*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Air Bangis dalam blog ini Klik Disini
Pada tahun 2003 Kabupaten Pasaman dimekarkan dengan membentuk kabupaten baru: Kabupaten Pasaman Barat. Ibu kota kabupetan ditetapkan di kota Simpang Ampek. Lantas mengapa kota Simpang Ampek yang dipilih sebagai ibu kota kabupaten. Tentu saja ada pertimbangan sendiri. Yang juga menjadi pertanyaan mengapa namanya Simpang Ampek, padahal tempo doeloe namanya Simpang Ampat. Tentu saja ada sebab dan akibat penjelasannya sendiri.
Pada tahun 2003 Kabupaten Pasaman dimekarkan dengan membentuk kabupaten baru: Kabupaten Pasaman Barat. Ibu kota kabupetan ditetapkan di kota Simpang Ampek. Lantas mengapa kota Simpang Ampek yang dipilih sebagai ibu kota kabupaten. Tentu saja ada pertimbangan sendiri. Yang juga menjadi pertanyaan mengapa namanya Simpang Ampek, padahal tempo doeloe namanya Simpang Ampat. Tentu saja ada sebab dan akibat penjelasannya sendiri.
KampongSimpat Ampat (Peta 1904) |
Bagaimana kampong Simpang Ampat tumbuh dan
berkembang tentu menarik diperhatikan. Hal ini karena Simpang Ampat telah
berevolusi menjadi kota Simpang Ampek dan ditransformasikan menjadi ibu kota
Kabupaten Pasaman Barat. Satu yang penting, kampong Simpang Ampat cepat
berkembang seiring dengan ditetapkannya pada awal tahun 1950an sebagai wilayah
koolnisasi (transmigrasi). Okelah. Untuk menambah pengetahuan, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan
lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru
yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja* Peta 1903
Parit
Batoe, District Pasaman
Tempo doeloe, Kota Simpang Ampek yang sekarang, diduga
kuat adalah area kampong-kampong orang Mandailing, letaknya terpencil di antara
hutan-hutan lebat, antara jalan Sasak dan Taloe. Dalam perkembangannya
terbentuk perlintasan baru (jalan setapak) antara Kiawai dan Kinali. Nama-nama kampong
orang Mandailing tersebut antara lain kampong Tjoebadak, kampong Panindjaoean,
kampong Parit dan kampong baru yang terbentuk setelah masuknya investor
Eropa-Belanda membangun usaha perkebunan yang disebut kampong Simpang Ampat.
Situasi
dan kondisi pada tempo doeloe tidak selalu kongruen dengan kondisi dan situasi
sekarang. Adakalanya terkesan pangling. Siapa yang menduga kota Simpang Ampek
awalnya dibuka oleh orang-orang Mandailing. Pada era Perang Padri, Pemerintah
Hindia Belanda membangun benteng di kampong Parit dalam hubungannya mengepung
benteng Padri di Bondjol. Kampong ini kemudian diidentifikasi sebagai kota
Parit Batoe (untuk membedakan dengan kota Parit (dekat Ondjoenggading). Di
Taloe sendiri pada tahun 1836 terjadi pertempuran yang sengit antara pasukan Padri
dengan militer Belanda (yang didukung pasukan pribumi asal Jawa). Sejumlah
perwira Belanda dan perwira Jawa tewas dalam pertempuran ini.
Setelah
berakhirnya perang Padri, benteng Parit Batoe ditinggalkan dan Pemerintah
Hindia Belanda hanya mempertahankan benteng Rao dan benteng Fort de Kock. Pada
tahun 1840an akhir terjadi perang antara kerajaan Tikoe (Toeankoe Tikoe) dan
kerajaan Pasaman (Toeankoe Pasaman), Kerajaan Pasaman berpusat di Sasak. Dalam
perkembangannya diketahui Toeankoe Pasaman merelokasi tempat tinggal di pantai yang
rawan banjir ke pedalaman di Parit Batoe (di area perkampongan orang-orang
Mandailing). Parit Batoe adalah wilayah District (kerajaan) Pasaman. Catatam:
Pada era VOC ibu kota kerajaan (district) Pasaman berada di muara sungai
Pasaman. Kerajaan Tikoe awalnya bagian dari Afdeeling Ophir Districten, tetapi
setelah perang ini kerajaan Tikoe dimasukkan ke Afdeeling Pariaman.
Pada tahun 1850an suatu tim ekspedisi Pemerintah
Hindia Belanda melakukan survei untuk mengkaji kemungkinan pengembangan wilayah
Ophir Districten sebagai wilayah investasi baru dalam pembangunan perkebunan.
Wilayah Ophir Districten direkomendasikan layak dengan pusat perkebunan di
Taloe dan membangun pelabuhan bongkar muat di Sasak serta membangun jalan baru
antara kedua tempat (kota).
Rekomendasi
didasarkan pada sejumlah pertimbangan antara laian. Di District Pasaman terdapat
hutan primer yang dapat menyuplai kebutuhan kayu yang sangat bagus dan sesuai
untuk bangunan orang Eropa dan pembuatan jembatan-jembatan. Pertimbangan
lainnya adalah penduduknya yang masih jarang jika dibandingkan jalan poros lama
antara Air Bangis-Taloe via Odjoenggading dan Kiawai. Faktor penting lainnya,
boleh jadi yang terpenting, tidak menemuai kesulitan (residtensi) dalam
pembebasan lahan-lahan (konsesi). Satu hal lain lagi karena kota Sasak dapat
dijadikan sebagai pelabuhan karena alamnya yang sesuai untuk pelabuhan
(terlindung).
Meski tidak segera, para investor akhirnya
berdatangan untuk membangun usaha pertambangan dan usaha perkebunan ke Ophir
Districten.
NV Cultuut Mij Ophir bangun jembatan di Kodjai (1929) |
Satu perusahaan tampaknya mengikuti rekomendasi
para ahli tempo dulu yakni membangun jalan antara Taloe dan Sasak. Jalan yang
dibangun ini pada dasarnya jalan setapak yang sudah ada tempo doeloe dari Sasak
ke Taloe via Parit Batoe. Pada ruas Parit Batoe, perusahaan membangun jalan di
utara Parit Batoe (kini jalan Tuanku Imam Bonjol, Simpak Ampek). Oleh karena jalan
lintas Kiawai-Kinali dari selatan ke utara melalui Parit Batoe, maka jalan baru
yang dibentuk di utara Parit Bantoe juga menjadi simpang empat (kini Bundaran
Simpang Ampek). Pada persimpangan inilah muncul nama kampong baru yang disebut
kampong Simpang Ampat. Sementara ruas jalan Parit Batoe menjadi jalan lama
(kini jalan M Natsir, Simpang Ampek). Pembangun jembatan di Kodjai (1929)
Dalam perkembangannya investor baru masuk yakni
perusahaan pertambangan di gunung Ophir, lalu menyusul perusahaan lain membuka
perkebunan di Tjoebadak dan Simpang Tonang. Selanjutnya muncul perusahaan
dengan investasi besar untuk membuka perkebunan di Ophir (district Taloe dan
district Pasaman) yakni NV Cultuur Mij Ophir. Sejak munculnya perkembunan NV
Cultuur Mij Ophir diduga kuat kampong Simpang Ampat berkembang.
Simpang Ampat pada mas kini |
Kampong
Simpang Ampat lambat laun menjadi lebih populer dari kampong-kampong lama.
Kampong Parit Batoe juga lambat laun namanya meredup, hanyut dengan derasnya
pertumbuhan dan perkembangan Simpang Ampek. Dalam perkembangan selanjutnya
jalan dari selatan (Kinali) ke utara (Kiawai) menjadi berkembang. Rute jalan
dari Taloe ke Kiawai tidak lagi lewat Kadjai tetapi lewat kota Simpang Ampat.
Ruas jalan lama antara Kiawai dan Kajai lambat laun mati suri dan airkhirnya
putus sudah.
Perkembangan kota Simpang Ampat semakin kencang.
Simpang Ampat Menjadi Simpang Ampek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar