilik surat kabar Indonesia Raya di Djakarta) dan Sakti Alamsjah
Siregar (pendiri surat kabar Pikiran Rakyat di Bandoeng). Seperti halnya surat
kabar Pertja Barat di Padang dan Pewarta Deli di Medan memiliki motto yang
sama, maka surat kabar Indonesia Raya dan surat kabar Pikiran Rakyat juga
memiliki motto yang sama: Dari Rakjat, Oleh Rakjat dan Oentoek Rakjat (hanya
yang memiliki kedekatan dan memiliki visi yang sama yang malakukan kesepakatan motto
yang sama).
Jambore Nasional Pertama di Pasar Minggu 1955
Sejak era Belanda, pertemuan
kepanduan sudah kerap dilakukan namun masih terbatas. Setelah Indonesia
merdeka, baru pada tahun 1955 pertemuan kepanduan secara nasional yang disebut
Jambore dapat dilaksanakan. Jambore nasional pertama ini yang bertepatan dengan
perayaan ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang kesepuluh dilaksanakan di
Kecamatan Pasar Minggu, Djakarta.
Java-bode, 05-06-1954 |
Jambore nasional pertama ini akan diselenggarakan pada tanggal 10-20 Agustus 1955. Tanggal ini dipilih
sehubungan dengan perayaan ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang kesepuluh (De nieuwsgier, 14-07-1954). Jambore nasional
ini diselenggarakan di bawah naungan Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO), suatu
organisasi dimana sebagian besar organisasi kepanduan Indonesia bergabung,
seperti: Pandoe Rakjat Indonesia, Pandoe Islam Indonesia, Hizbul Wathan, Pandu
Katholik, Pandu Kristen Indonesia, Perserikatan Pandu-Pandu, Pekerti, Al
Irsjad, Surya Wirawan, KAMI, SIAP, Pandu Anshor, KBI dan Pandu Al Waslijah. Komite Nasional Jambore. Komite Jambore
Nasional pertama adalah: voorzitter burgemeester Sudiro, vice-voorzitter Prof.
dr. Sutarman (KBI), secretaris Dr. Aziz Saleh en penningmeester Sumanang’.
De nieuwsgier, 09-11-1954 |
Perkemahan Ragunan (De nieuwsgier, 15-08-1955) |
Akhirnya Jambore Nasional Pertama
terselenggara yang dibuka oleh Wali Kota Djakarta. Jambore Nasional ini
diadakan di bumi perkemahan Karang Taroena, Desa Ragoenan, Kecamatan Pasar Minggu
yang dihadiri sekitar 6.000 pandu yang berasal dari 42 onderafdelingen di Indonesia.
Juga delegaties uit Singapore (12) Malakka (14) en Amerika Serikat). Dalam pembukaan ini
turut hadir secretarisgeneraal Kementerian Pendidikan, M. Hutasoit, chef-staf van
de luchtmacht commodore Suryadarma, het hoofd van de politie Sukamto, juga
perwakilan luar negeri dari kedutaan Inggris dan Saudi Arabia. Lagu kebangsaan
dibawakan oleh muziekcorps van de ALRI (De nieuwsgier, 15-08-1955)
Dimana lokasi tepatnya (gps) Jambore
Nasional pertama ini diduga di komplek olahraga Ragunan yang sekarang (dekat Kebun
Binatang Ragunan). Berdasarkan keterangan De nieuwsgier, 15-08-1955 lokasi ini
berada di suatu ketinggian di desa Ragoenan, Pasar Minggoe dengan lahan yang datar. Ketika
hujan besar tergenang bagaikan sawah yang luas (tidak ada drainase). Jalan
menuju lokasi sangat berlumpur yang diduga jalan Jati Padang dan Jalan
Kebagusan yang sekarang (terpotong jalan tol TB Simatupang). Motto jambore
pertama ini adalah Persaudaraan, Persatuan dan Disiplin.
Harapan dari jambore pertama ini
akan disusul segera jambore nasional kedua yang lebih besar. Namun sayang,
tidak segera terwujud. Antara tahun 1956 hingga tahun 1972 banyak peristiwa yang terjadi seperti PRRI/Permesta (1956-1958), Konfrontasi dengan Malaysia, DI/TII (1960an), G30 S/PKI 1965 dan peralihan dari rezim orla ke rezim orba. Seperti diketahui baru terlaksana jambore nasional
berikutnya (setelah yang pertama tahun 1955) yakni pada tahun 1973 di Situ Baru, Tjisalak (Cibubur Depok) dan kemudian jambore
selanjutnya diadakan di Sibolangit, Sumatera Utara tahun 1977.
Lantas mengapa begitu lama jarak jambore nasional pertama
(1955) dengan jambore nasional berikutnya (1973). Selain peristiwa-persitiwa politik nasional, hal ini juga karena belum semua organisasi
kepanduan di Indonesia bersatu (disatukan). Semua organisasi kepanduan di
Indonesia baru benar-benar bersatu seluruh organisasi kepanduan Indonesia setelah
disatukan Presiden Soekarno pada tahun 1961 (lihat kembali di atas: Leeuwarder
courant: hoofdblad van Friesland, 10-03-1961).
Yang menyelenggarakan Jambore
Nasional tahun 1955 adalah Ipindo, federasi dari 14 organisasi kepanduan di
Indonesia. Saat itu masih ada sebanyak 53 organisasi kepanduan lainnya yang
berada diluar Ipindo. Salah satu anggota federasi kepanduan Ipindo adalah
organisasi kepanduan KBI (Kepandoean Bangsa Indonesia). Organisasi kepanduan
KBI adalah organisasi kepanduan bangsa Indonesia tertua. Tepat sebulan setelah
usai Jambore Nasional di Pasa Minggu, KBI melakukan peringatan 25 tahun
berdirinya organisasi (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 22-09-1955).
KBI adalah federasi organisasi kepanduan pertama di
Indonesia yang melakukan fusi dan diresmikan pada tahun 1930. Fusi ini menjadi
kali pertama organisasi kepanduan untuk menyatukan diri ke dalam satu
organisasi besar (federasi). Penyatuan organisasi kepanduan Indonesia merupakan
respon terhadap bersatunya organisasi-organisasi kebangsaan Indonesia (PPPKI)
yang digagas Parada Harahap dan diresmikan pada tahun 1927. Kepengurusan PPPKI
yang pertama adalah MH Thamrin sebagai ketua dan Parada Harahap sebagai
sekretaris. Sebelum terjadinya fusi organisasi kepanduan ini, pada bulan
Februari 1929, Soekarno berpidato di tengah acara kepanduan di Bandoeng yang
meminta untuk mengingat para pahlawan bangsa dan mengheningkan cipta. Pidato
Soekarno ini diduga kuat yang menyebabkan organisasi kepanduan juga turut
bersatu setelah organisasi-organisasi kebangsaan Indonesia bersatu dalam wadah
PPPKI. Foto-foto yang terdapat di kantor PPPKI diduga menjadi inspirasi
Soekarno untuk meminta para pandu mengingat para pahlawan terdahulu. Boleh jadi
Soekarno yang kali pertama memperkenalkan hening cipta di tengah bangsa
Indonesia. Last but not least: Soekarno yang benar-benar menyatukan seluruh
organisasi kepanduan di Indonesia tahun 1961, yang telah mengikuti seniornya,
Parada Harahap pada tahun 1927 berupaya menyatukan seluruh
organisasi-organisasi kebangsaan Indonesia. Itulah kisah awal penyatuan bangsa
Indonesia.
Baca juga: Artikel tentang pramuka dalam blog ini klik disini
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber
utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar